ASALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH BLOG By MUH FAJAR HUDI APRIANTO @ MARI KITA GUNAKAN WAKTU KITA YANG TERSISA DENGAN SEBAIK MUNGKIN KARENA WAKTU KITA HANYA SEDIKIT AGAR KITA TIDAK TERMASUK ORANG ORANG YANG MERUGI mafa GUNAKAN WAKTU MUDAMU SEBELUM DATANG WAKTU TUAMU WAKTU SEHATMU SEBELUM DATANG WAKTU SAKITMU KAYAMU SEBELUM TIBA MISKIN WAKTU LAPANGMU SEBELUM TIBA WAKTU SEMPITMU DAN GUNAKAN WAKTU HIDUPMU SEBELUM TIBA MATIMU pesan nabi

Senin, 30 April 2012

Asiyah, Istri Firaun yang Beriman





Suatu ketika Nabi Musa a.s. berhasil mengalahkan para tukang sihir Firaun. Asiyah, yang turut menyaksikan kesuksesan Musa, bertambah tebal imannya. Sebenarnya, telah lama Asiyah beriman kepada Allah SWT, tetapi hal ini tidak diketahui suaminya.
Lama-lama Firaun mengetahui juga akan keimanan Asiyah itu. Firaun murka dan menjatuhkan hukuman kepadanya. Para algojo diperintahkan Firaun untuk segera melakukan penyiksaan kepada Asiyah, yang olehnya dianggap murtad itu.
Tubuh Asiyah ditelantangkan di atas tanah di bawah terik sinar matahari. Kedua tangannya diikat kuat ke tiang-tiang yang dipatok ke tanah agar ia tak dapat bergerak-gerak. Wajahnya yang telanjang di hadapankan langsung ke arah datangnya sinar matahari. Asiyah pastilah tidak akan tahan akan sengatan panas matahari, dan akhirnya ia akan mengubah keimanannya kepadaku, demikian pikir Firaun.
Tetapi, apa yang terjadi? Ternyata Tuhan tidak membiarkan hambanya menderita akibat kekafiran Firaun. Setiap kali para algojo meninggalkan Asiyah dalam hukumannya, segera malaikat menutup sinar matahari itu, sehingga langit menjadi teduh dan Asiyah tak merasakan sengatan matahari yang ganas itu.
Asiyah tetap segar-bugar meskipun sudah dihukum berat. Hal ini membuat Firaun memerintahkan hukuman lain yang lebih berat. Ia memerintahkan agar kepada tubuh Asiyah yang telentang itu dijatuhi batu besar. Tubuhnya pasti remuk, pikir Firaun.
Ketika Asiyah melihat bahwa ada batu besar yang hendak dijatuhkan ke tubuhnya, berdoalah dia kepada Tuhan. "Wahai Allah, Tuhanku! Bangunkah untukku di sisimu sebuah gedung di surga." (At-Taubah: 11).
Segera Allah memperlihatkan sebuah bangunan gedung di surga yang terbuat dari marmer berkilauan. Asiyah sangat gembira, lalu rohnya keluar meninggalkan tubuhnya. Asiyah tidak merasakan kesakitan apa pun, karena ketika batu besar itu menimpa tubuhnya, rohnya sudah tidak ada di sana.

Kamis, 26 April 2012

Jangan Malu Belajar Agama


Apakah anda termasuk orang yang punya Komitmen terhadap eksistensi dinul Islam atau malah sebaliknya?

"Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar: 9).
Jangan Malu Belajar Agama
"Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar: 9).
Dari Ummu Salamah, dia berkata, Ummu Sulaim pernah datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran. Lalu, apakah seorang wanita harus mandi jika dia bermimpi? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jika dia melihat air (mani)." Lalu, Ummu Salamah menutup wajahnya dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah wanita itu juga bisa bermimpi?" Beliau menjawab,"Ya, bisa. Maka, sesuatu yang menyerupai dirinya adalah anaknya." (Hadis sahih, ditakhrij Ahmad 6/306, al-Bukhari 1/44, Muslim 3/223, at-Tirmizi, hadis nomor 122, an-Nasa'i 1/114, Ibnu Majah hadits nomor 600, ad-Darimi 1/195, al-Baihaqi 1/168-169).
Ummu Salamah datang kepada Rasulullah saw. untuk belajar. Ia memulai dengan ucapan, "Sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran." Maksudnya, tidak ada halangan untuk menjelaskan yang benar, sehingga Allah membuat perumpamaan dengan seekor nyamuk dan yang serupa lainnya, seperti dalam firman-Nya, "Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu." (Al-Baqarah: 26).
Ummu Sulaim demikian pula, ia tidak malu untuk bertanya kepada yang lebih tahu perihal apa-apa yang mestinya ia ketahui dan pelajari, meskipun mungkin hal itu dianggap aneh. Sungguh benar perkataan Ummul Mukminin, Aisyah r.a., "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Tidak ada rasa malu yang menghalangi mereka untuk memahami agama." (Diriwayatkan al-Bukhari 1/44).
Ummu Sulaim bertanya, "Apakah seorang wanita itu harus mandi jika dia mimpi bersetubuh?" Nabi saw. menjawab, "Jika dia melihat air." Maksudnya, ia harus mandi jika benar bermimpi dan ada bukti bekas air mani di pakaian. Namun, jika tidak, tidak perlu mandi. Setelah diberi jawaban yang singkat dan padat ini, Ummu Salamah langsung menutupi wajahnya seraya bertanya, "Apakah wanita itu juga bermimpi?"
Keheranan Ummu Salamah itu bukanlah sesuatu yang aneh. Hal yang sama Pernah terjadi pada diri Aisyah yang lebih berilmu, seperti disebutkan dalam suatu riwayat dia berkata, "Kecelakaan bagimu. Apakah wanita akan mengalami seperti itu?" Dia berkata seperti itu dengan maksud untuk mengingkari bahwa wanita juga bisa bermimpi.
Keheranan Ummu Salamah dan Aisyah r.a. lebih disebabkan ketidaktahuan. Karena, tidak seluruh wanita bisa bermimpi, melainkan sebagian mereka. Namun, keheranan ini bisa dituntaskan oleh jawaban Nabi saw., "Na'am, taribat yaminuki," ("Benar, seorang wanita bisa bermimpi)." Kemudian ada bukti nubuwwah di akhir ucapan beliau: "Sesuatu yang bisa menyerupai dirinya adalah anaknya."
Ilmu pengetahuan modern telah membuktikan perkataan itu. Laki-laki dan wanita saling bersekutu dalam pembentukan janin. Benih datang dari pasangan laki-laki menuju indung telur dalam tubuh wanita. Lalu, keduanya bercampur, dalam pengertian separo sifat-sifat yang diwariskan kira-kira bersumber dari laki-laki dan separo lainnya kira-kira berasal dari perempuan. Kemudian bisa juga terjadi pertukaran dan kesesuaian, sehingga ada sifat-sifat yang lebih menonjol antara keduanya. Dari sinilah terjadi penyerupaan.
Pelajaran berharga yang bisa dipetik, selagi kita dikungkung rasa malu dan tidak mau mengetahui hukum-hukum din, maka ini merupakan kesalahan yang amat besar, bahkan bisa berbahaya. Ada baiknya kita membiasakan diri untuk tidak merasa malu dalam mempelajari hukum-hukum Islam, baik hukum yang kecil maupun hukum yang besar. Sebab, jika seseorang, terutama wanita, lebih banyak dikungkung rasa malu, dia terhalang untuk mengetahui sesuatu.
Mujahid Rahimahullah berkata, "Orang yang malu dan sombong tidak akan mau mempelajari ilmu." Sebuah nasihat berharga yang secara eksplisit menganjurkan orang-orang yang mencari ilmu agar tidak merasa lemah dan takkabur, sebab kedua hal tersebut dapat menghalangi semangat mencari ilmu.
Di antara kebaikan keislaman seseorang adalah jika dia mengetahui dinnya. Karena itu, Islam mewajibkan, baik kepada laki-laki maupun wanita untuk mencari ilmu. Bukankah Allah juga berfirman, "Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar: 9). Bahkan, terdapat ayat yang secara khusus ditujukan kepada ummahatul mukminin, berupa anjuran mempelajari kandungan Alquran sunah, "Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah." (Al-Ahzab: 34).
Karena perintah Allah inilah, para Sohabiyah merasakan keutamaan ilmu. Mereka pun pergi menemui Nabi saw. dan menuntut suatu majlis belajar din bagi mereka. Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri r.a., dia berkata, "Para wanita berkata kepada Nabi saw., 'Kaum laki-laki telah mengalahkan kami atas diri baginda, maka buatlah bagi kami dari waktu baginda.' Maka beliau menjanjikan suatu hari kepada mereka. Pada saat itu beliau menemui mereka dan memberi wasiat serta perintah kepada mereka. Di antara yang beliau katakan kepada mereka adalah, 'Tidaklah ada di antara kamu sekalian seorang wanita yang ditinggal mati oleh tiga anaknya, melainkan anak-anaknya itu menjadi penghalang baginya dari neraka?' Seorang wanita bertanya, 'Bagaimana dengan dua anak?' Maka beliau menjawab, 'Begitu pula dua anak'.

Kamis, 19 April 2012

Kaidah Iyyaaka Na'budu




"Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (Al-Fatihah: 5).
Sebagai muslim tentunya ayat di atas tidak asing bagi kita. Minimal tujuh belas kali kita ulang dalam salat fardu lima waktu. Namun, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, sejauh mana kita dapat menyelami makna surah Al-Fatihah tersebut? Kalau belum, mari sejenak kita menyelami empat kaidah iyyaaka na'budu yang dikemukan oleh Ibnul Qayyim sebagai berikut.
Iyyaaka na'budu tegak di atas empat kaidah: mewujudkan apa yang dicintai dan diridai Allah dan Rasul-Nya, berupa

  1. perkataan hati,
  2. perkataan lisan,
  3. amalan hati, dan
  4. amalan jawarih (anggota tubuh).

Ubudiyyah merupakan sebutan yang menyeluruh untuk empat tingkatan ini. Orang yang melaksanakan iyyaaka na'budu dengan sebenar-benarnya ialah yang melaksanakan empat tingkatan ini.
Perkataan hati ialah meyakini apa yang disampaikan Allah tentang diri-Nya, asma, sifat, dan perbuatan-Nya, tentang malaikat, dan perjumpaan dengan-Nya, sebagaimana yang disampaikan para rasul-Nya.
Perkataan lisan ialah berupa pernyataan darinya tentang hal itu, seruan kepada Allah (dakwah), menjelaskan kebatilan bidah, mengingat Allah dan menyampaikan perintah-perintah-Nya.
Amal-amal hati adalah seperti cinta kepada Allah, tawakal, bergantung kepada-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, memurnikan agama dengan melaksanakan agama-Nya sesuai ajaran Rasul-Nya, sabar dalam melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, rida kepada-Nya, menolong karena-Nya dan bermusuhan karena-Nya pula, tunduk dan patuh kepada-Nya, thuma'ninah kepada-Nya, dan lain sebagainya yang berupa amalan hati. Kefarduan amalan hati ini lebih dari kefarduan amalan anggota tubuh, dan yang sunahnya lebih disukai oleh Allah daripada sunah-sunah anggota tubuh. Adapun amal-amal jawarih adalah seperti salat, puasa, jihad, mengayunkan kaki menuju salat jamaah dan salat Jumat, membantu orang lain, berbuat kebajikan kepada makhluk, dan sebagainya.
Iyyaaka na'budu mengikuti hukum empat kaidah dan ikrar kepadanya. Adapun iyyaaka nasta'iin merupakan tuntutan meminta pertolongan atas hokum-hukum itu serta taufik-Nya. Sedangkan ihdinaa ash-shiraath al-mustaqiim mencakup pengakuan terhadap dua perkara ini secara detail, ilham untuk melaksanakannya dan meniti jalan-jalan orang-orang yang berjalan kepada Allah dengan dua perkara itu.
Semua rasul hanya menyeru kepada iyyaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Mereka semua menyeru kepada tauhidullah (mengesakan Allah) dan penyembahan hanya kepada-Nya, semenjak rasul pertama hingga terakhir.

Rabu, 18 April 2012

Pengaruh Qur'an Terhadap Organ Tubuh



Ada menyeruak perhatian yang begitu besar terhadap kekuatan membaca Al-Qur'an, dan yang terlansir di dalam Al-Qur'an, dan pengajaran Rasulullah. Dan sampai beberapa waktu yang belum lama ini, belum diketahui bagaimana mengetahui dampak Al-Qur'an tersebut kepada manusia. Dan apakah dampak ini berupa dampak biologis ataukah dampak kejiwaan, atakah malah keduanya, biologis dan kejiwaan.

Maka, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami memulai sebuah penelitian tentang Al-Qur'an dalam pengulangan-pengulangan "Akbar" di kota Panama wilayah Florida. Dan tujuan pertama penelitian ini adalah menemukan dampak yang terjadi pada organ tubuh manusia dan melakukan pengukuran jika memungkinkan. Penelitian ini menggunakan seperangkat peralatan elektronik dengan ditambah komputer untuk mengukur gejala-gejala perubahan fisiologis pada responden selama mereka mendengarkan bacaan Al-Qur'an. Penelitian dan pengukuran ini dilakukan terhadap sejumlah kelompok manusia:
 
  • Muslimin yang bisa berbahasa Arab.
     
  • Muslimin yang tidak bisa berbahasa Arab
     
  • Non-Islam yang tidak bisa berbahasa Arab.
Pada semua kelompok responden tersebut dibacakan sepotong ayat Al-Qur'an dalam bahasa Arab dan kemudian dibacakan terjemahnya dalam bahasa Inggris.

Dan pada setiap kelompok ini diperoleh data adanya dampak yang bisa ditunjukkan tentang Al-Qur'an, yaitu 97% percobaan berhasil menemukan perubahan dampak tersebut. Dan dampak ini terlihat pada perubahan fisiologis yang ditunjukkan oleh menurunnya kadar tekanan pada syaraf secara sprontanitas. Dan penjelasan hasil penelitian ini aku presentasikan pada sebuah muktamar tahunan ke-17 di Univ. Kedokteran Islam di Amerika bagian utara yang diadakan di kota Sant Louis Wilayah Mizore, Agustus 1984.

Dan benar-benar terlihat pada penelitian permulaan bahwa dampak Al-Qur'an yang kentara pada penurunan tekanan syaraf mungkin bisa dikorelasikan kepada para pekerja: Pekerja pertama adalah suara beberapa ayat Al-Qur'an dalam Bahasa Arab. Hal ini bila pendengarnya adalah orang yang bisa memahami Bahasa Arab atau tidak memahaminya, dan juga kepada siapapun (random). Adapun pekerja kedua adalah makna sepenggal Ayat Al-Qur'an yang sudah dibacakan sebelumnya, sampai walaupun penggalan singkat makna ayat tersebut tanpa sebelumnya mendengarkan bacaan Al-Qur'an dalam Bahasa Arabnya.

Adapun Tahapan kedua adalah penelitian kami pada pengulangan kata "Akbar" untuk membandingkan apakah terdapat dampak Al-Qur'an terhadap perubahan-perubahan fisiologis akibat bacaan Al-Qur'an, dan bukan karena hal-hal lain selain Al-Qur'an semisal suara atau lirik bacaan Al-Qur'an atau karena pengetahun responden bahwasannya yang diperdengarkan kepadanya adalah bagian dari kitab suci atau pun yang lainnya.

Dan tujuan penelitian komparasional ini adalah untuk membuktikan asumsi yang menyatakan bahwa "Kata-kata dalam Al-Qur'an itu sendiri memiliki pengaruh fisiologis hanya bila didengar oleh orang yang memahami Al-Qur'an . Dan penelitian ini semakin menambah jelas dan rincinya hasil penelitian tersebut.

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah perangkat studi dan evaluasi terhadap tekanan syaraf yang ditambah dengan komputer jenis Medax 2002 (Medical Data Exuizin) yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Studi Kesehatan Univ. Boston dan Perusahaan Dafikon di Boston. Perangkat ini mengevaluasi respon-respon perbuatan yang menunjukkan adanya ketegangan melalui salah satu dari dua hal: (i) Perubahan gerak nafas secara langsung melalui komputer, dan (ii) Pengawasan melalui alat evaluasi perubahan-perubahan fisiologis pada tubuh. Perangkat ini sangat lengkap dan menambah semakin menguatkan hasil validitas hasil evaluasi.

Subsekuen:

  • Program komputer yang mengandung pengaturan pernafasan dan monitoring perubahan fisiologis dan printer.
     
  • Komputer Apple 2, yaitu dengan dua floppy disk, layar monitor dan printer.
     
  • Perangkat monitoring elektronik yang terdiri atas 4 chanel: 2 canel untuk mengevaluasi elektrisitas listrik dalam otot yang diterjemahkan ke dalam respon-respon gerak syaraf otot; satu chanel untuk memonitor arus balik listrik yang ke kulit; dan satu chanel untuk memonitor besarnya peredaran darah dalam kulit dan banyaknya detak jantung dan suhu badan.
Berdasarkan elektrisitas listrik dalam otot-otot, maka ia semakin bertambah yang menyebabkan bertambahnya cengkeraman otot. Dan untuk memonitor perubahan-perubahan ini menggunakan kabel listrik yang dipasang di salah satu ujung jari tangan.
Adapun monitoring volume darah yang mengalir pada kulit sekaligus memonitor suhu badan, maka hal itu ditunjukkan dengan melebar atau mengecilnya pori-pori kulit. Untuk hal ini, menggunakan kabel listrik yang menyambung di sekitar salah satu jari tangan. Dan tanda perubahan-perubahan volume darah yang mengalir pada kulit terlihat jelas pada layar monitoryang menunjukkan adanya penambahan cepat pada jantung. Dan bersamaan dengan pertambahan ketegangan, pori-pori mengecil, maka mengecil pulalah darah yag mengalir pada kulit, dan suhu badan, dan detak jantung.

Metode dan Keadaan yang digunakan:

Percobaan dilakukan selama 210 kali kepada 5 responden: 3 laki-laki dan 2 perempuan yang berusia antara 40 tahun dan 17 tahun, dan usia pertengahan 22 tahun.

Dan setiap responden tersebut adalah non-muslim dan tidak memahami bahasa Arab. Dan percobaan ini sudah dilakukan selama 42 kesempatan, dimana setiap kesempatannya selama 5 kali, sehingga jumlah keseluruhannya 210 percobaan. Dan dibacakan kepada responden kalimat Al-Qur'an dalam bahasa Arab selama 85 kali, dan 85 kali juga berupa kalimat berbahasa Arab bukan Al-Qur'an. Dan sungguh adanya kejutan/shock pada bacaan-bacaan ini: Bacaan berbahasa Arab (bukan Al-Qur'an) disejajarkan dengan bacaan Al-Qur'an dalam lirik membacanya, melafadzkannya di depan telingga, dan responden tidak mendengar satu ayat Al-Qur'an selama 40 uji-coba. Dan selama diam tersebut, responden ditempatkan dengan posisi duduk santai dan terpejam. Dan posisi seperti ini pulalah yang diterapkan terhadap 170 uji-coba bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an.

Dan ujicoba menggunakan bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an seperti obat yang tidak manjur dalam bentuk mirip seperti Al-Qur'an, padahal mereka tidak bisa membedakan mana yang bacaan Al-Qur'an dan mana yang bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an. Dan tujuannya adalah utuk mengetahui apakah bacaan Al-Qur'an bisa berdampak fisiologis kepada orang yang tidak bisa memahami maknanya. Apabila dampak ini ada (terlihat), maka berarti benar terbukti dan dampak tidak ada pada bacaan berbahasa Arab yang dibaca murottal (seperti bacaan Imam Shalat) pada telinga responden.

Adapun percobaan yang belum diperdengarkan satu ayat Al-Qur'an kepada responden, maka tujuannya adalah untuk mengetahui dampak fisiologis sebagai akibat dari letak/posisi tubuh yang rileks (dengan duduk santai dan mata terpejam).

Dan sungguh telah kelihatan dengan sangat jelas sejak percobaan pertama bahwasannya posisi duduk dan diam serta tidak mendegarkan satu ayat pun, maka ia tidak mengalami perubahan ketegangan apapun. Oleh karena itu, percobaan diringkas pada tahapan terakhir pada penelitian perbandingan terhadap pengaruh bacaan Al-Qur'an dan bacaan bahasa Arab yang dibaca murottal seperti Al-Qur'an terhadap tubuh.

Dan metode pengujiannya adalah dengan melakukan selang-seling bacaan: dibacakan satu bacaan Al-Qur'an, kemudian bacaan vahasa Arab, kemudian Al-Qur'an dan seterusnya atau sebaliknya secara terus menerus.
Dan para responden tahu bahwa bacaan yang didengarnya adalah dua macam: Al-Qur'an dan bukan Al-Qur'an, akan tetapi mereka tidak mampu membedakan antara keduanya, mana yang Al-Qur'an dan mana yang bukan.
Adapun metode monitoring pada setiap percobaan penelitian ini, maka hanya mencukupkan dengan satu chanel yaitu chanel monitoring elektrisitas listrik pada otot-otot, yaitu dengan perangkat Midax sebagaimana kami sebutkan di atas. Alat ini membantu menyampaikan listrik yang ada di dahi.

Dan petunjuk yang sudah dimonitor dan di catat selama percobaan ini mengadung energi listrik skala pertengahan pada otot dibandingkan dengan kadar fluktuasi listrik pada waktu selama percobaan. Dan sepanjang otot untuk mengetahui dan membandingkan persentase energi listrik pada akhir setiap percobaan jika dibandingkan keadaan pada awal percobaan. Dan semua monitoring sudah dideteksi dan dicatat di dalam komputer.

Dan sebab kami mengutamakan metode ini untuk memonitor adalah karena perangkat ini bisa meng-output angka-angka secara rinci yang cocok untuk studi banding, evaluasi dan akuntabel..

Pada satu ayat percobaan, dan satu kelompok percobaan perbandingan lainnya mengandung makna adanya hasil yang positif untuk satu jenis cara yang paling kecil sampai sekecil-kecilnya energi listrik bagi otot. Sebab hal ini merupakan indikator bagusnya kadar fluktuasi ketegangan syaraf, dibandingkan dengan berbagai jenis cara yang digunakan responden tersebut ketika duduk.

Hasil Penelitian

Ada hasil positif 65% percobaan bacaan Al-Qur'an. Dan hal ini menunjukkan bahwa energi listrik yang ada pada otot lebih banyak turun pada percobaan ini. Hal ini ditunjukkan dengan dampak ketegangan syaraf yang terbaca pada monitor, dimana ada dampak hanya 33 % pada responden yang diberi bacaan selain Al-Qur'an.
Pada sejumlah responden, mungkin akan terjadi hasil yang terulang sama, seperti hasil pengujian terhadap mendengar bacaan Al-Qur'an. Oleh karena itu, dilakukan ujicoba dengan diacak dalam memperdengarkannya (antara Al-Qur'an dan bacaan Arab) sehingga diperoleh data atau kesimpulan yang valid.

Pembahasan Hasil Penelitian dan Kesimpulan

Sungguh sudah terlihat jelas hasil-hasil awal penelitian tentang dampak Al-Qur'an pada penelitian terdahulu bahwasanya Al-Qur`an memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap syaraf. dan mungkin bisa dicatat pengaruh ini sebagai satu hal yang terpisah, sebagaimana pengaruh inipun terlihat pada perubahan energi listrik pada otot-otot pada organ tubuh. dan perubah-perubahan yang terjadi pada kulit karena energi listrik, dan perubahan pada peredaran darah, perubahan detak jantung, voleme darah yang mengalir pada kulit, dan suhu badan.

Dan semua perubahan ini menunjukan bahwasanya ada perubahan pada organ-organ syaraf otak secara langsung dan sekaligus mempengaruhi organ tubuh lainnya. Jadi, ditemukan sejumlah kemungkinan yang tak berujung ( tidak diketahui sebab dan musababnya) terhadap perubahan fisiologis yang mungkin disebabkan oleh bacaan Al-Qur`an yang didengarkannya.

Oleh karena itu sudah diketahui oleh umum bahwasanya ketegangan-ketegangan saraf akan berpengaruh kepada dis-fungsi organ tubuh yang dimungkinkan terjadi karena produksi zat kortisol atau zat lainnya ketika merespon gerakan antara saraf otak dan otot. Oleh karena itu pada keadaan ini pengaruh Al-Qur`an terhadap ketegangan saraf akan menyebabkan seluruh badannya akan segar kembali, dimana dengan bagusnya stamina tubuh ini akan menghalau berbagai penyakit atau mengobatinya. Dan hal ini sesuai dengan keadaan penyakit tumor otak atau kanker otak.

Juga, hasil uji coba penelitian ini menunjukan bahwa kalimat-kalimat Al-Qur`an itu sendiri memeliki pengaruh fisiologis terhadap ketegangan organ tubuh secara langsung, apalagi apabila disertai dengan mengetahui maknanya.
Dan perlu untuk disebutkan disini bahwasanya hasil-hasil penelitian yang disebutkan diatas adalah masih terbatas dan dengan responden yang juga terbatas.

Hukum Orang yang Keliru dalam Memahami Berbagai Macam Syirik karena Ketidaktahuannya





Terdapat perbedaan yang cukup tajam di antara masing-masing orang dalam memahami agama Islam ini. Penyebabnya banyak sekali, tetapi sebab yang paling berpengaruh adalah lingkungan tempat dia tinggal. Selain itu, ada sebab yang lain lagi yaitu perbedaan tingkat SDM masing-masing orang.
Kemudian, setelah itu muncul kekeliruan yang dilakukan oleh mereka sebagai dampak dari kesamaran yang dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari jalan yang lurus yang terdiri dari orang-orang yang menggunakan ilmunya untuk kezaliman dan permusuhan, yang mereka memposisikan dirinya sebagai penyeru kebid'ahan, penyimpangan, dan penumpas agama yang benar dan penganutnya. Tetapi, sebagaian dari mereka yang melakukan kekeliruan itu disebabkan oleh pemahamannya yang keliru dan mengikuti para syekh (guru). Padahal, guru-gurunya itu salah, sehingga hal itu menimbulkan malapetaka bagi diri mereka dan bagi orang awam yang mengikutinya.
Sebagian besar penyebab timbulnya kemusyrikan itu adalah ketidaktahuan tentang rincian sesuatu yang diwajibkan oleh Allah SWT, berupa keikhlasan dalam beribadah, dan penyebabnya bukanlah adanya keinginan untuk menyembah selain Allah, atau adanya keyakinan bahwa sesuatu selain Allah itu berhak untuk disembah selain menyembah Allah. Misalnya, seandainya penyembah berhala itu ditanya, mengapa dia menyembah berhala? Maka, dia akan menjawab, "Karena berhala-berhala itu dapat mendekatkan diri kepada Allah," sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang musyrik pada masa Rasulullah saw. Seandainya ada seorang muslim di kalangan orang awam yang melakukan kekeliruan, sehingga menganggap perbuatan syirik itu sebagai ibadah, lalu ditanyakan kepadanya, mengapa kamu menyembah kuburan? Maka dengan serta merta dia akan menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari beribadah kepada selain Allah, dan dengan cepat akan mengucapkan 'Laa Ilaaha Illallahu, Muhammadur Rasuulullahi'."
Perbuatan yang terakhir ini merupakan sesuatu yang lazim terjadi di kalangan umat Islam yang mengaku bertauhid dan membebaskan diri dari ibadah kepada selain Allah. Hal ini merupakan sesuatu yang membedakan dari penyembah berhala sebelum masa kenabian Muhammad saw. yang secara tegas menolak ketauhidan, melakukan kemusyrikan, dan membagi-bagi ibadah antara Allah dengan berhala-berhala.
Dengan demikian, hukuman yang harus ditetapkan kepada mereka yang melakukan kekufuran karena kekeliruan dalam memahami berbagai macam kemusyrikan termasuk sesuatu yang tidak boleh ditetapkan secara serampangan, melainkan harus ditetapkan secara teliti dan saksama, harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan, dan tidak adanya hal-hal yang menghalangi untuk ditetapkannya hukuman tersebut. Yaitu, tidak boleh mengabaikan kemestian yang bersifat umum yang menjadi tuntunan dari ketauhidan (yang dapat memelihara darah dan harta) yang ditetapkan melalui ucapan dua kalimat syahadat, di sela-sela kekeliruan yang dilakukan oleh pelakunya karena merasa samar dalam memahami perbuatannya yang bertentangan dengan kemestian yang bersifat umum dari ketauhidan itu. Bahkan, kekeliruan dalam memahami perbuatan yang bertentangan dengan perbuatan yang disyariatkan itu muncul dalam hatinya. Oleh karena itu, yang paling penting dalam menetapkan hukumannya adalah hilangnya kesamaran dalam memahami suatu dalil.
Sebab-Sebab yang Menghalangi Ditetapkannya Hukuman Kafir terhadap Orang yang Keliru dalam Melakukan Suatu Perbuatan yang Dikategorikan sebagai Perbuatan Syirik
1. Ketidaktahuan yang disebabkan karena baru masuk Islam, atau karena hidup di daerah pedalaman yang sangat jauh dari sentuhan ilmu pengetahuan.
Dari Abu Waqi' al-Laitsi r.a. seraya berkata, "Kami bepergian bersama Rasulullah saw. ke Hunain, dan termasuk orang yang baru terbebas dari kekufuran (mereka masuk Islam pada masa Fathu Makkah/Penaklukan kota Mekah) lalu beliau menjelaskan, 'Kami melewati sebuah pohon, maka kami berkata, 'Wahai Rasulullah saw., jadikanlah bagi kami tempat bergantung sebagaimana mereka (orang-orang kafir) memiliki tempat bergantung, di mana pada waktu itu orang-orang kafir memiliki sebuah pohon yang digunakan sebagai tempat i'tikaf oleh mereka, dan dijadikan sebagai tempat menggantungkan senjata mereka, di mana pohon tersebut biasa mereka sebut sebagai pohon yang memiliki tempat bergantung.' Ketika Kami mengatakan hal tersebut kepada Nabi saw., maka beliau dengan serta merta bersabda, 'Allahu Akbar, Demi Zat yang mengusai diriku, perkataanmu itu sama seperti yang dikatakan Bani Israel kepada Musa, 'wahai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala), sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).' Lalu Musa menjawab: 'Sesungguhnya kami ini adalah kaum yang mengetahui (sifat-sifat Tuhan).' Maka, akankah kamu melakukan perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang sebelummu'."
Hadis tersebut menunjukkan beberapa permasalahan: pertama, mereka itu termasuk para sahabat yang baru masuk Islam, yakni mereka masih memiliki keimanan dan ketauhidan yang bersifat umum. Hal ini nampak sekali dari perkataan mereka yang mengatakan bahwa mereka itu termasuk orang yang baru terlepas dari kekufuran. Karena itulah, mereka dimaafkan karena ketidaktahuannya tentang sesuatu yang harus mereka tuntut. Kedua, tuntutan mereka itu mengandung kemusyrikan. Karena itulah, Nabi saw. bersumpah bahwa apa yang mereka tuntut itu sama dengan sesuatu yang dituntut oleh Bani Israel dari Nabi Musa as, tetapi mereka tidak dihukumi kafir dengan melakukan perbuatan itu. Karena, mereka termasuk orang-orang yang baru terlepas dari kekufuran, dan belum sampai kepada mereka penjelasan tauhid yang dapat menghindarkan mereka dari perbuatan syirik tersebut. Ketiga, adanya ketetapan hati untuk tetap melaksanakan perbuatan syirik setelah dia mengetahui dalil yang menunjukkan akan kekufurannya. Sekiranya dia bersikukuh melakukan perbuatan syirik, padahal dia telah dilarang dan telah dijelaskan kepadanya bahwa perbuatannya itu termasuk perbuatan syirik, tetapi dia tidak menghentikannya, maka orang yang demikian dihukumi sebagai orang kafir. Sedangkan menghentikan perbuatan syirik dengan cara memenuhi tuntutan dalil yang menjelaskannya menjadi sebab tidak ditetapkannya hukuman kafir kepadanya.
Kisah ini mengandung pelajaran yang sangat berharga, karena seseorang muslim, bahkan seorang ulama sekalipun, terkadang terjerumus ke dalam perbuatan syirik, dan dia tidak menyadari bahwa perbuatannya itu termasuk perbuatan syirik. Oleh karena itu, betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan perlunya membebaskan diri dari kebodohan. Pelajaran lainnya adalah bahwa seorang muslim yang berijtihad jika mengeluarkan perkataan yang mengandung kekufuran, sementara dia tidak menyadarinya, dan dia diingatkan tentang hal itu, lalu dia bertobat seketika, maka dia tidak dihukumi sebagai orang kafir. Seperti perkataan yang dikemukan oleh Bani Israel dan mereka para sahabat yang telah mengajukan tuntutan kepada Nabi saw.
Imam Ibnu Hazm r.a. berkata mengenai sebagian pengertian hadis tersebut di atas, "Dalam hadis itu dijelaskan tentang pengampunan yang diberikan kepada orang yang belum tahu, di mana dia tidak dihukumi keluar dari agama Islam karena melakukan suatu perbuatan yang apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh orang alim yang telah mengetahui dalilnya, maka dia akan dihukumi sebagai orang kafir. Karena, mereka yang pandai berbicara itu telah mendustakan Nabi saw., sementara membohongi Nabi saw. itu termasuk kekufuran menurut kesepakatan para ulama, tetapi karena ketidaktahuan mereka dan mereka itu termasuk orang-orang Arab pedalaman (Baduwi), maka perbuatan yang telah mereka lakukan dimaafkan karena ketidaktahuannya, sehingga mereka tidak dihukumi sebagai orang-orang kafir."
Ibnu Taimiyyah berkata, "Banyak sekali manusia yang hidup pada tempat dan masa yang jauh dari sentuhan ilmu kenabian, dan tidak ada orang yang menyampaikan sesuatu yang telah diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yaitu Alquran dan hadis, sehingga mayoritas di antara mereka tidak mengetahui sesuatu yang telah diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, dan tidak ada orang yang menyampaikannya. Apabila dia mengingkari suatu hukum, maka dia tidak dapat dihukumi dengan orang kafir. Oleh karena itu, para imam telah sepakat bahwa orang yang hidup di daerah pedalaman yang jauh dari orang lain dan orang yang beriman, sementara dia sendiri termasuk orang yang baru masuk Islam, lalu dia mengingkari suatu hukum yang sudah jelas dan periwayatannya bersifat mutawatir, maka orang tersebut tidak dapat dihukumi sebagai orang kafir, sehingga dia mengetahui apa yang telah dibawa oleh Rasululah saw. Sebagaimana hal ini disinyalir dalam suatu hadis: "Akan datang kepada manusia suatu masa di mana mereka tidak mengetahui hukum salat, zakat, puasa, dan haji, kecuali kakek-kakek dan nenek-nenek yang sudah lanjut usia, sehingga mereka berkata, 'Kami mendapati bapak-bapak (nenek moyang) kami mengucapkan, 'Laa Ilaaha Illahu'." Kemudian Hudzaifah bin al-Yamaan berkata, "Apa manfaat dari kalimat 'Laa Ilaaha Illalhu' bagi mereka? Beliau menjawab, "Sesuatu yang dapat menyelamatkan mereka dari neraka." 

Selasa, 17 April 2012

Pembahasan Tuntas Seputar Khomr


Data dari lembaga kesehatan dunia (World Health Organization WHO) dalam bukunya tentang khomr dan dampaknya menjelaskan bahwa sebab-sebab yang mematikan berasal dari memakai khomr dan semua yang berkaitan dengannya yang menimpa pusat-pusat peradaban, baik di Amerika Serikat, Perancis, dan banyak negara-negara lain di dunia.

Dan sesungguhnya se pertiga penghuni rumah sakit di dunia industri disibukkan dengan penyakit khomr, bahkan negara bagian Texas mengeluarkan data yang menjelaskan bahwa semua dana yang dikeluarkan untuk mengobati peminum khomr semakin menambah hilangnya ekonomi yang dihasilkan dari menghamburkan harta-benda lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh dari produksi dan penjualan minuman beralkohol. Dan ini adalah gambaran mayoritas negara-negara di zaman sekarang.

Dan pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mungkin penyakit ini menggerogoti manusia sejak awal sejarah sampai hari ini, menyerang pribadi, keluarga, dan masyarakat tanpa ada satu orang pun yang mampu menyelesaikannya sebagaimana mereka banyak bisa mengobati penyakit-penyakit yang ada.

Dan jawabannya, jika diterangkan rinci akan menjadi buku yang berjilid-jilid tebalnya. Akan tetapi saya akan mencobanya untuk membuat satu timbangan terhadap penyakit ini dengan menjelaskan sitematikanya sebagai berikut:

1. Sebab pertama, Mabuk seketika dan aroma bahagia, dimana duhal ini merupakan daya tarik khomr. Ilmu pengetahuan menetapkan bahwa aroma yang menyengat tidaklain kecuali menipu. Khomr sama sekali tidak bisa memacu semangat dan vitalitas, bahkan faktanya justeru khomr malah berbahaya, menjadikan mabuk. Dan ilmu pengetahuan menjelaskan hakikat mabuk itu sebagai berikut:

a. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa otak manusia memiliki keistimewaan karena adanya pusat yang terdiri atas sel-sel perasa yang melakukan aktivitas penjagaan, sistem kontrol tentang segala yang akan dari pusat otak, awalnya ia akan merasakan sinyal, menerima dan menyimpulkannya, lalu mengeluarkannya dalam bentuk sesuatuyang rasoinal, yang layak bagi manusia untuk terus melakukannya selama hidup. Maka, ketika seseorang mengkonsumsi khomr, maka khomr itu akan memabukkan sel-sel otak perasa dan mematikan pekerjaan sel otak itu, menghilangkan sistem kontrolnya. Maka, jadilah pusat syaraf itu menjadi panas, aktivitasnya menjadi tidak terkontrol dan sistemik. Ini adalah sebab yang bisa anda temui pada orang yang terbiasa pada orang bisu dan malu pada siang hari, lisannya bergerak secepat komputer setelah terkena khomr.

2. Sebab kedua, dengan bertambahnya pengetahuan manusia akan dampak negatif khomr terhadap sisi kemasyarakatan, ekonomi, dan kesehatan, maka manusia mulai merasa sumpeg (sempit dada) dan mengoreksi diri sendiri untuk menghadapi masalah ini. Dan penelitian pun terus dilakukan untuk menemukan "kuncinya" sehingga bisa membebaskan masyarakat dari "pembunuh dan tanggungan yang berat ini". Dan membantah kesesatan yaitu apa yang dinamakan dengan zat yang terkandung dalam khomr dan bisa membinasakan semua orang dalam penjelasannya dan membebaskan diri dari pendapat-pendapat di bawah ini:

a. Khomr tidak menjadi bahaya kecuali jika diminum dalam jumlan yang banyak dan terus-menerus, sehingga tergantung kepadanya, baik psikologis maupun tubuhnya, bahkan turut membawa dampaknegatif kepada tubuh, ekonomi, masyarakat. Pemahaman picik ini mentakan bahwa seseorang tidak akan kenapa-kenapa selama tidak terus menerus meminumnya. Padahal berbagai penelitian ilmiah justeru menjelaskan jelas dan bahayanya hal itu. Dan jika di lihat dengan jernih dalam dalam, semakin jelas dan gamblang efek yang berbahaya yang ditimbulkan oleh khomr dimana ia mampu mengubah perilaku dan proses berfikir dengan strata yang tidak mungkin masyarakat terbebas darinya, jika sudah mengkonsumsinya.

b. Tahapan kedua: Dapat diketahui melalui berbagai penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa kandungan zat aditif dalam khomr adalah jelek dan bahkan penyebab penyakit. Sesungguhnya sejumlah orang yang kecanduan khomr tidak lebih dari 3% tidak mau bertanggung jawab terhadap mayoritas bahaya yang dialami masyarakat seperti bertambahnya jumlah perceraian, rusaknya keluarga, perampokan, pencurian, krisis ekonomi. Sebab, sesungguhnya kesehatan tubuh mereka tidak mentolerir sama sekali terhadap perilaku meminum khomr ini.

Terus, siapa yang bertanggung jawab??

Sesungguhnya bahaya yang hakiki berasal dari mereka yang setiap hari atau dalam acara-acara mereka meminum khomr. Sudah jelas bahwa sedikit dari khomr bisa merusak manusia bahkan bisa menyebabkan kematian salh satu sel otaknya.

Dr. Malvin Kinsley, guru besar fakultas kedokteran di AS dan kawan-kawannya mengatakan bahwa satu cangkir khomr bisa menyebabkan kematian salah satu sel otak manusia. Dan yang sudah diketahui bahwabahwa sel-sel otak tidak mengalami perkembangan atau pertumbuhan dua kali [baca berita mukjizat "kokohnya kepribadian -pent]. Dan semakin bertambah bahaya dari khomr ini pada orang yang setiap kali minum khomr, maka akan semakin banyak sel otaknya yang mati.

Penemuan ini merupakan informasi yang teragung yang bisa dicapai oleh ilmu pengetahuan manusia di zaman kiwari. Dengan hal ini, ilmu pengetahuan berhasil menetapkan sejumlah point penting dan menghancurkan pendapat yang mengatakan bahwa khorm dalam dosis kecil tidak membahayakan manusia.

Dari sini, kita mesti mau tunduk dan mengakui hikmah kenapa Islam mengatakan bahwa setiap yang memabukkan dalam jumlah banyak, maka sedikitnya juga haram

Penyakit Dan Obat Pada Lalat

Nabi Bersabda, "Apabila seekor lalat masuk ke dalam minuman salah seorang kalian, maka celupkanlah ia, kemudian angkat dan buanglah lalatnya sebab pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya ada obatnya (HR. Bukhari, Ibn Majah, dan Ahmad)
Dalam rwayat lain: "Sungguh pada salah satu sayap lalat ada racun dan pada sayap lainnya obat, maka apabila ia mengenai makananmu maka perhatikanlah lalat itu ketika hinggap di makananmu, sebab ia mendahulukan racunnya dan mengakhirkan obatnya" (HR. Ahmad, Ibn Majah)

Diantara mu'jizat kenabian Rasulullah dari aspek kedokteran yang harus ditulis dengan tinta emas oleh sejarah kedokteran adalah alat pembuat sakit dan alat pembuat obat pada kedua sayap lalat sudah beliau ungapkan 14 abad sebelum dunia kedokteran berbicara. Dan penyebutan lalat pada hadits itu adalah bahwa air tetap suci dan bersih jika dihinggapi lalat yang membawa bakteri penyebab sakit kemudian kita celupkan lalat tersebut agar sayap pembawa obat (penawarnya) pun tercelup ke air.

Dan percobaan ilmiah kontemporer pun sudah dilakukan untuk mengungkapkan rahasia di balik hadits ini. Bahwasannya ada kekhususan pada salah salah satu sayapnya yang sekaligus menjadi penawar atau obat terhadap bakteri yang berada pada sayap lainnya. Oleh karena itu, apabila seekor lalat dicelupkan ke dalam air keseluruhan badannya, maka bakteri yang ada padanya akan mati, dan hal ini cukup untuk menggagalkan "usaha lalat" dalam meracuni manusia, sebagaimana hal ini pun telah juga ditegaskan secara ilmiah. Yaitu bahwa lalat memproduksi zat sejenis enzim yang sangat kecil yang dinamakan Bakter Yofaj, yaitu tempat tubuhnya bakteri. Dan tempat ini menjadi tumbuhnya bakteri pembunuh dan bakteri penyembuh yang ukurannya sekitar 20:25 mili mikron. Maka jika seekor lalat mengenai makanan atau minuman, maka harus dicelupkan keseluruhan badan lalat tersebut agar keluar zat penawar bakteri tersebut. Maka pengetahuan ini sudah dikemukakan oleh Nabi kita Muhammad sallallahu 'alaihi wasallam dengan gambaran yang menakjubkan bagi siapapun yang menolak hadits tentang lalat tersebut.

Dan Dr. Amin Ridha, Dosen Penyakit Tulang di Jurusan Kedokteran Univ. Iskandariyah, telah melakukan penelitian tentang "hadits lalat ini" dan menegaskan bahwa di dalam rujukan-rujukan kedokteran masa silam ada penjelasan tentang berbagai penyakit yang disebabkan oleh lalat. Dan di zaman sekarang, para pakar penyakit yang mereka hidup berpuluh-puluh tahun, baru bisa mengungkap rahasia ini, padahal sudah dibongkar informasinya sejak dahulu. Yaitu kurang lebih 30-an tahun yang lalu mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri obat berbagai penyakit yang sudah kronis dan pembusukan yang sudah menahun adalah dengan lalat.

Berdasarkan hal ini, jelaslah bahwa ilmu pengetahuan dalam perkembangannya telah menegaskan penjelasannya dalam terori ilmiah sesuai dengan hadits yang mulia ini. Dan mukjizat ini sudah dikemukakan semenjak dahulu kala, 14 abad yang silam sebelum para pakar kedokteran mengungkapkannya baru-baru ini. ( www.islamicmedicine.org )

Jejak-Jejak Iblis





"Maka setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya untuk menampakkan aurat keduanya yang tertutup kepada keduanya, dan setan berkata: 'Tuhanmu tidak melarangmu dari mendekati pohon itu melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)'. Dia bersumpah kepada keduanya, 'Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.' Dia membujuk keduanya dengan tipu daya...." (Al-A'raf: 20--22).
Adam dan Hawa tinggal di surga. Iblis iri dibuatnya. Ia menyimpan dendam kesumat terhadap keduanya. Iblis pun berjanji akan mendongkel mereka dari surga. Tidak hanya itu, iblis juga berjanji menggelincirkan anak cucu Adam sampai kiamat. Demi ambisinya, iblis bahkan meminta dispensasi kepada Allah untuk bisa hidup sampai akhir zaman. Ia pun mencari celah untuk menggoda Adam dan Hawa. Celah itu akhirnya ia temukan. Iblis membujuk keduanya agar mendekati pohon larangan. Pohon yang Allah melarang keduanya untuk mendekati dan memakan buahnya. Keduanya tertipu, mereka mendekati dan memakan buahnya. Iblis tertawa terbahak. Akhirnya, mereka semua dikeluarkan dari surga.
Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya untuk menampakkan aurat keduanya yang tertutup kepada keduanya.... Setan tahu jika keduanya mendekati pohon larangan, aurat mereka akan tampak, karena mendekatinya adalah larangan dan melanggar larangan adalah maksiyat kepada Allah. Fawaswasa lahuma? (Iblis kemudian membisiki keduanya). Waswasah adalah bisikan hati dan suara yang pelan. Artinya, iblis melakukannya secara halus, melalui bisikan hati, dan kadang tidak terdeteksi.
Setan berkata, "Tuhanmu tidak melarangmu dari mendekati pohon itu, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal di surga."
Pintu tipu daya terbesar adalah ketika iblis berhasil mengidentifikasi keinginan Adam dan Hawa untuk kekal di surga. Demikian dikatakan oleh Ibnu Qoyyim. Keinginan?, itulah yang banyak menjadi pintu tipu daya setan. Seperti maklum, setan menggoda Anak Adam melalui aliran darah. Ia mencapai nafsu manusia dengan merasuk dan menanyainya, termasuk menanyai apa yang disukai dan apa yang tak disukai; apa yang diingini dan apa yang tak diingini. Anak Adam banyak terperdaya melalui pintu ini.
Setelah iblis berhasil mengendus keinginan moyang kita, ia menerapkan politik berikutnya. Apa itu? ia berkedok menjadi penasihat bagi keduanya. Tidak tanggung-tanggung, untuk meyakinkan Adam dan Hawa, ia harus bersumpah dengan nama Allah. Untaian kalimatnya pun dibuat simpatik, Waqaasamahumaa innii lakumaa la-minan-naasihiin (Dia bersumpah kepada keduanya, 'Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasehat kepada kalian berdua....').
Sebuah ungkapan yang membuai, Ada penegasan dengan sumpah (waqaasamahumaa) , ada penegasan dengan kata sesungguhnya (inni), unsur objek dikedepankan dari subjek (lakumaa sebelum naasihin) yang mengandung makna pengkhususan, sehingga ayat tersebut bisa bermakna, "Nasihatku kuberikan khusus untuk kalian berdua, dan manfaatnya kembali kepada kalian berdua, bukan kepadaku."
Pekerjaan menasihati juga diungkapkan dengan isim fa'il yang menunjukkan sifat, dan bukan fi'il yang menunjukkan kejadian yang baru terjadi, sehingga ia dapat dimaknai: memberikan nasihat adalah sifat, watak, dan profesiku, bukan hal yang bersifat insiden.
Iblis juga menggambarkan dirinya sebagai salah satu dari banyak penasihat (laminan-naasihin), dengan begitu seolah dia berkata, "Banyak orang menasihatimu dalam hal ini, sedangkan aku hanya salah seorang dari mereka." Ini serupa dengan ungkapan, "Semua orang sependapat denganku dalam masalah ini, dan aku hanyalah salah seorang yang menyuruhmu berbuat begitu."
Singkatnya, iblis menggunakan politik meyakinkan, membesarkan hati, dan memberikan solusi untuk sebuah tindakan membohongi, menipu, dan memperdaya. Untuk meyakinkan, ia tampil sebagai pemberi nasihat atau konsultan profesional, yang pendapatnya diklaim mewakili pendapat kebanyakan. Bahkan, untuk menipu Adam dan Hawa, Iblis perlu menjuluki pohon larangan dengan pohon kekekalan, seperti dalam firman Allah, "Setan berkata: 'Wahai Adam, maukah kutunjukkan kepadamu pohon kekekalan (syajaratul khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa'?" (Thaha: 120).
Politik Iblis banyak ditiru pengikut-pengikutnya. Termasuk pengikutnya dari golongan manusia. Ada politik "penghalusan" semacam di atas. Kemungkaran banyak dijuluki dengan nama cantik. Judi dinamakan adu ketangkasan. Dahulu, judi bahkan dinamakan sumbangan dana sosial; pelacur dijuluki wanita idaman; riba disebut bunga; pengingkaran terhadap ayat dinamakan kontekstualisasi; penyelewengan Alquran diklaim membumikan Alquran; pembantaian penduduk sipil disebut penegakan demokrasi. Memerangi Islam disebut memerangi teroris, dan seterusnya.
Mendompleng keinginan orang juga lazim digunakan para pengikut setan. Jika mereka bermaksud mempengaruhi orang, agar maksud jahatnya terwujud, mereka memulai menyinggung keinginan, kemauan, dan kebutuhan orang yang dipengaruhi, seperti keinginan Adam dan Hawa untuk kekal di surga. Kadang "singgungan" itu berupa rangsangan untuk menuju keinginan, kadang keinginan itu sendiri yang dipenuhi sebagai semacam "suapan". Betapa banyak misionaris yang membujuk umat Islam dengan kedok bantuan-bantuan kemanusiaan, terutama saat mereka tertimpa musibah atau terdesak kebutuhan. Juga betapa sering bangsa Barat memperalat pemerintahan negeri-negeri Islam untuk memerangi orang Islam dengan iming-iming yang menggiurkan atau yang lazim disebut dengan politik stick and carrot.
Sebagaimana iblis berkedok menjadi penasihat profesional, para pengikutnya di era modern juga demikian. Penasihat yang memberikan arahan dan solusi. Jika iblis melegalisasi profesionalismenya dengan sumpah atas nama Allah, dan dengan penguatan-penguatan lain, para penasihat modern tampil dengan performa yang meyakinkah, kredibel, bonafid, dan sejenisnya karena sebelumnya memang telah diopinikan demikian. Maka, ketika sebuah negara sakit, mereka tampil menjadi dokter. Orang sakit tentu susah dan kurang etis jika membantah sang dokter, tak peduli diagnosanya keliru, juga tak peduli obat yang diberikan racun sekalipun. Betapa banyak negeri yang sami'na waata'na didikte oleh lembaga semacam IMF dengan dalih penyelamatan, meskipun sesungguhnya penjerumusan.
Jika setan suka mengatasnamakan orang banyak (sesungguhnya aku salah satu pemberi nasihat), setan modern demikian juga. Untuk menjustifikasi kemauannya, ia perlu menyatakan bahwa ia didukung oleh banyak pihak. Meski kadang dukungan tersebut lebih bersifat klaim, misalanya penganugerahan nobel perdamaian dan sejenisnya. Bukankah pada era modern opini media massa yang membentuk fakta dan bukan fakta yang membentuk opini? Contoh menarik dewasa ini adalah daftar kelompok teroris versi PBB yang diklaim atas masukan banyak negara, seolah daftar tersebut mewakili aspirasi mayoritas penduduk dunia.
Akhirnya, marilah kita berlindung kepada Allah dari tipu daya setan, seperti diajarkan Allah dalam Alquran, "Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahaan bisikan setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia'." (An-Naas: 1--6). 

Manusia Menyikapi Petunjuk




"Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.Yang demikian itu itu adalah karunia yang amat besar." (Fathir: 32).
Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat.
Dhalim linafsih artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang.
Muqtashid artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiban menyangkut hak orang lain (seperti berbakti pada orang tua, menafkahi istri, berbuat adil, dan seterusnya).Yang haram ia tinggalkan, seperti, mencela, mengumpat, memeras, dan seterusnya. Ia kadang meninggalkan amalan sunah dan kadang melakukan hal yang makruh. Bukan berarti orang semacam ini tidak pernah berbuat dosa, tetapi jika ia berbuat dosa Allah mengampuni dosanya lantaran taubat atau hal lain yang menghapuskannya.
Saabiq bil khairaat artinya orang yang beregegas dalam kebaikan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh yang wajib dan sunah, meninggalkan yang haram dan makruh, juga sebagian yang mubah. Syaikhul Islam dalam Majmu' Fatawa menulis, "Saabiq bil khairaat adalah mereka yang mendekatkan diri (bertaqarrub) dengan segenap kemampuannya untuk menunaikan yang wajib dan yang sunah serta meninggalkan yang haram dan makruh, walaupun ini tidak menutup kemungkinan golongan muqtashid, dan saabiq bil khairaat mempunyai dosa yang dihapuskan darinya, baik itu dengan taubat, amalan yang bisa menghapus dosa, musibah, atau yang lain.
Perhitungan Mereka di Akhirat
Abu Darda mendengar Rasulullah saw. bahwa kelompok saabiqun adalah mereka yang akan masuk janah (surga) dengan tanpa hisab. Kelompok muqtashid adalah mereka yang akan dihisab dengan hisab yang ringan (hisaban yasiira). Kelompok dhalimun adalah mereka yang mendapat rintangan sepanjang mahsyar, kemudian Allah menghapus kesalahannya karena rahmat-Nya, hingga mereka berkata, "Dan mereka Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rab kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (jannah) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu." (Fathir: 34--35). (R Imam Ahmad).
Di Mana Posisi Kita?
Dalam Tafsir Ibnu Katsir halaman 534 disebutkan bahwa suatu ketika ibunda Aisyah r.a. ditanya oleh Uqbah bin Shuhban al-Hinai tentang ayat di atas. Beliau menjawab, "Wahai anakku, mereka berada di janah. Adapun sabiq bil khairat adalah mereka yang telah berlalu pada masa Rasulullah saw., Rasulullah menjanjikan untuk mereka janah. Adapun muqtashid adalah mereka yang mengikuti jejaknya dari kalangan sahabatnya sehingga bertemu dengan mereka. Adapun dhalim linafsih adalah seperti aku dan kalian?."
Komentar ibunda Aisyah r.a. yang mengelompokkan dirinya ke dalam dhalim linafsih, tentu sebuah ketawadhu'an, sebagaimana dinyatakan oleh Uqbah bin Shuhban, menurutnya, Ibunda Aisyah justru termasuk pemuka sabiq bil khairat. Namun, bagi kita tidak ada alasan untuk tidak menyatakan diri kita sebagai muqtashid apalagi sabiq bil khairat.
Tampaknya yang tersisa bagi kita adalah posisi dhalimu linafsih. Betapa tidak? setiap hari kita selalu bergelimang dosa. Terlalu banyak kewajiban yang kita tinggalkan, juga terlalu banyak larangan yang kita terjang. Setiap waktu kita sering melihat hal yang tidak boleh dilihat, mendengar hal yang tak boleh didengar, dan berucap ucapan yang dilarang.
Tiga kelompok di atas memang akhirnya dinyatakan akan masuk janah, karena mereka adalah umat Muhammad saw. yang bertauhid. Namun, bagi kelompok dhalim linafsih sungguh berada pada posisi terancam. Mengapa? untuk dapat memasuki janah, kelompok ini harus melewati proses hisab yang berat. Beruntung jika mendapat ampunan dan rahmat Allah, hingga selamat dalam meniti shirat, jika tidak, api neraka akan turut menjilati tubuh sebagai pembalasan atas dosa yang dilakukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa menulis, "Dhalimun linafsih termasuk dalam kelompok orang-orang yang beriman, mereka mendapatkan walayah (kecintaan) dari Allah sebatas iman dan takwanya, dan sekaligus mendapatkan adawah (permusuhan) sebatas kefajirannya. Yang demikian itu karena pada seseorang bisa jadi terkumpul kebaikan-kebaikan yang menjanjikan pahala dan kejelekan-kejelekan yang menjanjikan siksa, sehingga seseorang mungkin saja diberi pahala dan disiksa. Ini adalah pendapat seluruh sahabat, para imam dan Ahlus Sunnah wal-Jamaah yang menyatakan bahwa siapa 

Berbuat Baik Disukai Allah





"Dan berbuat baiklah (ihsan), karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Al-Baqarah: 195).
Ali bin al-Husain memiliki hamba sahaya perempuan. Suatu hari sang budak menuangkan air wudu untuknya. Tanpa disengaja, ceret, tempat air wudhu, jatuh menimba wajah Ali hingga terluka. Ali Zainal Abidin dengan marah menatap wajah sang budak. Merasa bersalah sang budak berkata, (mengutip surah Ali Imran ayat 134 yang menyebutkan kriteria orang bertakwa), "Sesungguhnya Allah berfirman, 'Wal kaazimiinal ghaidl,' (Dan orang yang menahan amarahnya)."
Ali menjawab, "Aku telah menahan amarahku."
Hamba sahaya berkata lagi, "Wal 'aafiina 'anin nas" (Dan orang-orang yang memberikan maafnya).
Ali menimpali, "Semoga Allah memaafkan kamu."
Ia berkata lagi, "Wallahu yuhibbul muhsiniin" (Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan).
Ali membalas, "Engkau telah kubebaskan karena Allah Azza wa Jalla." (Al-Bidayah IX/112).
Subhanallah! sungguh sebuah sikap yang mengagumkan. Amarah yang berhenti dalam sekejab karena dibacakan ayat, disusul pemberiaan maaf, bahkan pembebasan budak karena dorongan berbuat ihsan. Tercermin sebuah kematangan emosi, pengagungan akan ayat Allah, dan sikap memilih dan melakukan yang terbaik (ahsanahu).
Itulah profil muslim. Karena, Islam dibangun di atas tiga pilar: Islam, iman, dan ihsan. "Tadi adalah Malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan persoalan din kepada kalian." Itulah jawaban Rasulullah ketika malaikat datang dan bertanya perihal Islam, iman dan ihsan. Jadi, dinul Islam dibangun di atas ketiganya.
Perbuatan ihsan itu banyak bentuk dan ragamnya. Ihsan dalam hal ibadah, seperti jawaban Rasulullah saw. kepada Jibril, "Ihsan adalah hendaklah engkau beribadah kepada Allah seperti engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu." (HR Muslim). Ihsan dalam ibadah adalah adanya rasa selalu diawasi Allah Taala ketika menunaikannya, seolah ia melihat Allah, atau minimal merasakan bahwa Allah melihatnya. Untuk itu, harus dilakukan dengan menyempurnakan syarat, rukun, sunah dan tata-caranya. Karena, ibadah tidak akan dilihat oleh Allah jika menyelisihi tata-cara yang disyariatkan. Demikian ditulis oleh Abu Bakar al-Jazairi dalam Minhajul Muslim. Beliau juga menilis bentuk-bentuk berbuat ihsan dalam bidang muamalah, misalnya dengan berbuat baik kepada orang tua, sanak keluarga, anak yatim, orang miskin, musafir, pembantu, manusia secara umum dan hewan, seperti tersebut dibawah ini.
Berbuat baik kepada orang tua bisa dengan menaatinya, memberikan kebaikan kepada keduanya, tidak menyakiti keduanya, mendoakan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, melaksanakan wasiat-wasiat keduanya dan menghormati teman-teman keduanya.
Berbuat baik kepada sanak keluarga misalnya dengan menyayangi mereka, lemah lembut terhadap mereka, mengerjakan perbuatan baik bersama mereka, tidak melakukan tindakan-tindakan yang menyusahkan mereka dan tidak menjelek-jelakkan ucapan mereka.
Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan menjaga harta mereka, melindungi hak-hak mereka, mendidik mereka, membina mereka, tidak menyakiti mereka, tidak memaksa mereka, ceria di depan mereka, dan mengusap kepala mereka.
Berbuat baik kepada orang-orang miskin adalah dengan menghilangkan kelaparan mereka, menutup aurat mereka, menganjurkan manusia memberi makan kepada mereka, tidak mencaci kehormatan mereka, tidak menghina mereka, dan tidak menimpakan kesusahan kepada mereka.
Berbuat baik kepada musafir ialah dengan memenuhi kebutuhannya, menutup aibnya, menjaga hartanya, melindungi kemuliannya, memberinya petunjuk jika ia meminta petunjuk, dan menunjukkannya jika tersesat.
Berbuat baik kepada pembantu adalah dengan menggajinya sebelum keringatnya kering, tidak menyuruhnya mengerjakan pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan, menjaga kemuliaannya, dan menghormati kepribadiannya. Jika pembantu tersebut menetap di rumah yang dibantu, baginya memberi makan seperti yang ia makan, memberi pakaian seperti yang ia kenakan.
Berbuat baik kepada manusia secara umum antara lain dengan berkata lembut kepada mereka, mempergauli mereka dengan pergaulan yang baik setelah sebelumnya menyuruh mereka kepada kebaikan, melarang mereka dari kemungkaran, memberi petunjuk kepada orang yang tersesat di antara mereka, mengajari orang jahil di antara mereka, mengakui hak-hak mereka, tidak mengganggu mereka dengan mengerjakan tindakan yang membahayakan mereka dan lain sebagainya.
Berbuat baik kepada hewan adalah dengan memberinya makan jika lapar, mengobatinya jika sakit, tidak membebani dengan muatan yang tidak mampu ditanggungnya, lemah lembut terhadapnya jika bekerja, dan mengistirahatkannya jika lelah.
Begitulah bentuk-bentuk ihsan. Semoga kita tergolong dalam barisan muhsinin yang dicintai Allah, seperti dalam firman di atas, "Dan berbuat baiklah (ihsan), karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Al-Baqarah: 195). Wallahu a'lam bish shawab. (Abu Zahrah)

Senin, 16 April 2012

Menjaga Kehormatan



Sungguh merupakan bahaya besar yang tidak disadari oleh kebanyakan umat Islam, ketika angin fitnah berhembus kencang menerpa mereka. Tak banyak yang mampu teguh berdiri kokoh. Jika seseorang berhasil mengatasi fitnah syubhat, belum tentu mampu menepis fitnah syahwat, atau sebaliknya. Hingga akhirnya, mereka tidak lagi terlihat melindungi dan menjaga harga diri dan kehormatan. Justru mencampakkan dan menggantinya dengan kehinaan.

Itulah fenomena yang terlihat di hadapan mata kita, terutama pada kaum wanita. Keadaan umat semakin terlihat kacau, mereka tampak jauh dari petunjuk Alquran dan sunah, sehingga mereka sangat mudah dipatahkan, karena tidak mempunyai kekuatan prinsip sama sekali. Sampai-sampai orang yang ingin tetap komitmen terhadap agamanya dan menjaga kesucian diri (iffah) nya merasa berat menghadapi kenyataan, dan selalu berhadapan dengan bahaya yang mengerikan.

Kenyataan tersebut berawal dari hanyutnya sebagian kaum muslimin terhadap propaganda-propaganda dan slogan-slogan batil yang dilancarkan musuh-musuh Islam. Westernisasi (pemberdayaan budaya Barat) oleh umat tidak dihitung sebagai upaya penggeseran nilai-nilai akidah. Sehingga, dengan berbagai dalih seperti globalisasi atau universalisasi musuh berhasil menipu umat. Maka, semakin jauhlah manusia dari petunjuk dan kebenaran. Isu globalisasi tersebut telah berhasil mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, antara kebaikan dan kemungkaran, antara sunah dan bidah, juga antara Islam dan non-Islam.

Teori inilah yang paling jitu untuk melunturkan agama dari dalam diri orang beriman, dan mengubah umat Islam menjadi binatang piaraan yang mudah dihalau dan dikendalikan. Dengan hal itu, mereka meninabobokkan umat, membuatnya terlena dalam kesenangan nafsu, sehingga perasaan menjadi tumpul tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang mungkar. Bahkan, ada di antara mereka yang perlahan-lahan mulai murtad dari ajarannya.

Semua ini akibat dari sikap meremehkan kaidah al-wala' wal-bara' atau loyalitas kepada agama dan pembebasan diri dari selainnya. Selain itu, karena adanya penodaan terhadap makna cinta dan benci karena Allah, pembungkaman mulut untuk mengatakan kebenaran, dan munculnya berbagai tuduhan yang dilontarkan kepada orang yang masih mempunyai kebaikan dan berusaha memperjuangkan kebenaran. Mereka dituduh sebagai teroris, ektremis, radikalis, fundamentalis, dan lain-lainnya, bahkan julukan-julukan yang sangat keji.

Di antara upaya yang sangat membahayakan dan berpengaruh besar dalam meluluhlantakkan umat Islam dan menghanyutkan mereka dalam gelombang kesenangan syahwat dan kemerosotan akhlak adalah penyebaran fitnah berupa upaya memalingkan kaum wanita Islam dari penjagaan-penjagaan keutamaan yang ada dalam diri mereka kepada pintu-pintu kehancuran dan pembukaan berbagai perbuatan keji. Sehingga, kebanyakan wanita Islam tidak lagi terlihat melindungi dan memelihara kehormatan serta harga diri, malah mengobrak-abrik, merusak, dan menjadikannya hina.

Dengan semboyan HAM, kebebasan kaum wanita, kesetaraan gender, dan lain-lainnya yang semuanya bersumber dari paham demokrasi yang sesat dan menyesatkan. Dengan itu mereka telah berhasil mengubah pola pikir wanita-wanita Islam. Sehingga, dengan serta merta kaum wanita Islam mulai meninggalkan hijab, ikut meramaikan budaya mengumbar aurat di depan umum, bertabarruj (berdandan), dan sufur (buka-bukaan aurat), berpenampilan tidak senonoh, dan ikut terlibat dalam pornografi maupun pornoaksi.

Di Indonesia, negara berkembang yang berpenduduk mayoritas muslim dan akrab dengan budaya ketimuran, sudah mulai terasa derasnya arus budaya Barat. Kaum muslimin mulai mengadopsi budaya-budaya bejat itu. Kaum remaja tanpa batas leluasa meniru gaya orang-orang kafir Barat, mulai dari trend mode pakaian, gaya bergaul, dan gaya hidup. Maka, tidak heran jika remaja yang tinggal di kota-kota besar sudah akrab dengan budaya seks bebas. Anehnya, para orang tua tidak sedikit yang justru ikut membantu dan mendorong putra-putrinya ke jurang kenistaan dan kemerosotan moral itu. Na'udzubillah min dzalik.

Musuh-musuh Islam menggunakan cara-cara yang sangat halus dalam melancarkan aksi untuk sampai pada tujuan mereka. Tahap awal yang mereka lakukan adalah menggalakkan budaya ikhtilath (campur-baur antara laki-laki dan perempuan).

Ikhtilath yang jelas-jelas tegas dilarang oleh Islam sudah ditanamkan mulai pada anak usia TK hingga di perguruan-perguruan tinggi. Penyebaran budaya sesat ini yang paling gencar melalui media informasi. Di Indonesia kebanyakan acara-acara TV ataupun radio yang bertema kaum muda rata-rata menjiplak acara-acara dari negara-negara Barat. Kita saksikan di bebarapa stasiun TV berbagai program acara yang justru mendidik kawula muda untuk hidup bebas. Ada acara AFI, KDI, Indonesia Idol, Indonesian Star, Penghuni Terakhir, dan lain-lainnya. Hampir setiap stasiun TV di Indonesia menampilkan acara-acara yang tidak lagi mengindahkan moral dan etika agama. Tidak hanya ikhtilath yang kelihatan, namun kehidupan bebas yang dimeriahkan. Jadi, seakan kawula muda diarahkan untuk menerapkan budaya bebas itu dengan cara menyuguhi mereka acara-acara yang sarat dengan pengajaran hidup bebas.

Dari situ kemudian dampaknya mulai meningkat lebih parah. Hijab, kerudung, atau biasa disebut jilbab mulai ditinggalkan oleh kaum muslimah. Atau, paling tidak ada penggeseran dari nilai-nilai dasarnya. Mereka yang masih mau menunjukkan identitas muslimahnya tidak lagi memakai kerudung yang sesuai dengan aturan syariat Islam, tetapi memakai kerudung-kerudung mungil, gaul, sesuai mode yang pada hakikatnya melanggar aturan Islam. Tindakan ini tidak menambah kebaikan sama sekali pada pelakunya, justru jika menggalakkan sunnah sayyiah (budaya yang tidak sesuai dengan Islam), mereka akan mendapat multilevel dosa.

Yang lebih parah lagi ketika kaum muslimah sudah mulai mengadopsi cara perpakaian orang Barat, yang jelas mengumbar aurat. Bagi remaja putri, mungkin saat ini akan malu jika perpakaian longgar. Gaya berpakaian ala Barat ini sudah dikenalkan pada anak-anak yang baru usia TK. Maka tidak heran jika kita lihat hampir di semua tempat adanya kenyataan yang sangat memprihatinkan. Mereka yang mengaku sebagai muslimah memakai pakaian-pakaian yang ketat, bahkan super ketat yang menampakkan lekuk-lekuk keindahan tubuhnya. Dalam hal ini, disadari maupun tidak disadari, dari fenomena ini diketahui bahwa mereka sudah jauh dari moral dan sangat jauh dari akhlak yang benar. Gaya berpakaian dengan menampakkan pusar atau bagian perut bahkan dada sudah sangat sulit untuk dihindari. Sehingga orang yang masih menjaga dirinya merasa risih dengan fenomena ini. Sudah demikian jauhkah keadaan mereka sehingga mereka tidak mengetahui ancaman Rasulullah terhadap wanita-wanita yang memakai busana namun seperti telanjang bahwa mereka adalah calon penghuni neraka?

Ada yang berusaha membungkus kebusukan ini dengan cara yang lain. Yaitu, ketika sebagian tetap memakai kerudung (tentu saja yang mungil, trendi, gaul, dan tidak memenuhi sarat Islam), namun mereka tetap memakai pakaian-pakaian yang ketat. Cara berkerudungnya sudah salah, ditambah dengan pakaian yang tidak senonoh.

Semua itu menunjukkan hilangnya harga diri dan kehormatan sebagian wanita muslimah. Dan, karena kebanyakan manusia sudah diliputi hawa nafsu akibat jauhnya dari petunjuk, maka pemandangan semacam itu tidak lagi menjadi masalah, justru dinikmati, dibela dan diperjuangkan. Na'udzubillah min dzalik.

Sebenarnya masalah ini menjadi tanggung jawab semua lapisan kaum muslimin. Semua harus berupaya semampunya untuk mengembalikan citra, harga diri, dan kehormatan Islam. Bagi orang tua hendaknya mendidik putra-putrinya agar berakhlak dan berbudaya Islam, dan tidak membiarkan mereka larut dengan gaya-gaya orang kafir. Bagi para guru supaya menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak didiknya agar terbentuk pola pikir Islam. Bagi para dai supaya tidak bosan menyuarakan kebenaran dan ajakan untuk kembali kepada Alquran dan sunah. Dan bagi semua pihak, terutama kaum wanita, agar bertakwa kepada Allah, berserah diri kepada-Nya, tunduk pada tuntunan Rasulullah saw., tidak mudah terbujuk oleh rayuan dan bisikan penyeru kerusakan. Barang siapa mempunyai iman dan keyakinan yang kuat, pastilah ia membentengi diri dengan berpegang teguh pada tuntunan syariat Allah.

Sesungguhnya awal kesuksesan hidup, keselamatan, dan kebahagiaan yang hakiki adalah mengikuti sunnah (petunjuk) Rasulullah saw. Sebaliknya, awal kesengsaraan, kehancuran, dan malapetaka adalah mengikuti hawa nafsu. Setiap yang menyelisihi sunah adalah hawa nafsu, dan hawa nafsu mengikuti setan. Maka, marilah kita sesuaikan segala aspek kehidupan kita dengan petunjuk Rasulullah saw. agar harga diri dan kehormatan kita tetap terjaga

Sabtu, 14 April 2012

Kajian Seputar Nabi Ismail dan Nabi Ishaq

Ismail as adalah putra pertama dari nabi Ibrahim as dengan Hajar, Ishaq as adalah anak kedua dari Ibrahim as dengan Sarah. Sarah adalah istri pertama Ibrahim, namun hingga umurnya yang telah mencapai seumur nenek-nenek belum juga dikarunia anak, maka Sarah memutuskan agar nabi Ibrahim mengawini budaknya yaitu Hajar. Maka Ibrahimpun mempunyai anak dengan Hajar yang diberi nama Ismail. Sarah cemburu hingga mengusir Hajar agar keluar dari rumahnya, Ibrahimpun membawa Hajar serta Ismail ke Mekah dan meninggalkannya di Mekah.

Menurut keimanan Kristen dan Yahudi putra yang dikorbankan oleh Ibrahim adalah Ishaq, tetapi menurut keimanan Islam putra yang dikorbankan adalah Ismail. Perbedaan dua keimanan ini tidak mungkin benar kedua-duanya, pasti salah-satunya saja yang benar, karena dua keimanan ini berkisah pada satu obyek yang sama yaitu pengorbanan putra Nabi Ibrahim.

Memang dalam masalah siapakah yang dikorbankan bukanlah masalah akidah, namun kebenaran siapakah yang dikorbankan membawa konsekuensi yang teramat besar, terutama bagi orang-orang Kristen dan Yahudi, pasalnya kebenaran ini berhubungan langsung dengan keakuratan kitab suci dalam mengisahkan kejadian yang sesungguhnya.

Al-Qur¡¦an menyatakan secara tidak langsung bahwa putra nabi Ibrahim as yang dikorbankan adalah Ismail, sementara menurut Talmud dan Bible yaitu kitab agama Yahudi dan Kristen, menyebutkan secara langsung dan tegas bahwa putra nabi Ibrahim yang dikorbankan adalah Ishaq.

Kajian secara teliti dan jujur, baik berdasarkan Al-Qur¡¦an, Bible dan Talmud akan diperoleh kesimpulan yang sama bahwa putra nabi Ibrahim yang dikorbankan adalah Ismail as bukan Ishaq as seperti yang diaku-aku oleh orang-orang Yahudi dan Kristen selama ini. Penyebutan nama Ishaq dalam Bible dan Talmud secara tata bahasa berkualitas sebagai sisipan para penulis kitab karena kedengkiannya, mari kita kaji secara ilmiah dan obyektif.

MENURUT AL-QUR'AN

Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. QS. 37:101

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". QS. 37:102

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). QS. 37:103

Dalam rangkaian ketiga ayat tersebut memang tidak secara langsung disebutkan bahwa nabi Ismail-lah yang dikorbankan, tetapi dari ayat pertama sudah jelas bahwa Allah SWT memberikan kabar gembira akan datangnya seorang anak yang amat sabar, ayat ini memberikan gambaran bahwa nabi Ibrahim saat itu belum mempunyai seorang anakpun, jadi anak yang dijanjikan dalam ayat tersebut adalah anak yang pertama yaitu Ismail.

Dalam ayat-ayat selanjutnya mengisahkan dialog antara nabi Ibrahim dengan Ismail tentang perintah penyembelihan Ismail, dan beliau berdua berhasil melalui ujian yang nyata tersebut dengan amat sabar, dan Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor sembelihan yang besar .

Setelah al-Qur¡¦an mengisahkan kisah antara nabi Ibrahim dengan putranya Ismail, dalam ayat selanjutnya yaitu QS. 37.112 Al-Qur¡¦an mengisahkan bahwa Allah SWT memberikan kabar baik akan datangnya seorang anak lagi yang bernama Ishaq :

Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. QS. 37:112

Ayat tersebut memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa kabar gembira akan lahirnya Ishaq adalah setelah kisah kabar gembira akan lahirnya Ismail dan kisah perintah penyembelihannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa al-Qur¡¦an menyatakan Ismail-lah yang akan disembelih bukan Ishaq.

MENURUT BIBLE

Nabi Ibrahim dan Istrinya Sarah adalah dari bangsa yang sama, Sarah mempunyai budak bernama Hajar dari Mesir. Dalam pernikahannya dengan Sarah nabi Ibrahim belum dikaruniai anak padahal umur mereka sudah mencapai sekitar 80 tahun.

Akhirnya Sarah memutuskan agar Ibrahim menikahi budaknya yaitu Hajar.

Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.

Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.

Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hamba-nya, orang Mesir itu, -- yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan --, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isteri-nya.
Kejadian 16:1-3

Bersama Hajar nabi Ibrahim mempunyai anak yang kemudian dinamainya Ismail, ketika itu nabi Ibrahim berumur 86 tahun :

Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya. Kejadian 16:16

Dan ketika nabi Ibrahim berumur 99 tahun, Allah SWT menjanjikan seorang anak lagi namun dari pihak Sarah :

Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram ¡K.. Kejadian 17:1

Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya." Kejadian 17:16

Dan setahun kemudian lahirlah anak dari Sarah yang diberi nama Ishaq, dua tahun ke-mudian nabi Ibrahim mengadakan perjamuan besar untuk menyapih Ishak, sehingga ketika Ishaq berumur 2 tahun Ismail berumur 16 tahun, namun Sarab berubah pikiran setelah mempunyai anak, ia menyuruh nabi Ibrahim untuk mengusir Hajar dan Ismail dari rumah-nya, maka Hajar dan Ismail meninggalkan rumah Sarah.

Setelah itu Allah berfirman kepada nabi Ibrahim :

Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Kejadian 22:2

Dalam ayat tersebut dikisahkan secara jelas dan gamblang bahwa Bible mengisahkan Ishaqlah yang dikorbankan untuk disembelih bukan Ismail.

BENARKAH KISAH BIBLE

Satu-satunya dasar bagi orang-orang Yahudi dan Kristen mengimani Ishaq yang dikorbankan adalah penyebutan nama Ishaq dalam kitab mereka yaitu dalam kejadian 22:2.

"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq¡K¡K . Kejadian 22:2

Setelah dikaji, kalimat ¡¥yakni Ishaq¡¦ dalam ayat tersebut mempunyai kejanggalan yang teramat serius, alasannya :

Pertama : kalimat ¡¥yakni Ishaq¡¦ pada susunan tersebut adalah mubazir, karena kalimat tersebut telah sempurna justru bila tanpa ¡¥yakni Ishaq¡¦ :

Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi,

Dengan susunan tersebut tentu nabi Ibrahim sudah paham siapa yang disebut sebagai anak tunggal yang dikasihinya.

Kedua : Kalimat ¡¥yakni Ishaq¡¦ kontradiksi dengan kalimat sebelumnya yang menyatakan :

Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi

Karena ketika itu, Ismail telah lebih dahulu lahir sebagai anak nabi Ibrahim, penyebutan Ishaq sebagai anak tunggal dalam ayat tersebut tidak sesuai dengan sejarah dan itu berarti mengingkari Ismail sebagai anak sah Ibrahim.

Inilah keturunan Ismael, anak Abraham, yang telah dilahirkan baginya oleh Hagar, perempuan Mesir, hamba Sara itu Kejadian 25:12

Tentu saja menyebut Ishaq sebagai anak tunggal berarti mengingkari Ismail sebagai anak Ibrahim, mengingkari Ismail sebagai anak Ibrahim berarti mengingkari ayat-ayat dalam Bible itu sendiri.

ISHAQ ANAK TUNGGAL ?

Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasih¡K¡K¡K Kejadian 22:2

Siapakah anak tunggal yang dimaksud dalam ayat tersebut bila bukan Ishaq ?

Ibrahim hanya mempunyai dua orang anak, yaitu Ismail dan Ishaq, Ishaq bisa disebut sebagai anak tunggal bila Ismail sebagai anak per-tama telah meninggal, tetapi kenyataannya Is-mail belum meninggal. Ismail bisa disebut se-bagai anak tunggal bila Ishaq belum lahir, keadaan yang kedua inilah yang paling mungkin.

Al-Qur¡¦an mengisyaratkan bahwa peristiwa perintah penyembelihan terhadap Ismail adalah sebelum Allah Æ’¹ memberikan kabar gembira yang kedua kalinya kepada nabi Ibrahim akan lahirnya seorang anak lagi yaitu Ishaq, seperti disebutkan dalam QS. 37:101-11.

Al-Qur¡¦an menyatakan bahwa :

¡§Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, , Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu QS. 37:102

Yang dimaksud pada umur sanggup adalah ketika seseorang sudah bisa untuk mencari kayu bakar, mengembala kambing, mencari air dan lain-lain, dan ketika Ismail mencapai pada umur sanggup Ishaq belumlah lahir, jadi ketika itu Ismail adalah anak tunggal nabi Ibrahim.

Penyebutan ¡¥yakni Ishaq¡¦. dalam kejadian 22:2 membuat fakta-fakta yang ada menjadi berantakan, ayat-ayat dalam Bible yang berhubungan dengan Ismail dan Ishaq menjadi banyak yang kontradiksi, Ishaq yang bukan anak tunggal disebut sebagai anak tunggal, Ismail yang anak sah nabi Ibrahim harus diingkari. Untuk mengingkari Ismail sebagai anak sah nabi Ibrahim, harus diingkari pula bahwa Hajar bukan istri sahnya, seperti ayat berikut ini :

Berkatalah Sara kepada Abraham: "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak." Kejadian 21:10

Bukankah ayat itu mnyangkal Hajar dan Ismail sebagi istri dan anak nabi Ibrahim ?


MENGAPA HARUS ISHAQ

Orang-orang Israel sangat bangga atas kesukuannya, sangat mengagung-agungkan nenek moyangnya, mereka menjunjung tinggi nabi Ishaq tetapi merendahkan nabi Ismail, karena Ishaq adalah nenek moyang mereka yang berderajat tinggi dan berdarah murni sebagai keturunan nabi Ibrahim dengan Sarah yang berasal dari satu bangsa dan sebagai seorang majikan, sementara Is-mail adalah nenek moyang bangsa Arab dari keturunan nabi Ibrahim dengan Hajar yang berdarah koptik (campuran) antara Israil dengan Mesir dan Hajar adalah budak dari Sarah. Menurut mereka bangsa Israel adalah bangsa yang lebih tinggi derajatnya daripada bangsa Arab.

Orang-orang Israel iri hati setelah Allah menjadikan Ismail sebagai korban yang akan disembelih, orang-orang Israel tidak mau orang-orang Arab mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT, mereka menginginkan segala kemuliaan dan berkah hanya untuk orang Israel, menurut mereka semestinya Ishaqlah yang dipilih sebagai korban sembelihan, karena kesombongan tersebut dan perasaan lebih tinggi dari bangsa Arab, mereka berani mengadakan kedustaan dengan mengubah-ubah ayat-ayat Allah, salah satunya dengan menambah kalimat :



Yakni Ishaq

Ke dalam kalimat

anakmu yang tunggal itu


Mereka sebenarnya mengetahui bahwa Ishaq bukanlah anak tunggal nabi Ibrahim, dan mereka mengetahui bahwa Ismail per-nah menjadi anak tunggal nabi Ibrahim yaitu ketika Ishaq belum lahir, mereka tidak peduli bila penambahan tersebut akan mengakibatkan kontradiksi yang serius dalam kitab mereka, Allah SWT telah menyatakan dalam al-Qur¡¦an :

¡K¡Ksegolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? QS. 2:75

Begitu besar kebencian orang-orang Yahudi kepada orang-orang Arab sampai berani mengubah fakta bahwa Ishaq yang bukan anak tunggal ditulisnya sebagai anak tunggal dalam kitab mereka sebagai anak tunggal demi menghilangkan kemuliaan Ismail.

Kebencian orang-orang Yahudi dan Israel kepada bangsa Arab tidak hanya pada masa nabi Ishaq dan nabi Ismail hidup, tetapi kebencian mereka berlanjut hingga pada masa diutusnya nabi Muhammad saw sebagai Rasul bahkan hingga sekarang ini.

Ketika Yesus/nabi Isa as menyampaikan kabar kepada orang-orang Israel tentang akan datangnya seorang nabi terakhir dari keturunan Ismail, mereka langsung marah dan gusar yang akhirnya pada rencana pembunuhan nabi Isa as.

Makanya setelah orang-orang Israel/ Yahudi mengetahui bahwa nabi terakhir dari bangsa Arab dan jaman akan diutusnya seorang nabi sudah dekat, mereka banyak yang pergi ke Madinah untuk menunggu datangnya nabi tersebut dengan maksud akan membunuhnya, bukan untuk mengimaninya, dan mereka mengancam masyarakat Madinah :

Sekarang ini sudah hampir zaman seorang nabi yang diutus. Kami akan membunuh kalian bersamanya. Nasib kalian akan seperti kaum ¡¥Ad dari penduduk Iram Sirah Ibnu Hisyam dengan sanad Hasan

Namun Alhamdulillah karena ancaman yang sekaligus memberikan kabar tentang ramalan akan datangnya seorang nabi di Madinah tersebut, orang-orang Madinah mudah beriman kepada nabi Muhammad saw ketika nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah padahal mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Wallahu a¡¦lam.

Jumat, 13 April 2012

Pengertian Wahyu




Dikatakan wahaitu ilaihi atau auhaitu bila kita berbicara kepada seseorang agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan anggota badan.

Al-wahyu adalah kata masdar/infinitif, dan materi kata itu menunjukkan dua dasar, yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus diberikan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya. Tetapi, kadang-kadang juga bahwa yang dimaksudkan adalah al-muha, yaitu pengertian isim maf'ul yang diwahyukan.

Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi:

Ilham, sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa, "Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa, 'Susuilah dia ...'." (Al-Qashash: 7).

Ilham berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah, "Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah, 'Buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di rumah-rumah yang didirikan manusia'." (An-Nahl: 68).

Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakaria yang diceritakan Alquran, "Maka keluarlah dia dari mihrab, lalu memberi isyarat kepada mereka, 'Hendaknya kamu bertasbih di waktu pagi dan petang'." (Maryam: 11).

Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia. "Sesungguhnya setan-setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu." (Al-An'am: 121). "Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu mereka." (Al-An'am: 112).

Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk dikerjakan.

"Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman'." (Al-Anfal: 12).

Sedang wahyu Allah kepada para nabi-Nya secara syar'i mereka definisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan pengertian maf'ul, yaitu almuha (yang diwahyukan). Ustad Muhammad Abduh mendefinisikan wahyu di dalam Risalatut Tauhid adalah pengetahuan yang didapat oleh seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan bahwa pengetahuan itu datang dari Allah, melalui perantara ataupun tidak. Yang pertama melalui suara yang menjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali. Beda antara wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus, sedih, dan senang.

Definisi di atas adalah definisi wahyu dengan pengertian masdar. Bagian awal definisi ini mengesankan adanya kemiripan antara wahyu dengan suara hati atau kasyaf, tetapi pembedaannya dengan ilham di akhir definisi meniadakan hal ini. 

Tentang Wahyu


Perkembangan ilmiah telah maju dengan pesat, dan cahayanya pun telah menyapu segala keraguan yang selama ini merayap dalam diri manusia mengenai roh yang ada di balik materi. Ilmu materialistis yang meletakkan sebagian besar yang ada di bawah percobaan dan eksperimen percaya terhadap dunia gaib yang ada di balik dunia nyata ini, dan percaya pula bahwa dunia gaib lebih rumit dan lebih dalam daripada dunia nyata ini, dan bahwa sebagian penemuan modern yang membimbing pikiran manusia menyembunyikan rahasia yang samara, yang hakikatnya tidak bisa dipahami oleh ilmu itu sendiri, meskipun pengaruh dan gejalanya dapat diamati. Hal yang demikian ini telah mendekatkan jarak antara pengingkaran terhadap agama-agama dengan keimanan. Dan itu sesuai dengan firman Allah, "Akan kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu benar adanya." (Fushilat: 35). 


"Dan, tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Al-Isra: 85).

Kemungkinan Terjadinya Wahyu

Pembahasan psikologi dan rohani kini mempunyai tempat yang penting dalam ilmu pengetahuan. Hal itu pun didukung dan diperkuat oleh perbedaan manusia dalam kecerdasannya, kecenderungannya, dan nalurinya. Di antara intelijensia itu ada yang istimewa dan cemerlang sehingga dapat menemukan segala hal yang baru. Tetapi, ada pula yang dungu dan sukar memahami urusan yang mudah sekalipun. Di antara dua posisi ini terdapat sekian banyak tingkatan. Demikian pula halnya dengan jiwa, ada yang jernih dan cemerlang, ada pula yang kotor dan kelam.

Di balik tubuh manusia ada roh yang merupakan rahasia hidupnya. Tubuh itu kehabisan tenaga dan jaringan-jaringan mengalami kerusakan jika tidak mendapatkan makanan menurut kadarnya. Demikian pula roh, ia memerlukan makanan yang dapat memberikan tenaga rohani agar dapat memelihara sendi-sendi dan ketentuan-ketentuan lainnya.

Bagi Allah bukan hal yang jauh dalam memilih dari antara hamba-hamba-Nya sejumlah jiwa, yang dasarnya begitu jernih dan kodrat yang lebih bersih, yang siap menerima sinar ilahi dan wahyu dari langit serta hubungan dengan mahluk yang lebih tinggi, agar kepadanya diberikan risalah ilahi yang dapat memenuhi keperluan manusia. Mereka mempunyai ketinggian perasaan dan keluhuran budi, dan kejujuran dalam menjalankan hukum. Mereka itulah para rasul dan nabi Allah. Maka, tidaklah aneh bila mereka berhubungan dengan wahyu yang datang dari langit.

Manusia kini menyaksikan adanya hipnotisme yang menjelaskan bahwa hubungan jiwa manusia dengan kekuatan yang lebih tinggi menimbulkan pengaruh. Ini mendekatkan orang pada pemahaman tentang gejala wahyu. Orang yang berkemauan lebih kuat dapat memaksakan kemauannya kepada orang yang lebih lemah, sehingga yang lemah ini tertidur pulas, dan ia kemudian menuruti kehendaknya sesuai dengan isyarat yang diberikan. Maka, mengalirlah semua itu ke dalam hati dan mulutnya. Apabila ini yang diperbuat manusia terhadap sesama manusia, bagaimana dengan yang lebih kuat dari manusia itu?

Sekarang orang dapat mendengar suara yang direkam dan dibawa oleh gelombang eter, menyeberangi lembah dan dataran tinggi, lautan, dan daratan tanpa melihat si pembicara, bahkan sesudah mereka wafat sekalipun. Kini dua orang dapat berbicara melalui telepon, sekalipun yang seorang berada di ujung timur dan seorang yang lain berada di ujung barat, dan terkadang pula mereka berdua saling melihat dalam percakapan itu, semantara orang-orang yang duduk di sekitarnya tidak mengetahui sesuatu melainkan dengingan seperti suara lebah, persis seperti dengingan pada waktu turun wahyu.

Siapakah di antara kita yang tidak pernah mengalami percakapan dengan diri sendiri, dalam keadaan sadar atau tidur, yang pernah terlintas dalam pikirannya tanpa melihat orang yang diajak berbicara di hadapannya. Yang demikian ini serta contoh-contoh lain yang serupa cukup menjelaskan kepada kita tentang hakikat wahyu.

Orang yang sezaman dengan wahyu menyaksikan wahyu dan menukilnya secara mutawatir dengan segala persyaratan yang meyakinkan kepada generasi-generasi sesudahnya. Umat manuisa pun menyaksikan pengaruhnya di dalam budaya bangsanya serta dalam kemampuan pengikutnya. Manusia akan tetap menjadi mulia selama tetap berpegang pada keyakinan itu, dan akan hancur serta hina bila sudah mengabaikannya. Kemungkinan terjadinya wahyu serta kepastiannya sudah tidak dapat diragukan lagi. Untuk itu, manusia harus kembali kepada petunjuk wahyu demi menyiram jiwanya yang haus akan nilai-nilai luhur.

Rasul kita, Muhammad, bukan rasul pertama yang diberi wahyu. Allah juga telah memberikan wahyu kepada rasul-rasul sebelumnya. Seperti firman Allah, "Sesungguhnya Kami telah menyampaikan wahyu kepadamu seperti Kami telah menyampaikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah menyampaikan wahyu pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud. Dan Kami telah mengutus rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung." (An-Nisa: 163--164).

"Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, 'Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang yang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka?' Orang-orang kafir berkata, 'Sesungguhnya orang ini (Muhammad) adalah benar-benar tukang sihir yang nyata'." (Yunus: 2). 

Hukum Mempelajari Hadits dan Ilmunya



Mengingat fungsi ilmu hadis sangat menentukan terhadap pemakaian nas sebagai pedoman beramal, tidak sedikit para ulama yang memberikan tanggapan atas ketentuan hukum mempelajari ilmu hadis.

Imam Sufyan Sauri berkata (artinya), "Saya tidak mengenal ilmu yang lebih utama bagi orang yang berhasrat menundukkan wajahnya di hadapan Allah selain daripada ilmu hadis. Ornag-orang sangat memerlukan ilmu ini, sampai kepada soal-soal kecil sekalipun, seperti makan dan minum, memerlukan petunjuk dari al-hadits. Mempelajari ilmu hadis lebih utama daripada menjalankan salat dan puasa sunah, karena mempelajari ilmu ini adalah fardu kifayah, sedangkan salat sunah dan puasa sunah hukumnya sunah."

Imam Asy-Syafii berkata, "Demi umurku, soal ilmu hadis ini termasuk tiang agama yang paling kokoh dan keyakinan yang paling teguh. Tidak digemari untuk menyiarkannya selain oleh orang-orang yang jujur lagi takwa, dan tidak dibenci untuk menyiarkannya selain oleh orang-orang munafik lagi celaka."

Al-Hakim menandaskan, "Andaikata tidak banyak orang yang menghafal sanad hadis, niscaya menara Islam roboh dan niscaya para ahli bidah berkiprah membuat hadis palsu dan memutarbalikkan sanad." 

Istilah-Istilah untuk Hadis



Kebanyakan para muhaditsin berpendapat bahwa istilah al-hadits, al-khabar, al-atsar, dan as-sunnah adalah sinonim, meskipun di sana-sini ada ulama yang membedakannya, namun perbedaan itu tidaklah prinsipil.

Misalnya, ada suatu pendapat yang membedakan bahwa pengertian al-hadits itu hanya terbatas pada apa yang datang dari Nabi Muhammad saw. saja, sedang al-khabar terbatas pada apa yang datang dari selainnya. Karena itu, orang yang tekun kepada ilmu hadis saja disebut dengan muhaddits, sedangkan orang yang tekun kepada khabar disebut dengan akhbari.

Ada pula pendapat yang membedakannya dari segi umum dan khusus muthlaq, yakni tiap-tiap hadits itu khabar, tetapi sebaliknya bahwa tiap-tiap khabar itu dapat dikatakan hadits. Di samping ada pendapat yang mengatakan bahwa atsar itu ialah yang datang dari sahabat, tabi'in, dan orang-orang sesudahnya, juga ada pendapat yag mengatakan bahwa istilah atsar itu lebih umum penggunaannya daripada istilah hadits dan khabar. Karena, istilah atsar itu mencakup segala berita dan perilaku para sahabat, tabi'in, dan selainnya.

Pada umumnya para muhadditsin memperkuat alasannya tentang persamaan keempat istilah tersebut dengan mengemukakan persesuaian maksud dalam pemakaiannya. Misalnya, istilah khabar mutawatir dipakai juga untuk hadits mutawatir, haditsun nabawi untuk sunnatun nabawi, dan ahli hadits maupun ahli khabar juga disebut dengan ahli atsar (al-atsari). 

Gelar Keahlian bagi Imam-Imam Perawi Hadis




Para imam hadis mendapat gelar keahlian dalam bidang ilmu hadis sesuai dengan keahlian, kemahiran, dan kemampuan hafalan ribuan hadis beserta ilmu-ilmunya. Gelar keahlian itu ialah sebagai berikut.

Amirul Mu'minin fil Hadits
Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para khalifah setelah Khalifah Abu Bakar r.a. Para khalifah diberikan gelar demikian mengingat jawaban Nabi atas pertanyaan seorang sahabat tentang siapakah yang dikatakan khalifah, bahwa khalifah ialah orang-orang sepeninggal Nabi yang sama meriwayatkan hadisnya. Pada muhadisin pada masa itu seolah-olah berfungsi khalifah dalam menyampaikan sunah. Mereka yang memperoleh gelar ini antara lain Syu'bah Ibnul Hajjaj, Sufyan ats-Tsauri, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Hambal, Al-Bukhari, Ad-Daruquthni, dan Imam Muslim.

Al-Hakim
Yaitu, suatu gelar keahlian bagi imam-imam hadis yang menguasai seluruh hadis yang marwiyah (diriwayatkan), baik matan maupun sanadnya dan mengetahui ta'dil (terpuji) dan tajrih (tercelanya) rawi-rawi. Setiap rawi diketahui sejarah hidupnya, perjalanannya, guru-guru dan sifat-sifatnya yang dapat diterima maupun yang ditolak. Ia harus dapat menghafal hadis lebih dari 300.000 hadis beserta sanadnya. Para muhadisin yang mendapat gelar ini antara lain Ibnu Dinar (meninggal 162 H), Al-Laits bin Sa'ad, seorang mawali yang menderita buta di akhir hayatnya (meninggal 175 H), Imam Malik (179), dan Imam Syafii (204 H).

Al-Hujjah
Yaitu, gelar keahlian bagi para imam yang sanggup menghafal 300.000 hadis, baik matan, sanad, maupun perihal si rawi tentang keadilannya, kecacatannya, biografinya (riwayat hidupnya). Para muhadisin yang mendapat gelar ini antara lain ialah Hisyam bin Urwah (meninggal 146 H), Abu hudzail Muhammad bin Al-Walid (meninggal 149 H), dan Muhammad Abdullah bin Amr (meninggal 242 H).

Al-Hafidh
Ialah gelar untuk ahli hadis yang dapat menshahihkan sanad dan matan hadis dan dapat men-ta'dil-kan dan men-jarh-kan rawinya. Seorang al-hafidh harusmenghafal hadis-hadis sahih, mengetahui rawi yang waham (banyak purbasangka), illat-illat hadits dan istilah-istilah para muhadisin. Menurut sebagian pendapat, al-hafidh itu harus mempunyai kapasitas menghafal 100.000 hadis. Para muhadisin yang mendapat gelar ini antara lain Al-Iraqi, Syarafuddin ad-Dimyathi, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Ibnu Daqiqil Id.

Al-Muhaddits
Menurut muhadisin-muhadditsin mutaqaddimin, al-hafidh dan al-muhaddits itu searti. Tetapi, menurut mutaakhkhirin, al-hafidh itu lebih khusus daripada al-muhaddits. Kata At-Tajus Subhi, "Al-muhaddits ialah orang yang dapat mengetahui sanad-sanad, illat-illat, nama-nama rijal (rawi-rawi), ali (tinggi), dan nazil (rendah)-nya suatu hadis, memahami kutubus sittah: Musnad Ahmad, Sunan al-Baihaqi, Majmu Thabarani, dan menghafal hadis sekurang-kurangnya100 buah. Muhadisin yang mendapat gelar ini antara lain Atha bin Abi Ribah (seorang mufti masyarakat Mekah, wafat 115 H) dan Imam Az-Zabidi (salah seorang ulama yang mengikhtisharkan kitab Bukhari-Muslim."

Al-Musnid
Yakni, gelar keahlian bagi orang yang meriwayatkan sanadnya, baik menguasai ilmunya maupun tidak. Al-musnid juga disebut dengan at-thalib, al-mubtadi, dan ar-rawi.