ASALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH BLOG By MUH FAJAR HUDI APRIANTO @ MARI KITA GUNAKAN WAKTU KITA YANG TERSISA DENGAN SEBAIK MUNGKIN KARENA WAKTU KITA HANYA SEDIKIT AGAR KITA TIDAK TERMASUK ORANG ORANG YANG MERUGI mafa GUNAKAN WAKTU MUDAMU SEBELUM DATANG WAKTU TUAMU WAKTU SEHATMU SEBELUM DATANG WAKTU SAKITMU KAYAMU SEBELUM TIBA MISKIN WAKTU LAPANGMU SEBELUM TIBA WAKTU SEMPITMU DAN GUNAKAN WAKTU HIDUPMU SEBELUM TIBA MATIMU pesan nabi

Kamis, 17 Desember 2020

Tawakal Hanya Kepada Alloh

 

Alhamdulillaah sampai hari ini kita masih diberikan nikmat iman oleh Allah SWT, itu artinya Allah ridho dengan kehidupan yang sedang kita jalani sampai detik ini. Manusia hidup di dunia tentu ingin meraih kebahagiaan. Baik kebahagiaan dunia, akhirat, lahir maupun batin. Cukupnya rezeki merupakan salah satu sumber kebahagiaan manusia, meski bukan satu-satunya. Namun demikian, hal ini menjadi salah satu motivasi manusia untuk meraihnya. Mereka bekerja keras, meski masih ada orang yang nasibnya tidak berubah. Oleh karena itu, bertawakal kepada Allah SWT atas apa yang sudah kita peroleh merupakan jalan terbaik.

 Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (9:51)

Firman Allah SWT dalam Surat At Thalaq ayat 3. " Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya

“Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: ‘Ini adalah Musa dan kaumnya,’ lalu dikatakan, ‘Perhatikanlah ke ufuk.’ Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, ‘Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.’ Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, ‘Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa sallam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka berkata, ‘Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.’ Maka sampailah hal itu kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa sallam, lalu beliau keluar dan berkata, ‘mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan tidak mita di-kai, dan hanya kepada Allah-lah mereka bertawakkal.” [HR. Bukhari 8270]

Pengertian Tawakal

Banyak orang yang bertawakal namun kebanyakan mereka tidak tahu pengertian Tawakal yang sebenarnya, tawakal berasal dari bahasa arab at tawakul yang di bentuk dari kata wakala, artinya menyerahkan, mempercayai, atau mewakilkan, bersandar kepada dinding. Jadi pengertian tawakal secara istilah adalah rasa pasrah hamba kepada allah swt yang di sertai dengan segala daya dan upaya mematuhi, setia dan menunaikan segala pertintahNya. Orang yang mempunyai  sikap tawakal akan senantiasa bersyukur jika mendapatkan suatu keberhasilan dari usahanya. Hal ini karena ia menyadari bahwa keberhasilan itu di dapatkan atas izin dan kehendak Allah. Sementara itu, jika mengalami kegagalan orang yang mempunyai sifat tawakal akan senantiasa merasa ikhlas menerima keadaan tersebut tanpa merasa putus asa dan larut dalam kesedihan karena ia menyadari bahwa segala keputusan allah pastilah terbaik.

Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan hadits no. 49 mengatakan, “Tawakal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘azza wa jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata‘.”

Ibnu Rajab mengatakan bahwa menjalankan tawakal tidaklah berarti seseorang harus meninggalkan sebab atau sunnatullah yang telah ditetapkan dan ditakdirkan. Karena Allah memerintahkan kita untuk melakukan usaha sekaligus juga memerintahkan kita untuk bertawakal. Oleh karena itu, usaha dengan anggota badan untuk meraih sebab termasuk ketaatan kepada Allah, sedangkan tawakal dengan hati merupakan keimanan kepada-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS. An Nisa [4]: 71). Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al Anfaal [8]: 60). Juga firman-Nya (yang artinya), “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah” (QS. Al Jumu’ah [62]: 10). Dalam ayat-ayat ini terlihat bahwa kita juga diperintahkan untuk melakukan usaha.

Sahl At Tusturi mengatakan, “Barang siapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan -pen). Barang siapa mencela tawakal (tidak mau bersandar pada Allah, pen) maka dia telah meninggalkan keimanan. (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam)

Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 310)

Al Munawi juga mengatakan, “Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rezeki, yang memberi rezeki adalah Allah ta’ala. Hal ini menunjukkan bahwa tawakal tidak harus meninggalkan sebab, akan tetapi dengan melakukan berbagai sebab yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rezeki dengan usaha sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rezeki. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jaami’ At Tirmidzi, 7/7-8, Maktabah Syamilah)

Tawakal yang Termasuk Syirik

Setelah kita mengetahui pentingnya melakukan usaha, hendaknya setiap hamba tidak bergantung pada sebab yang telah dilakukan. Karena yang dapat mendatangkan rezeki, mendatangkan manfaat dan menolak bahaya bukanlah sebab tersebut tetapi Allah ta’ala semata.

            Imam Ahmad mengatakan bahwa tawakal adalah amalan hati yaitu ibadah hati semata (Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 2/96). Sedangkan setiap ibadah wajib ditujukan kepada Allah semata. Barang siapa yang menujukan satu ibadah saja kepada selain Allah maka berarti dia telah terjatuh dalam kesyirikan. Begitu juga apabila seseorang bertawakal dengan menyandarkan hati kepada selain Allah -yaitu sebab yang dilakukan-, maka hal ini juga termasuk kesyirikan.

Tawakal semacam ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam), apabila dia bertawakal (bersandar) pada makhluk pada suatu perkara yang tidak mampu untuk melakukannya kecuali Allah ta’ala. Seperti bersandar pada makhluk agar dosa-dosanya diampuni, atau untuk memperoleh kebaikan di akhirat, atau untuk segera memperoleh anak sebagaimana yang dilakukan oleh para penyembah kubur dan wali. Mereka menyandarkan hal semacam ini dengan hati mereka, padahal tidak ada siapapun yang mampu mengabulkan hajat mereka kecuali Allah ta’ala. Apa yang mereka lakukan termasuk tawakal kepada selain Allah dalam hal yang tidak ada seorang makhluk pun memenuhinya. Perbuatan semacam ini termasuk syirik akbar. Na’udzu billah min dzalik.

Sedangkan apabila seseorang bersandar pada sebab yang sudah ditakdirkan (ditentukan) oleh Allah, namun dia menganggap bahwa sebab itu bukan hanya sekedar sebab (lebih dari sebab semata), seperti seseorang yang sangat bergantung pada majikannya dalam keberlangsungan hidupnya atau masalah rezekinya, semacam ini termasuk syirik ashgor (syirik kecil) karena kuatnya rasa ketergantungan pada sebab tersebut.

Tetapi apabila dia bersandar pada sebab dan dia meyakini bahwa itu hanyalah sebab semata sedangkan Allah-lah yang menakdirkan dan menentukan hasilnya, hal ini tidaklah mengapa.

Ingatlah bahwa tawakal bukan hanya untuk meraih kepentingan dunia saja. Tawakal bukan hanya untuk meraih manfaat duniawi atau menolak bahaya dalam urusan dunia. Namun hendaknya seseorang juga bertawakal dalam urusan akhiratnya, untuk meraih apa yang Allah ridhai dan cintai. Maka hendaknya seseorang juga bertawakal agar bagaimana bisa teguh dalam keimanan, dalam dakwah, dan jihad fii sabilillah. Ibnul Qayyim dalam Al Fawa’id mengatakan bahwa tawakal yang paling agung adalah tawakal untuk mendapatkan hidayah, tetap teguh di atas tauhid dan tetap teguh dalam mencontoh/mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berjihad melawan ahli bathil (pejuang kebatilan). Dan beliau rahimahullah mengatakan bahwa inilah tawakal para rasul dan pengikut rasul yang utama.

Tanda Tawakal. Orang yang bertawakal dapat dilihat dari tanda-tanda berikut.

Pertama, beribadah dengan ikhlas karena Allah SWT semata. Bukan karena orang lain ataupun karena terpaksa.

Ke dua, hatinya terkait pada Allah. Orang yang demikian menjalani hari-harinya dengan hati yang bersih.

Ke tiga, tenang menghadapi qadha dan qadar. Yakin dan mantap apa yang ada pada diri dan sekitarnya hanyalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya.

Ke empat, qanaah atau merasa cukup atas segala yang diberikan Allah. Segala sesuatu diterima dengan senang hati, baik nikmat maupun ujian.

Ke lima, tidak lupa untuk selalu bersyukur atas pemberian Allah dan bersabar jika mendapat cobaan

 Kisah orang sholih dalam tawakal

Kisah Ibrahim yang dibakar raja namrud, kisah nabi Ibrahim dan hajar ismail yang ditempatkan di mekah sendirian, kisah tawakalnya nabi dan sahabat saat perang badar (hasbunalloh wa nikmal wakil), kisah abu dzar yang tawakal dg tidak punya tabungan semua dihabiskan/diinfaqkan hartanya hari itu juga, nabi yang yatim sedih sejak kecil merupakan belajar tawakal agar tidak bersandar pada makluk sehingga orang2 terdekat semua dipanggil Alloh saat nabi masih kecil, kisah mariyam yang menggoyang pohon kurma ketika akan melahirkan, kisah dua orang bani isroil yang hutang 1000 dinar saksinya Alloh saja.

Cara Tawakal. Sebuah aktivitas bisa di kategorikan menggunakan prinsip tawakal apabila terdapat 4 unsur, yaitu

1. Mujahadah, artinya sungguh sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, artinya tidak asal asalan. Contohnya, sebagai pelajar, belajarlah sungguh sungguh agat dapat memperoleh prestasi yang baik.

2. Doa, artinya walaupun kita sudah melakukan upaya mujahadah (sungguh sungguh) kita pun harus tetap berdoa memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala

3. Syukur, artinya apabila menemukan keberhasilan kita harus mensyukurinya. Prinsip ini perlu kita punya. Jika tidak, kita akan menjadi orang yang sombong atau angkuh (kufur nikmat). Contohnya qorun qorun

4. Sabar, Artinya tahan uji menghadapi berbagai cobaan termasuk hasil yang tidak memuaskan (kegagalan). Sabar tidak berarti diam dan meratami kegagalan, tetapi sabar adalah instropeksi dan bekerja lebih baik agar kegagalan tidak terulang

Dampak postif dari pengertian tawakal yang sebenarnya

Membuat seseorang penuh percaya diri, Menumbuhkan rasa keberanian dalam menghadapi setiap persoalan

Memiliki ketentraman dan ketenangan jiwa, Mendekatkan diri kepada allah dengan senantiasa taat berbakti kepada allah, Mudah bersyukur apa yang diberikan kepada allah swt kepadanya, Menumbukan harapan

Adapun kendala mendapat pengertian tawakal yang sebenarnya adalah :

Tidak tahu kedudukan allah, Condong kepada kekuatan makhluk, Lebih mencintai dunia

Syarat Tawakal bisa terwujud ada 3 : 1.visi misi kehidupannya harus benar 2.harus mengikuti cara /ketentuan syariat islam, 3.mengikuti sunatulloh / hukum sebab akibatkausalitas walaupun yang menentukan adalah Alloh semata spt usaha yg dilakukan kecil Alloh tetap memberi spt kisah mariyam menggoyang pohon kurma ada juga usahanya harus keras spt peperangan nabi, kalau kita tidak tawakal maka akan sombong spr qorun.

Yang perlu diingat adalah bahwa tawakal itu amalan hati, jadi tawakal itu harus dilakukan pada saat sebelum,sedang dan sesudah beramal /ihtiar. Ada hadis bahwa tawakal itu setengahnya agama setengahnya lagi ibadah, iyakanakbudu wa iya kanastangin.

Sabtu, 07 November 2020

Kisah Haru Rosululloh dan Ukasya ( Fiqih Siroh )

 

Kisah itu sangat dahsyat pengaruhnya dalam diri seseorang sehingga sejarah /kisah itu penting , namun usahakan yang bersifat factual bukan fiksi seperti dongeng karena itu perpengaruh pada jiwa dan iman kita . menurut ahli siroh Alquran itu sepertiganya adalah sejarah  banyak kisah orang terdahulu turun pada nabi muhammad untuk membangun aqidah dan jiwa nabi muhammad para sahabat  seperti kisah para nabi orang sholih  pem uda yang imannya tangguh seperti ashabul kahfi ashabul uhdud dll. Begitu juga untuk membangun iman dan jiwa kita alangkaj baik nya kita sering membaca kisah diantaranya kisah berikut tentang  nabi Muhammad dan ukasya yang mengharukan dan apa hikmah yang dapat kita petik dari kisah itu insyaAlloh dapat menambah iman dan cinta kita pada Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wasalam. (12:111) 

111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Pada suatu hari, Nabi Muhammad Rasulullah SAW meminta sahabat Bilal memanggil semua sahabat nabi agar datang ke masjid. Tanpa banyak bertanya, Bilal segera menjalankan baginda Rasulullah SAW, dan selang beberapa saat kemudian para sahabat datang dan memenuhi masjid. Para sahabat datang dengan membawa kerinduan mereka mendengar nasehat dan tausiah dari Rasulullah SAW.

Kala itu, Rasulullah sedang duduk dalam kondisi lemah di atas mimbar masjid. Wajahnya terlihat pucat menahan sakit yang tengah dideritanya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :

“Wahai sahabat-sahabatku semua, aku ingin bertanya. Apakah telah aku sampaikan bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu-satunya Tuhan yg layak disembah?” Semua Sahabat menjwb dgn suara bersemangat,

“Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda:

“Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka.”

Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi, dan setiap apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat. Akhirnya sampailah pada satu pertanyaan yg menjadikan para sahabat sedih dan terharu.

Yaitu ketika Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah SWT. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusanku dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dgn Allah SWT dalam keadaan berhutang dgn manusia.”

Ketika mendengar kata-kata itu keluar dari bibir Rasulullah, para sahabat hanya terdiam, tidak ada satupun yang berkata dan menjawab. Dalam benak mereka, merasa bahwa merekalah yang paling banyak berhutang kepada Rasulullah SAW, junjungan dan panutan mereka.

Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan yang sama hingga tiga kali berturut-turut.

Dalam keheningan, tiba-tiba berdirilah seorang lelaki yg bernama Ukasyah, seorang sahabat yang dikenal sebagai mantan preman sebelum ia akhirnya mendapat hidayah, dan memutuskan untuk masuk Islam. Ukasyah berkata kepada Rasulullah :

“Ya Rasulullah… Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa2”.

Rasulullah SAW mempersilahkan Ukasyah seraya berkata: “Sampaikanlah wahai Ukasyah”.

Maka Ukasyah pun mulai bercerita:

“Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, suatu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cemeti (cambuk) ke belakang kuda. Namun cemeti tersebut tidak mengenai belakang kuda. Tapi justru terkena pada dadaku. Karena ketika itu aku berdiri dibelakang kuda yg engkau tunggangi wahai Rasulullah,” tutur Ukasyah.

Mendengar itu, Rasulullah SAW langsung berkata:

“Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yg sama.”

Dengan nada suara yang agak tinggi, seolah sangat bersemangat dan seolah tanpa rasa bersalah, Ukasyah langsung menjawab: “Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah.”

Mendengar jawaban Ukasyah, para sahabat langsung berteriak marah. Bahkan ada yang menilai Ukasyah sudah keterlaluan.

“Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. Bukankah Baginda sedang sakit..!!?” cetus beberapa sahabat dengan nada geram dan heran.

Ukasyah tidak menghiraukan semua itu dan masih bersikeras menuntut haknya yang dianggap sebagai hutang yang harus dibayar setara.

Rasulullah SAW, meminta Bilal untuk mengambil cambuk di rumah Fatimah, salah satu putrinya. Ketika Bilal sampai, dan mengutarakan maksud kedatangannya untuk mengambil cambuk, Fatimah bertanya dengan nada heran. “Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?”

Bilal menjawab dengan nada sedih : “Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah.”

Seketika itu juga Fatimah Terperanjat dan menangis, seraya berkata:

“Kenapa Ukasyah hendak memukul ayahku Rasulullah? ayahku sedang sakit. Jika mau memukul,

pukullah aku anaknya.”

Bilal hanya terpaku, tak mampu berkata-kata, karena ia hanya mengikuti perintah Rasulullah SAW untuk mengambil cambuk di rumah Fatimah saja. Bilal menjawab: “Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua”.

Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikannya kepada Ukasyah, yang langsung mengambil cambuk itu, dan berjalan mendekati Rasulullah SAW yang sedang duduk lemas di atas mimbar.

Tiba-tiba, Abu Bakar berdiri dan berusaha menghalangi Ukasyah untuk mendekati Rasulullah sambil berkata:

“Ukasyah… kalau kamu hendak memukul, pukullah aku..!! Aku adalah orang yang pertama beriman dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku”. Melihat hal itu, Rasulullah SAW lekas meminta Abu Bakar untuk duduk seraya bersabda : “Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dgn Ukasyah”.

Tanpa berlama-lam dalam keadaan lemah, Rasulullah SAW membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah, dengan beberapa batu terikat di perut Rasulullah, pertanda Rasulullah sedang menahan lapar

Kemudian Rasulullah SAW berkata:

“Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Allah SWT akan murka padamu.”

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, seraya membuang cambuk yang sedari tadi ia pegang erat. Kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW serat-eratnya, sambil menangis dan berkata :

“Ya Rasulullah, ampuni aku. Maafkan aku. Mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya, agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Karena Engkau pernah mengatakan “Barang siapa yang kulitnya pernah bersentuhan denganku, maka diharamkan api neraka atasnya.” Seumur hidupku aku bercita-cita dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah…”

Mendengar ucapan itu, Rasulullah SAW tersenyum dan berkata: “Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin melihat Ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!!” 

Semua sahabat menitikkan air mata, dan bergantian memeluk Rasulullah SAW.

Hikmah Dari Kisah Diatas Adalah Sebagai Berikut:

  1. Pentingnya Aqidah yang benar dan lurus

“Wahai sahabat-sahabatku semua, aku ingin bertanya. Apakah telah aku sampaikan bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu-satunya Tuhan yg layak disembah?” Semua Sahabat menjwb dgn suara bersemangat,“Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah.”

Ia dibangun di atas akidah tauhid yang bersih dari kesyirikan. Ia membebaskan manusia dari penghambaan kepada makhluk, hingga cinta dan peribadatan hanya untuk Allah Rabbul ‘Alamin. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman,

  1. Menunjukkan Ketinggian/ kesempurnaan Akhlak nabi Muhammad

Saat itu nabi sudah sesang sakit dan menjelang wafat masih berikir tentang umat dan khawatir terhadap balasan di akhirat jika kita tidak menyelesaikan urusan dosa ini didunia yaitu minta maaf dan istigfar. Maka dari itu Alloh dan rosululloh selalu mendorong agar segera pada ampunan Alloh dan membersihkan jiwa dari dosa. Disinilah pentingnya pendidikan adab  makanya generasi awal itu sangat mementingkan adab Ali bin abi tholib menasirkan surat attahrim 6 dengan adibbuhum wa allimuhum ; didiklah adab dan ajarilah ilmu. Problem dunia saat ini adalah loss of adab (hilangnya adab) banyak orang pinter tapi tak beradab jadi ilmunya tak bermanfaat mungkin dunia yang ia kejar ia dapatkan tapi dari mana dan kemana rizki Alloh kita nafkahkan kita cuek saja.


  1. Jiwa Pengorbanan yang tinggi dari para sahabat

Tiba-tiba, Abu Bakar berdiri dan berusaha menghalangi Ukasyah untuk mendekati Rasulullah sambil berkata:

“Ukasyah… kalau kamu hendak memukul, pukullah aku..!! Aku adalah orang yang pertama beriman dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku”. Melihat hal itu, Rasulullah SAW lekas meminta Abu Bakar untuk duduk seraya bersabda : “Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dgn Ukasyah”.

  1. Pemimpin yang tawadhu dan punya empati yang tinggi pada umatnya

Mungkin kalau pemimpin sekarang dia salah pada rakyatnya? Wong cilik dia acuh tapi Rosululloh luar biasa sangat menghargainya sampai ukasya menyuruh melepas bajunya beliau bersedia.

  1. Berorientasi ukhrowi

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, seraya membuang cambuk yang sedari tadi ia pegang erat. Kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW serat-eratnya, sambil menangis dan berkata :

“Ya Rasulullah, ampuni aku. Maafkan aku. Mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya, agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Karena Engkau pernah mengatakan “Barang siapa yang kulitnya pernah bersentuhan denganku, maka diharamkan api neraka atasnya.” Seumur hidupku aku bercita-cita dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah…”

Mendengar ucapan itu, Rasulullah SAW tersenyum dan berkata:

“Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin melihat Ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!!”

  1. Nabi Muhammad mempunyai sikap  qonaah dan  zuhud ( perut diganjal batu)

Itu terlihat pada ungkapan “ Tanpa berlama-lam dalam keadaan lemah, Rasulullah SAW membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah, dengan beberapa batu terikat di perut Rasulullah, pertanda Rasulullah sedang menahan lapar

  1. Rosululloh sangat memperhatikan amanah .

Kenabian dan kerosulan adalah amanah dari Alloh agar menyampaikan segala kebaikan kepada umatnya dan Rosululloh telah menyampaikan semuanya  dan mengecek seperti dalam kisah diatas, agar tidak ditagih diakhirat.

  1. Rosululloh memberikan contoh agr selalu bermuhasabah mawas diri

“Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah SWT. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusanku dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dgn Allah SWT dalam keadaan berhutang dgn manusia.”

Siapa yang pernah saya sakiti silahkan membalasnya yang setimpal…. Semua itu mencontohkan pada kita agar selalu bermuhasabah dan diikuti segera beristigfar dan minta maaf

Sabtu, 05 September 2020

Sikap Pemaaf Rasulullah dilempari batu di Thoif

 


Dalam Alur’an Alloh menjelaskan : “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam suri teladan yang baik, diperuntukkan bagi orang-orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah subhana wa ta’ala dan mengharapkan rahmat-Nya pada hari kiamat kelak dan banyak mengingat Allah.

RASULULLAH memiliki sifat yang sangat mulia yaitu seorang pemaaf. Ia tidak mudah sakit hati walaupun diperlakukan dengan perbuatan yang sangat menyakitkan sekalipun. Beliau dicaci, dihina, disakiti tetapi dengan mudahnya beliau melupakan itu semua.

Diriwayatkan, setiap kali Rasulullah pulang dari masjid beliau diludahi oleh seorang kafir. Suatu hari Rasulullah tidak mendapati orang tersebut, ketika ia mengetahui orang itu ternyata sakit, beliau bergegas menjenguknya. Dan karena sebab itulah orang tersebut masuk Islam.

Dalam perjalanan dakwah ke Taif pun tidak kalah pedihnya cobaan yang Rasulullah SAW hadapi. Rasulullah ditolak oleh pemimpin Tsaqiif, bahkan beliau dilempari batu oleh budak-budak dan orang-orang bodoh dari mereka sehingga kedua kakinya berlumuran darah.

Ketika malaikat Jibril menawarkan untuk membinasakan mereka, Rasulullah menolak bahkan mendoakan mereka agar mendapat pengampunan Allah.

Bukankah kita sering kali merasa sakit hati, tersinggung dan kecewa hanya karena hal sepele?

Keadaan seperti ini membuat kita mudah marah, menyimpan kebencian dan dendam pada orang yang ada di sekitar kita. Padahal, perasaan seperti itu kalau dibiarkan sangat mungkin akan dapat mengganggu kesehatan jasmani, seperti menimbulkan stress, penyakit darah tinggi, jantung dan lain-lain

Soal keutamaan menahan amarah, Allah telah berfirman dalam Alquran:

“ ………Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 134)

Pada firman yang lain dikatakan “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS: As-Syuraa: 43)

Penjelasan lain mengenai keutamaan menahan amarah ini juga bisa dilihat dari hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah kekuatan itu dengan menang dalam bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan amarahnya ketika ia marah.” (HR. Imam Bukhari Muslim).

Senin, 15 Juni 2020

Kiat Agar Shalat Khusyuk dan Keutamaannya


Jamaah Sholat  Jum'ah Yang DiRahmati Alloh
Jika semua ibadah disampaikan pewajibannya(Alloh)  kepada Nabi melalui malaikat Jibril. Tidak demikian halnya dengan shalat, ibadah ini disampaikan secara langsung oleh Allah melalui peristiwa besar yang dialami seorang hamba, Isra’ dan Mi’raj. Shalat adalah ibadah paling utama dalam Islam
Makna. Secara bahasa khusyu’ berarti as-sukuun (diam/tenang) dan at-tadzallul (merendahkan diri). Sifat mulia ini bersumber dari dalam hati yang kemudian pengaruhnya terpancar pada anggota badan manusia
Urgensi Khusyu’ dalam Shalat
-Khusyu’ dalam shalat adalah cermin kekhusyu’an seseorang di luar shalat.
Khusyu’ dalam shalat adalah sebuah ketundukan hati dalam dzikir dan konsentrasi hati untuk taat, maka ia menentukan nata’ij (hasil-hasil) di luar shalat. Olerh karena itulah Allah memberi jaminan kebahagiaan bagi mu’min yang khusyu’ dalam shalatnya. Almukminun 1-2
ôs% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ   tûïÏ%©!$# öNèd Îû öNÍkÍEŸx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ   tûïÏ%©!$#ur öNèd Ç`tã Èqøó¯=9$# šcqàÊ̍÷èãB ÇÌÈ  
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya,
…. sebaliknya  org yg tdk kusuk diancam celaka (Al-Maun: 4-5)
-. Khusyu’ adalah puncak mujahadah seorang mukmin/ berdoa
Khusyu’ adalah puncak mujahadah dalam beribadah, hanya dimiliki oleh mukmin yang selalu bersungguh-sungguh dalam muraqabatullah. Khusyu’ bersumber dari dalam hati yang memiliki iman kuat dan sehat. Maka khusyu’ tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa oleh orang yang imannya lemah. Pernah ada seorang laki-laki berpura-pura shalat dengan khusyu’ di hadapan umar bin Khatthab ra. dan ia menegurnya, “Hai pemilik leher. Angkatlah lehermu! Khusyu; itu tidak berada di leher namun berada di hati.”
Ayat-ayat tentang khusyu’ dalam shalat: surat 2:45
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 45-46).
Contoh yg Khusu’. Abu Ayyub Al-Anshari ra berkata, seseorang datang kepada Nabi saw. lalu berkata, “Nasihati aku dengan singkat.” Beliau bersabda, “Jika kamu hendak melaksanakan shalat, shalatnya seperti shalat terakhir dan janganlah mengatakan sesuatu yang membuatmu minta dimaafkan karenanya dan berputus asalah terhadap apa yang ada di angan manusia.” (Diriwayatkan Ahmad dan dinilai hasan oleh Albani).
Diriwayatkan pula ketika Zainal Abidin bin Ali bin Husain berwudhu, wajahnya berubah dan menjadi pucat. Dan ketika shalat, ia menjadi ketakutan. Ketika ditanya tentang hal itu ia menjawab, “Tahukan anda di hadapan siapa anda berdiri?” ………kisah orang dicabut panahnya saat sholat tdk terasa. …..Dipanah bercucuran darah tidak dirasa krn khusuk dg bacaan sholat….. nabi kalo sholat dadanya bergemuruh krn menangis penuh hayat
Jamaah Sholat  Jum'ah Yang DiRahmati Alloh
Kiat-kiat Khusyu’ dalam Shalat
A. Mempersiapkan kondisi batin
1. Menghadirkan hati dalam shalat sejak mulai hingga akhir shalat….. saat wudu sudah siapkan hati yg tunduk
-Niat Tulus….Ada banyak orang melalui banyak media pula yang mengajarkan tentang keutamaan ikhlas dalam islam selama menjalankan shalat, namun yang perlu kita  - pahami bahwa cara untuk mendapatkan shalat wajib yang khusyuk yang terpenting itu terletak pada diri kita  - sendiri. Kita  - hanya perlu memahami kiat agar shalat wajib khusyuk dan pelaksanaannya kita  - sendiri yang menentukan, maka niat tulus dari dalam hati menjadi kunci utama. kiat agar shalat wajib khusyuk
- Hati…Dalam melakukan cara agar shalat khusyuk shalat shalat wajib, cara agar tidak terkena penyakit hati sehingga mendapatkan hikmah shalat yang sebenarnya seharusnya bukan hanya anggota tubuh kita  - yang mengikuti gerakan demi gerakan shalat wajib. Ini yang seringkali terjadi sehingga seseorang tidak meraih shalat wajib yang khusyuk. Namun, perlu untuk kita  - mengikutkan hati kita  - dalam setiap shalat wajib, dalam setiap gerakan dan bacaan dalam shalat wajib, menjadikan hati kita  - ikut melaksanakan shalat wajib bersama seluruh anggota tubuh kita  -.
2. Berusaha tafahhum (memahami) dan tadabbur (menghayati) Mendalami Makna Bacaan ayat dan do’a yang dibacanya sehingga timbul respon positif secara langsung. - Shalat Salah satu penyebab seseorang menjadi sulit mendapatkan shalat wajib yang khusyuk adalah tidak tahu apa arti dan makna lafadz yang dibacanya dalam shalat wajib yang akhirnya membuat shalat wajibnya berjalan begitu saja tanpa bisa dia hayati. Maka mulailah mempelajari dan memahami satu per satu bacaan shalat wajib kita  - begitu juga arti keutamaan dzikir setelah shalat. Dan mencoba untuk terus menghayatinya dalam setiap shalat wajib yang kita  - lakukan.
3. Menggabungkan rasa raja’ (harap) dan khauf (takut) dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menyerahkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara total, saat kita shalat sikap pasrah, berserah diri, secara total sudah sewajarnya kita lakukan. Menumbuhkan kesadaran, betapa kita memerlukan bantuan dan pertolongan dari-Nya. Segala yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan kehendak dari-Nya.
5. Menyadari Bahwa Kita Sedang Menghadap Alloh
Ciptakan suatu alam pikiran di mana kita  - sedang berhadapan dengan sesuatu yang luar biasa dahsyat dan tiada tandingannya di dunia maupun di akhirat. Sesuatu yang lebih dari atasan kita  -, orangtua kita  -, preman kampung, lurah, camat, bupati, walikota, gubernur, presiden, artis, jin, setan, iblis, malaikat, dan lain sebagainya.
…..Merasa sebagai makhluk paling hina di alam semesta, ketika kita shalat terkadang kita masih membawa jabatan dunia. Merasa bahwa dirinya harus dihormati karen ajabatan yang dia miliki. Rasa seperti inilah yang harus dihapus saat mendirikan sholat. Bahkan kita harus merasa sebgai makhluk yang paling hina dihadapan-Nya.
6. Memohon perlindungan kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla dari godaan syetan
Godaan syetan akan selalu datang kepada siapa saja yang akan menghadap Allah Subhânahu wa Ta’âla, oleh karena itu seorang hamba hendaknya tegar dalam beribadah kepada Allah Ta’âla, seraya tetap melakukan amalan-amalan zikir ataupun shalat,dan jangan sampai goyah, sebab dengan selalu menekuni hal-hal tersebut,godaan dan tipu daya syetan akan hilang dengan sendirinya. Allah ‘Azza wa Jalla
7. Menganggap Shalat terakhir dan Mengingat Kematian
Menganggap Shalat wajib Yang Sedang Dilakukan adalah Shalat wajib Terakhir. Setiap manusia maupun jin tidak ada yang mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi di masa yang akan datang termasuk hari kematian.
……Anggap saja kita  - akan meninggal dunia saat shalat wajib berlangsung maupun setelah shalat wajib. Orang mukmin yang tahu dia mau wafat maupun mau kiamat besar, maka orang itu akan segera meningkatkan cara agar shalat khusyuk shalatnya serta menjalankan cara agar shalat khusyuk shalat dengan sebaik-baiknya.

B. Mempersiapkan kondisi lahiriyah:
1. Menjauhi yang haram dan maksiat lalu banyak bertaubah kepada Allah.
2. Memperhatikan dan menunggu waktu-waktu shalat.
3. memakai pakaian yang terbaik
4. Mengikuti Tata Cara dengan Benar( termasuk wudunya)
Dalam melaksanakan cara agar shalat khusyuk, shalat shalat wajib diharuskan untuk mengikuti tata cara shalat wajib yang baik mulai dari bagian shalat wajib wudhu, niat, gerakan, tuma’ninah, kekhusyu’an, dan lain-lain.
Shalat wajib yang asal-asalan akan memperbesar resiko solat kita  - tidak diterima oleh Allah SWT.
Diharapkan seluruh umat muslim laki laki dan perempuan untuk selalu memperbaiki shalat wajibnya dari waktu ke waktu dengan mempelajari ilmu cara agar shalat khusyuk shalat dari sumber yang bisa dipercaya dan dijadikan panutan dengan dasar Hadits Nabi Muhammad SAW dan tuntunan para imam besar.
5. Melihat kearah tempat sujud
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika sedang shalat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menundukkan kepala serta mengarahkan pandangannya ke tanah (tempat sujud)”. (HR. al-Hakim 1/479, dinilai shahih oleh al-Albani)
6. Memahami Arti Shalat Wajib /pentingnya sholat amal pertama dihisab
Dalam setiap cara agar tidak malas shalat 5 waktu, gerakan dalam shalat wajib itu tidak lepas dari bacaannya, mulai dari lafadz takbiratul ihram hingga mengucapkan salam setelah tahiyyatul akhir di penuhi dengan bacaan-bacaan suci yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an hingga do’a – do’a dalam shalat wajib itu sendiri.

…….7.  Faktor makanan dan fasilitas hidup apa halal atau haram yg dimakan
6. Fokus ……..tumakninah
Saat melakukan shalat wajib itu di tujukan di tempat kita  - sujud, tidak melirik apalagi menengok kiri dan kanan. Itu agar kita  - fokus dalam shalat wajib kita  -. Namun yang lebih penting lagi pikiran kita  - juga harus fokus bahwa kita  - sementara melakukan shalat wajib, kita  - sedang menghadap kepada Allah SWT

7. Pusatkan Pikiran Hanya Kepada Allah SWT
Netralkan pikiran kita  - dari berbagai hal-hal yang berbau dunia mulai dari masalah pekerjaan, keluarga, sekolah, kampus, harta, tahta, wanita, pria, dan lain sebagainya. Serahkan diri kita  - sepenuhnya hanya kepadaNya untuk menjalankan kewajiban yang diperintahkan kepada kita  -.

9. Munculkan Makna Bacaan Shalat dalam Hati
Mempelajari dan Memahami Arti dan Makna Bacaan Shalat wajib. Pelajarilah arti dan makna di balik ucapan-ucapan kita  - saat sedang shalat wajib, lalu pahami dan hapalkan. Munculkan arti dan makna bacaan shalat wajib kita  - saat kita  - sedang shalat wajib.

12. Konsentrasi
Jika Pikiran Terganggu Segera Kembali Konsentrasi Apabila kita  - tiba-tiba tersadar bahwa kita  - sedang terlena dengan buaian alam pikiran dunia kita  -, maka bersegeralah kembali kepada arti dan makna bacaan shalat wajib kita  - atau kembali mengingat Allah SWT.
13. Memperhatikan Kondisi Tubuh Sebelum Shalat Wajib
Pastikan bahwa kita  - sudah merasa nyaman dan siap untuk melaksanakan cara agar shalat khusyuk shalat shalat wajib kita  - dengan baik, seperti sudah buang air, sudah makan yang cukup, pikiran sudah netral, bersih dari najis dan hadas, tidak sedang menstruasi, dan lain sebagainya.

14. Memperhatikan Kondisi Lingkungan Sebelum Shalat wajib
Usahakan cari tempat shalat wajib yang terbaik bagi kita  - dilihat dari aspek kebersihan, kenyamanan, kebisingan, gangguan orang lain, gangguan anak-anak, keamanan, perizinan, dan lain-lain.
15. Shalat Tepat Waktu dan Tidak Terburu-Buru
Agar kita  - bisa shalat wajib dengan khusyuk kita  - harus solat pada waktu yang paling utama, yaitu shalat wajib tepat waktu di awal waktunya.