ASALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH BLOG By MUH FAJAR HUDI APRIANTO @ MARI KITA GUNAKAN WAKTU KITA YANG TERSISA DENGAN SEBAIK MUNGKIN KARENA WAKTU KITA HANYA SEDIKIT AGAR KITA TIDAK TERMASUK ORANG ORANG YANG MERUGI mafa GUNAKAN WAKTU MUDAMU SEBELUM DATANG WAKTU TUAMU WAKTU SEHATMU SEBELUM DATANG WAKTU SAKITMU KAYAMU SEBELUM TIBA MISKIN WAKTU LAPANGMU SEBELUM TIBA WAKTU SEMPITMU DAN GUNAKAN WAKTU HIDUPMU SEBELUM TIBA MATIMU pesan nabi

Kamis, 08 Februari 2018

Tahapan Pendidiikan Anak Dalam Islam

Pendidikan anak dalam Islam ada tahapan yang sangat penting diketahui semua orang tua atau guru di sekolah. Tahapan ini penting dalam memberikan program yang tepat untuk anak-anak. Jika orang tua atau guru mampu memberikan program yang tepat pada setiap jenjangnya, anak akan berkembang dengan baik karena kebutuhan pada saat usia tertentu dapat terpenuhi. Ibarat cangkir yang kosong, sebagai orang tua atau guru kita harus mengisi dengan takaran yang pas agar tidak berlebihan atau juga kekurangan.

Untuk mendapatkan takaran yang pas, kita harus mengenal tahapan pendidikan anak dalam Islam. Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a tahapan pendidikan anak berjenjang menurut umurnya. Jenjang tersebut adalah 0-7 tahun, 7-14 tahun, dan 14-21 tahun. Inilah pendidikan berjenjang sesuai dengan per 7 tahun usianya.

1. Tahapan Tujuh Tahun Pertama atau 0-7 Tahun, Perlakukan Anak sebagai Raja
pendidikan anak dalam islam
Perhatian penuh terhadap anak. (https://allianzkita.files.wordpress.com)
Dalam tahapan anak sebagai raja berarti memperlakukan anak sebaik-baiknya. Ajak mereka bermain yang menyenangkan. Anak belajar dari permainan yang mereka lakukan. Banyak permainan yang bisa merangsang pertumbuhan motorik kasar dan motorik halus anak. Dalam tahap ini, anak harus mendapatkan pengalaman yang menyenangkan bahwa dunia ini indah. Sebagai raja, anak harus mendapat kesan bahwa dunia ini aman untuk dirinya. Walaupun kita memperlakukan anak sebagai raja bukan berarti mengikuti semua kemauannya. Orang tua atau guru bisa mengarahkan ke jenis permainan yang lain, misalnya saat ia memilih permainan yang berbahaya untuk dirinya, guru atau orang tua bukan menolak tapi mengalihkan ke permainan yang juga sama asyiknya. Memberikan semua keinginannya tentu tidak baik karena akan membuat anak menjadi manja. Yakinkan segala jenis permainannya aman untuk anak. Hindari gadget atau barang elektronik karena banyak penelitian yang menyarankan untuk tidak dimainkan anak-anak dengan segala risiko terutama menyangkut keterampilan motoriknya.

2. Tahapan Tujuh Tahun Kedua atau 7-14 Tahun, Perlakukan Anak sebagai Tawanan
pendidikan dalam islam 2
Ajarkan anak hal mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. (1.bp.blogspot.com)
Menjadi tawanan dalam arti positif adalah anak mengenal aturan. Sebagaimana halnya tawanan yang harus mengikuti setiap instruksi orang lain. Dalam tahap ini, anak mengenal aturan dan belajar disiplin atau proses penanaman dalam diri anak-anak. Dalam tahap ini Rasul saw. pernah mengatakan jika anak di usia 10 tahun harus belajar disiplin salat. Salat dan ibadah lainnya secara teratur harus sudah mulai dikerjakan oleh anak. Penanaman disiplin di tahap ini sangat penting karena akan menjadi pondasi untuk anak-anak saat mereka besar. Kehilangan momentum di tahap ini akan mengakibatkan anak tidak patuh, membangkang, atau melakukan suatu hal sesukanya. Guru dan orang tua memiliki otoritas yang kuat terhadap anak dalam mengarahkan dan menanamkan disiplin dengan baik.



3. Tahapan Tujuh Tahun Ketiga atau 14-21 Tahun, Perlakukan Anak sebagai Duta Besar
pendidikan dalam islam 3
Perlakukan anak secara dewasa. (http://smart-money.co)
Di tahap ini, secara pertumbuhan dan perkembangan anak sudah terbentuk motorik kasar dan motorik halus dengan baik. Demikian juga perkembangan kemampuan berpikirnya sudah memasuki tahap dewasa. Anak sudah mampu memutuskan hal yang harus dikerjakan atau tidak dikerjakannya, anak bisa memilih secara mandiri. Kemandirian anak menjadi modal untuk melepasnya sebagai duta besar. Sebagaian kalangan menyebutnya dengan tahapan menjadikan anak sebagai sahabat. Ya, duta besar berarti menjadi perwakilan di negara lain yang harus kita dukung. Otoritas orang tua dan guru secara perlahan berkurang. Otoritas dalam mendidik sudah tidak sebesar saat anak-anak waktu kecil. Tetapi tetap pengontrolan terhadap anak masih ada.

Nah, tahapan perkembangan pendidikan anak dalam Islam ini harus diikuti dengan kemampuan guru atau orang tua dalam memberikan program sesuai jenjangnya. Metode yang dipakai harus benar-benar sesuai dengan tahapan anak. Dalam hal ini ada lima metode pendidikan islam menurut Muhammad Quthb dan Abdullah Nasih Ulwan yaitu, pemberian teladan (qudwah), pemberian pembiasaan (aadah), pemberian nasihat (mau’izhoh), mekanisme kontrol (mulahazhoh), dan sanksi atau denda (uqubah).

Kelima metode ini harus dikerjakan secara konsisten dan bersamaan. Jangan hanya menitikberatkan pada satu metode saja. Berikan sesuai jenjangnya dan kemampuan anak. Tak jarang yang salah paham dalam pendidikan karena terlalu besar dalam satu metode, misalnya sebut saja yang sering banyak kita dengar yaitu sanksi atau teguran atau hukuman. Padahal, masih banyak cara yang bisa dilakukan guru atau orang tua dalam tahap jenjang tertentu untuk memberikan pelajaran kepada siswa atau anak didiknya di sekolah. Jangan lupakan teladan, anak harus mendapat teladan yang baik dari guru dan orang tuanya. Jika guru mampu menjadi teladan yang baik untuk muridnya maka insyallah pendidikan akan berjalan dengan baik. Anak menyerap semua proses keteladanan yang penting ditahap usianya.