ASALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH BLOG By MUH FAJAR HUDI APRIANTO @ MARI KITA GUNAKAN WAKTU KITA YANG TERSISA DENGAN SEBAIK MUNGKIN KARENA WAKTU KITA HANYA SEDIKIT AGAR KITA TIDAK TERMASUK ORANG ORANG YANG MERUGI mafa GUNAKAN WAKTU MUDAMU SEBELUM DATANG WAKTU TUAMU WAKTU SEHATMU SEBELUM DATANG WAKTU SAKITMU KAYAMU SEBELUM TIBA MISKIN WAKTU LAPANGMU SEBELUM TIBA WAKTU SEMPITMU DAN GUNAKAN WAKTU HIDUPMU SEBELUM TIBA MATIMU pesan nabi

Selasa, 14 Januari 2020

Al Adab qoblal Ilmu ( Adab Sebelum Ilmu )



Pada masa generasi Thabi'in, ada seorang ulama (cendekiawan) yang sangat luas dan mendalam keilmuannya. Sampai-sampai oleh para ulama lainnya digelari "Rabi'atur Ra'yi" (Logika musim semi). Gelar untuk menggambarkan betapa jenius ulama ini.
Praktis, Rabi'atur Ra'yi menjadi tujuan uatama para penuntut ilmu untuk belajar. Tidak terkecuali Malik bin Anas. Seorang remaja yang kelak akan dikenal sebagai Imam Malik Rahimahullah, peletak dasar Madzhab Maliki.
Ada momen terpenting, menurut saya, yang perlu kita underline, ketika Malik bin Anas akan belajar kepada Rabi'atur Ra'yi, yaitu nasehat sang Bunda. "Nak, camkan pesan ibu, pelajarilah olehmu adab Rabi'atur Ra'yi sebelum kau pelajari ilmunya."
Sebuah pesan singkat, namun sangat mendalam maknanya. Sejatinya, ada pesan lain yang tersirat dari pesan Bundanya Malik bin Anas, yaitu "Nak, jika kau tak temui adab pada diri Rabi'atur Ra'yi, maka kau tak perlu buang-buang waktu belajar ilmu kepadanya
Allah telah menyindir keras para ahli ilmu (Rabi) Bani Israil yang tiada adab dalam dirinya dengan perumpamaan seekor keledai yang memikul kitab-kitab dipunggungnya (QS. 62: 5). Keledai tentulah tiada paham untuk apa kitab-kitab yang dipikulnya itu.
Demikianlah, Allah menyindir keras para ahli ilmu yang berjilid-jilid kitab dalam kepalanya, namun tiada adab tertanam dalam diri dan lisannya. Sia-sia ilmunya.
Bahkan, malah menyeretnya pada kehinaan.
Pantas jika para ulama sepakat, "Kada al-adab qabla al-'ilm" (Posisi adab itu sebelum ilmu).
Syaikh Ibnu Mubarak, seorang ulama yang sangat shalih, berkata, "Thalabtul adab tsalatsuna sanah wa thalabtul 'ilm 'isyrina sanah" (Aku belajar adab 30 tahun lamanya, sedang aku belajar ilmu hanya 20 tahun lamanya).
Jernih sekali nasehat Imam Asy-Syafi'i kepada Imam Abu Abdish Shamad, gurunya anak-anak Khalifah Harun Al-Rasyid, "Ketahuilah, yang pertama kali harus kamu lakukan dalam mendidik anak-anak khalifah adalah memperbaiki dirimu sendiri. Karena, sejatinya paradigma mereka terikat oleh paradigma dirimu. Apa yang mereka pandang baik, adalah apa-apa yang kau lakukan. Dan, apa yang mereka pandang buruk, adalah apa-apa yang kau tinggalkan."

Guru/pendidik berperan penting dalam lahirnya generasi-generasi terbaik dari sisi ilmu yang tentunya prilaku-prilaku yang lahir dari pendidikan itu sendiri akan berpengaruh pada peserta didiknya. Maka harusnya tiap pendidik berperan sebagai teladan agar tercapai apa yang menjadi tujuan dari pendidikan. Dalam hal ini ada yang tidak boleh terlewatkan sebelum penyampaian ilmu yaitu al-adab qoblal ilm atau “adab itu sebelum ilmu”.
Adab adalah ahlaq sebelum ilmu, itu artinya seorang murid harus belajar adab sebelum ilmu begitupun seorang guru harus memiliki adab sebelum menyampaikan ilmu dan seorang murid wajib belajar dari gurunya adab sebelum ilmunya. (ust. Budi Ashari, Lc)
Al-Qur’an telah menerangkan tentang ini dalam surah al-jumu’ah :5
Ahli taurat seperti seekor keledai, dalam hal ini keledai atau himar merupakan binatang yang menurut orang arab adalah lambang al-hamaqoh,  dimana keledai melambangkan kebodohan, dan merupakan hewan yang tidak dapat diajari apa-apa.  Perumpamaan yang sangat buruk bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah Subhanahu wata’ala, karena adab keseharian mereka, tidak sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
Hal ini disampaikan oleh Allah pada surah Al-Baqoroh:75
Mereka mengubah-ubah kalamulloh setelah mereka mengetahui ilmunya.na’udzubillah. Maka dari sinilah diketahui bahwa ahlaq seorang guru adalah bukan merupakan pilihan tapi merupakan sebuah keharusan. Seorang guru harus sekaligus menjadi teladan bagi anak didiknya. Karena tanpa keteladanan, pendidikan hanya akan seperti sekedar pepesan kosong, hal ini tidak memberi sedikitpun manfaat yang seolah “masuk telinga kanan, keluar telinga kiri” tidak akan ada fungsinya.
Sadar atau tidak sadar, bahwa murid itu meneladani guru sebelum dia belajar ilmu.mubarak
Dari sini diketahui berapa lamanya abdullah mempelajari adab gurunya dibangiding ia mempelajari ilmu gurunya. Masya’Allah, karena sesungguhnya ilmu itu tidak begitu rumit dibandingkan seseorang belajar meneladani gurunya.
adab itu 2/3 ilmu. Artinya jika seseorang ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat, banyak dan melimpah maka belajar adab sebelum belajar ilmu. Ini merupakan PR besar seorang guru, bagaimana anak didik kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan melimpah? sementara dia tidak memberikan contoh yang baik dengan kata lain tidak dapat diteladani.
Dengan kata lain jika seorang guru tidak dapat diteladani maka 2/3 ilmu itu hilang.
Saat imam malik Rohimahullah kecil kemudian dia memutuskan akan belajar di majelis ilmu pada seorang guru yang sangat cerdas hingga dijuluki Robi’atul Ro’i atau logika di musim semi. Lalu dia berpamitan kepada ibunya, setelah dipakaikan pakaian yang rapi beserta surbanya, ibunya pun berkata “Pergilah nak, pelajarilah adabnya sebelum engkau mempelajari ilmunya”, ma sya’Allah.
Hanya keteladanan Guru yang mampu menembus hati murid
Saat seorang guru mengajarkan ilmu, dengan keteladanan itu ia mampu menembus hati anak didiknya dengan tajam hingga seluruh ilmu akan merasuk kedalam hati dan dirinya, la hawla walla quwwata ila billah. Sebuah ilmu yang baik jika tidak diamalkan oleh gurunya kemudian diajarkan kepada muridnya, maka ilmu itu tidak akan dapat menembus hati muridnya karena tidak disampaikan dengan hatinya. Benarlah kata imam ahmad alah sebuah hadistnya:
Imam Syafi’i Rohimmahulloh,suatu hari menemui Harrun Ar-Rosyid kemudian dia di persilahkan duduk disampingnya ada Abu Abdi Shommad guru dari anak-anak Harrun Ar- Rosyid,  sang kholifah. Kemudian Shirojjul Khoddim berkata kepada Imam Syafi’i: “Wahai Amirul mu’minin, ini anak-anak kholifah Harrun Ar- Rosyid dan ini guru mereka, alangkah baiknya jika Anda memberikan nasihat bagi gurunya”
kemudian Imam Syafi’i menjawab:”Jadikanlah permulaan perbaikan untuk anak-anak amirrul mukminin adalah dengan memperbaiki dirimu sendiri” alasannya “karena mata mereka,akan terikat dengan matamu, yang baik menurut mereka adalah yang kamu angggap baik, yang buruk menurut mereka dalah apa yang kamu tinggalkan”
Masya Alla, inilah yang menjadi pelajaran sekaligus jawaban mengapa hari ini ilmu hilang? mengapa generasi kita tidak istimewa dari sisi moral ahlaq dan adabnya ternyata sumber utamanya adalah gurunya.
Nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi guru
Rosululloh SAW merupakan teladan terpuncak sekaligus  menjadii guru besar  bagi seluruh manusia. Sebagaimana tercantun dalam suroh Al-Imron : 159
Ini ahlaq atau keteladanan dan keteladanan itu akan menghindarkan kita dari lahirnya himar / keledai dalam pendidikan kita.
karena dengan keteladan itulah ilmu yang disampaikan akan sesuai dg moral gurunya dan ilmu yang diperoleh muridnya akan bermanfaat bagi dirinya. Wallohu ‘alam bii showab..