ASALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH BLOG By MUH FAJAR HUDI APRIANTO @ MARI KITA GUNAKAN WAKTU KITA YANG TERSISA DENGAN SEBAIK MUNGKIN KARENA WAKTU KITA HANYA SEDIKIT AGAR KITA TIDAK TERMASUK ORANG ORANG YANG MERUGI mafa GUNAKAN WAKTU MUDAMU SEBELUM DATANG WAKTU TUAMU WAKTU SEHATMU SEBELUM DATANG WAKTU SAKITMU KAYAMU SEBELUM TIBA MISKIN WAKTU LAPANGMU SEBELUM TIBA WAKTU SEMPITMU DAN GUNAKAN WAKTU HIDUPMU SEBELUM TIBA MATIMU pesan nabi

Jumat, 24 Oktober 2014

Pengertian Dan Sejarah Tahun Baru Hijriah, Serta Hukum Merayakannya


 بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Fajar Muharram telah tiba namun  disayangkan  banyak Orang Islam tidak mengenal Tahun Hijriah secara pasti, apalagi menggunakannya sebagai ketentuan penanggalan aktifitas. Hal ini dikarenakan kita hidup di alam yang telah didominasi oleh sistim dan tatanan yang bukan berasal dari Islam. Bahkan, sekedar tahu terjadi pergantian Tahun baru Hijriah saja lantaran kalender warnanya merah alias hari libur. Artikel ini bertujuan memberi pemahaman kepada umat Islam agar tahu sejarah tahunnya sendiri, dan agar memiliki identitas dan jatidiri sebagai orang beragama. Tahun pertama Hijriah dimulai pada hari Jumat, 1 Muharram yang bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M.
Sejarah Penentuan Tahun Baru Hijriah
sejarah digunakannya sistem perhitungan tahun Islam bermula sejak kejadian di masa Umar bin Al-Khattab r.a. Salah satu riwayat menyebutkan yaitu ketika khalifah mendapat surat balasan yang mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka tahun. Beliau lalu bermusyawarah dengan para shahabat dan singkat kata, mereka pun berijma’ untuk menjadikan momentum tahun di mana terjadi peristiwa hijrah Nabi saw. sebagai awal mula perhitungan tahun dalam Islam.
Sedangkan sistem kalender qamariyah berdasarkan peredaran bulan konon sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak lama. Demikian juga nama-nama bulannya serta jumlahnya yang 12 bulan dalam setahun. Bahkan mereka sudah menggunakan bulan Muharram sebagai bulan pertama dan Dzulhijjah sebagai bulan ke-12 sebelum masa kenabian.
Sehingga yang dijadikan titik acuan hanyalah tahun dimana terjadi peristiwa hijrah Nabi saw.. Bukan bulan dimana peristiwa hijrahnya terjadi. Sebab menurut riwayat, beliau dan Abu Bakar  r.a.hijrah ke Madinah pada bulan Sya’ban, atau bulan Rabiul Awwal menurut pendapat yang lain, tapi yang pasti bukan di bulan Muharram. Namun bulan pertama dalam kalender Islam tetap bulan Muharram.
Alasan Muharram Dijadikan Bulan Pertama
Penting untuk dicatat disini adalah pilihan para shahabat menjadikan peristiwa hijrah nabi sebagai titik tolak awal perhitungan kalender Islam. Mengapa bukan berdasarkan tahun kelahiran Nabi saw.? Mengapa bukan berdasarkan tahun beliau diangkat menjadi Nabi? Mengapa bukan berdasarkan tahun Al-Qur’an turun pertama kali? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya perang Badar? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya pembebasan kota Mekkah? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya haji Wada’ (perpisahan) dan mengapa bukan berdasarkan tahun meninggalnya Rasulullah saw.?
Jawabannya adalah karena peristiwa hijrah itu menjadi momentum di mana umat Islam secara resmi menjadi sebuah badan hukum yang berdaulat, diakui keberadaannya secara hukum international. Sejak peristiwa hijrah itulah umat Islam punya sistem undang-undang formal, punya pemerintahan resmi dan punya jati diri sebagai sebuah negara yang berdaulat. Sejak itu hukum Islam tegak dan legitimate, bukan aturan liar tanpa dasar hukum. Dan sejak itulah hukum qishash dan hudud seperti memotong tangan pencuri, merajam/mencambuk pezina, menyalib pembuat huru-hara dan sebagainya mulai berlaku. Dan sejak itulah umat Islam bisa duduk sejajar dengan negara/kerajaan lain dalam percaturan dunia international.
Kondisi itu terus berlangsung hingga umat Islam melewati masa-masa yang panjang setelah wafatnya beliau, masa khualfaur-rasyidin, masa khilafah Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan masa khilafah Bani Utsmani. Wilayahnya membentang dari Maroko hingga Marauke di mana separuh bulatan muka bumi menjadi sebuah negeri yang satu, daulah Islamiyah.
Hingga kemudian semua itu berakhir pada abad 20 Masehi (abad 14 hijriyah) dengan ditumbangkannya khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924 oleh Musthapa Kemal Ataturk. Seorang pemimpin boneka yang bekerja di bawah perintah zionis Yahudi dan konspirasi jahat international. Seiring dengan tumbangnya khilafah Islamiyah terakir, umat Islam yang berjumlah 1,5 milyar di muka bumi ini tidak lagi punya satu pemimpin, tidak punya badan hukum dan tidak punya khilafah. Semua hidup di bawah tekanan pemerintahan boneka masing-masing yang kecil, lemah, miskin, tertekan dan tertindas di bawah hegemoni mantan penjajahnya.
Bersamaan dengan itu, isi perut bumi mereka serta kekayaan alam lainnya dikuras habis oleh para musuhnya tanpa setitik pun perlawanan yang berarti. Hukum dan undang-undang yang berlaku tidak lain adalah produk sampah para penjajah. Kurikulum pendidikannya telah melahirkan anak-anak generasi yang mising link serta jauh dari atmosfir Islam.
Semua ini adalah tantangan berat yang harus dilalui oleh kita yang hidup di masa sekarang ini. Dan sejak meninggalkan tahun 1400 hijryah, sudah dicanangkan oleh Rabithah Alam Islami bahwa abad ke-15 hijriyah adalah abad kebangkitan Islam. Masuk tahun baru ini, kita sudah melewati kuartal pertama dari abad 15 hijriyah. Sudahkah tanda-tanda kebangkitan itu nampak? Kita bisa menilainya masing-masing.
Tentang Merayakan Tahun Baru Hijriah
Secara fiqih Islami, tidak ada perintah secara khusus dari Rasulullah saw. untuk melakukan perayaan penyambutan tahun baru secara ritual. Bukankah penetapan sistem kalender Islam baru saja dilakukan di masa khalifah Umar bin Al-Khattab r.a.? Selain itu memang kami tidak mendapati nash yang sharih tentang ritual khusus penyambutan tahun baru, apalagi dengan i’tikaf, shalat qiyamullail atau zikir-zikir tertentu. Kalau pun ada, hadits-haditsnya sangat lemah bahkan sampai kepada derajat maudhu’ dan mungkar hadits.
Namun bukan berarti kegiatan penyambutan tahun baru itu menjadi terlarang dilakukan. Sebab selama tidak ada nash yang mengharamkan secara langsung dan kegiatan itu tidak terkait langsung dengan ibadah ritual yang diada-adakan, hukumnya hala-halal saja. Terutama bila kegiatan itu memang punya manfaat besar baik secara dakwah Islam maupun syiarnya. Yang penting jangan sampai menimbulkan salah interpretasi bahwa tiap malam satu Muharram disunnahkan qiyamullail atau beribadah ritual secara khusus di masjid. Sebab hal itu akan menimbulkan kerancuan (fitnah) dikemudian hari yang harus diantisipasi.
Kemuliaan Muharram
Salah kaprah dalam penyambutan Tahun Baru Hijriah masih banyak terjadi. Karena bulan Muharram adalah bulan suci bagi kaum muslimin, maka sebagian orang menjadikannya sebagai hari besar yang harus diperingati. Sehingga sebagian kaum muslimin melakukan berbagai ritual untuk memperingati dan merayakannya. Ada yang lebih parah dari itu bahwa sebagian mereka melakukan acara-acara yang pada hakekatnya adalah syirik. Seperti yang terjadi di daerah Yogyakarta, budaya larung sesaji bulan Muharram, di Surakarta ada arak-arakan kerbau yang bernama Kiai Slamet, di Gunung Lawu ada ritual khusus yang dilakukan oleh sebagian orang di malam tanggal satu Muharram atau lebih dikenal dengan Malam Satu Sura, dan masih ada segudang contoh yang lain. Ini membuktikan betapa tingginya tingkat kebodohan umat, sehingga mereka terjerumus ke dalam jurang kemusyrikan yang begitu dalam.
Sikap yang tepat adalah menyambut tahun baru Hijriah ini dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah, mengintrospeksi diri, melakukan pembenahan dan pembaruan terhapap amal-amal perbuatan kita yang rusak, dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia; terutama keluarga, mulai istri, anak-anak, dan karib kerabat. Karena seseorang akan dimintai pertanggung jawaban nanti hari kiamat tentang mereka. Allah berfirman, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-Tahrim: 6). Selain itu, hendaknya kita melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya, karena nanti di hari kiamat, anggota tubuh seseorang akan berposisi sebagai musuh baginya. Yaitu ketika Allah menutup mulut seorang hamba lalu tangan dan kaki dan anggota tubuh lainnya berbicara mengungkapkan apa yang pernah dilakukannya. Allah berfirman, “Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ Kulit mereka menjawab. ‘Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata’, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan’. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Ash-Shaffat: 20-23). Pada Al-Qur’an terjemahan Depag diterangkan bahwa mereka itu memperbuat dosa dengan terang-terangan karena mereka menyangka bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan mereka dan mereka tidak mengetahui bahwa pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka akan menjadi saksi di akhirat kelak atas perbuatan mereka.
Hakekat Tahun baru. ketika satu tahun berlalu, berarti satu tahun lebih dekat dengan kuburan. . Hendaknya kita berupaya menjadikan setiap tahun lebih baik daripada tahun yang sebelumnya. Pada hakekatnya, satu tahun berlalu, berarti satu tahun lebih dekat dengan kuburan. Maka, hendaknya kita mempergunakan sisa waktu dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah. Sesungguhnya dunia tidak akan sejahtera kecuali dengan tegaknya agama. Kemuliaan, keagungan, dan ketinggian derajat tidak akan diperoleh kecuali bagi orang yang tunduk, patuh, dan berendah diri di hadapan Allah. Keamanan serta kedamaian tidak akan terwujud kecuali dengan mengikuti konsep para Rasulullah saw..
Puasa Sunnah Muharram. Nabi saw. menganjurkan umatnya untuk mengerjakan puasa pada bulan Muharram yang mulia, yaitu puasa sunah pada tanggal sepuluhnya. Dan, puasa ini adalah puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan. Kemudian, untuk menyelisihi kaum Yahudi yang juga berpuasa di tanggal sepuluh bulan tersebut, maka Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam mengisyaratkan untuk berpuasa pula pada tanggal sembilannya. Dan, puasa sunah bulan Muharram, akan menghapus dosa-dosa setahun sebelumnya. Rasulullah saw. bersabda,                                                وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ               “Puasa hari ‘Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim no. 1975).
                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                          “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Selasa, 07 Oktober 2014

Kajian Alquran Tentang Teleportasi

Teleportasi memiliki arti pemindahan sesuatu (materi) dari satu titik ke titik lain melalui sebuah proses penguraian dan pengembalian kembali susunan dari sesuatu tersebut. Kalau pernah menonton film Star Trek, Battle Star of Galactica, Time Tunnel, atau Time Machine, atau The One nya Jet Lee,pasti tergambar proses teleportasi, dimana sosok Capt.Kirk dan Spok dapat berlanglang buana ke berbagai tempat di angkasa ini melalui mesin teleportasi. Atau tokoh Triple James yang berpetualang di antar galaksi dalam mencari tempat kehidupan baru bagi ras manusia, dengan menggunakan kendaraan berkecepatan cahayanya (teknologi warp). Atau Time Tunnel, dimana sekelompok manusia melewati lorong waktu berkelana ke dunia lain melalui lubang cacing (wormhole, istilah ilmiah/fisika untuk menjelaskan adanya lorong antar dimensi yang dapat menembus waktu dan ruang). Dan terakhir Time Machine, dimana sosok Adam (tokoh dalam film) mencari pembalikan takdir untuk menjumpai istrinya kembali sebelum terjadi kecelakaan dan terjebak dalam beberapa zaman melalui mesin waktu ciptaannya. Ya…semua itu adalah sci-fi atau fiksi ilmiah yang akan menerbangkan imajinasi penonton berkenaan dengan waktu. Tetapi jangan lupa, dalam Al Qur’an pun membicarakan sesuatu tentang teleportasi ini…

Dalam Al Qur’an ada ayat yang membicarakan peristiwa teleportasi ini yaitu berkenaan dengan peristiwa pemindahan Singgasana Ratu Bilqis dari negeri Saba’. Dalam Qur’an Surat an Naml (27) ayat 38 – 40 yang artinya, “Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”, Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”, Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab : “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia“.

Ada dua tawaran untuk hal pemindahan singgasana Sang Ratu Bilqis, yaitu yang pertama dari bangsa Jin dalam hal ini diwakili Ifrit yang memiliki kemampuan melalui ilmunya (teknologi mereka) dapat memindahkan singgasana tersebut dengan hitungan waktu sesaat, yang digambarkan ‘sebelum Nabi Sulaiman as berdiri dari tempat duduknya’. Yang kedua adalah tawaran dari seseorang yang memiliki ilmu dari Al Kitab (apakah itu Kitab terdahulu dalam hal ini Zabur dan Taurat, atau kitab Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka kuasai saat itu). Ia mampu memindahkan singgasana dengan hitungan waktu yang lebih cepat dari tawaran Ifrit, yaitu dalam waktu sekejap yang digambarkan sebelum mata Nabi Sulaiman as berkedip. Subhanallah… .

Yang jadi pertanyaan adalah : apakah sang ilmuwan ini hanya mengandalkan doa semata-mata selayaknya kemampuan Allah mencipta dengan mengatakan ‘Kun’, ini mustahil. Atau hanya sekedar mengandalkan kekuatan doa agar dikabulkan Allah SwT untuk memindahkannya, ini pun mustahil. Mengapa?  ini seolah Nabi Sulaiman as tidak memiliki kekuatan doanya secara langsung kepada Allah SwT sebagai seorang Nabi yang memiliki kedudukan khusus di sisi Allah yang justru jauh dari apa yang dimiliki oleh hanya seorang pembesarnya (menterinya) yang berilmu. Demikian juga waktu yang dilakukan untuk berdoa dengan mata berkedip, lebih cepat mata berkedip. Apakah hanya mengatakan kata tertentu? Mustahil juga, layaknya sebuah sihir ‘abrakadabra’. Ilmu (teknologi) apakah ini? Yang jelas ini merupakan sebuah ilmu teknologi canggih yang terjadi pada saat itu dan tidak dapat dikuasai lagi di abad berikutnya. Mengapa? Karena Nabi Sulaiman as sendiri yang meminta melalui doanya, sebagaimana tercantum dalam Qur’an Surat Shaad (38) ayat 35 yang artinya,”Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”.

Bayangkan bila teknologi itu dapat dikuasai pada saat ini… pasti semakin banyak kejahatan yang terjadi yang memanfaatkan teknologi tersebut. Dan untung hanya sebatas pada film-film sci-fi (sciencefiction). Atau akan menjadi kufur karena tidak percaya dengan apa yang sudah ditetapkan Allah (Takdir).

Teleportasi berikutnya dalam bentuk perjalanan atau transfer sesuatu adalah :
1.Peristiwa “al Maidah” permintaan Nabi Isa as kepada Allah SwT (QS. Al Maidah 5 ayat 114-115),
2.Peristiwa “al Maidah” Maryam binti Imron, ibunda Isa as yang kedapatan makanan di mihrabnya saat Zakariya as mengetahui keberadaan makanan tersebut (QS.Ali Imron 3 ayat 37),
3.Peristiwa perjalanan Sulaiman as dengan menggunakan angin (QS.Saba 34 ayat 12),
4.Peristiwa teleportasi Isa as ke suatu tempat yang hanya Allah tahu dalam rangka penyelamatan Allah terhadap dirinya (Nabi Isa as) dari Fitnah. (QS. An Nisa 4 ayat 158 – 159),
5.Peristiwa Isra’ dan Mi’raj nya Rasulullah Muhammad SAW (QS. Isra 17 ayat 1).

Nah, peristiwa teleportasi ini jelas pasti berhubungan dengan masalah ‘waktu’ dan ‘tempat’, maka banyak sekali dalam Al Qur’an, Allah bersumpah dengan nama ciptaanNya agar supaya manusia memperhatikan ada apa dibalik nama ciptaanNya tersebut. Semisal ‘Demi Waktu Ashar’ , ‘Demi Waktu Fajar’, ‘Demi Waktu Dhuha’, ‘Demi Waktu Siang’, ‘Demi Waktu Malam’, dan masih banyak lagi yang berkenaan dengan waktu. Belum lagi berkenaan dengan sebuah peristiwa atau tempat-tempat tertentu. Tidak lain adalah bagaimana kita sebagai manusia memperhatikan hal-hal demikian, ada rahasia apa dibalik demikian. Paling tidak sebagaimana ujian teleportasi pada nabi Sulaiman as yang ia katakan adalah ““Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya dan kekuasaan-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar (akan nikmat-Nya dan kekuasaan-Nya), maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia“. Atau sebagai tolok ukur manusia untuk melihat perkembangan amaliyahnya ketika ia masih berada di dunia ini, sebagaimana apa yang diinginkan Allah SwT dalam QS. Al Mulk 67 ayat 2 yaitu “(Dialah Allah) Yang menjadikan mati (peristiwa kematian) dan hidup (peristiwa kehidupan), supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.

Wallahu a’lam bish Shawwab.

Nabi Sulaiman Meninggal di Indonesia?

Nabi Sulaiman Meninggal di Indonesia?
Di sinilah KH Fahmi Basya meyakini tempat meninggalnya Nabi Sulaiman (dok:Ilustrasi/buku Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman)
SEORANG ahli matematika Islam asal Indonesia KH Fahmi Basya Hamdi menyakini jika Nabi Sulaiman, atau Solomo Raja Israel, meninggal di Indonesia, tepatnya di Borobudur, Jawa Tengah.

Pernyataan mengejutkan itu bukan tanpa alasan, sebab selama 33 tahun Basya telah melakukan penelitian dan telah membukukan penemuannya. Buku berjudul Borobudur dan Peninggalan Nabi itu bahkan telah dicetak sebanyak tujuh kali oleh Zaytuna. 

Menurut Basya, Nabi Sulaiman yang lahir sekitar 975-935 SM, tidak meninggal di Rahbaam, Baitul Maqdis-Palestina, seperti yang diketahui oleh masyarakat umum saat ini. Tetapi di puncak Borobudur. 

"Mengapa khiyam No6 yang ada di Borobodur dibiarkan kosong tidak ada tamasilnya. Karena Nabi Sulaiman wafat di sini," tegas KH Fahmi Basya, sambil merujuk pada relief seseorang memegang tongkat, di lantai tiga dari atas Borobudur. 

Untuk menguatkan teorinya, Basya mengutip firman Allah yang berisi, takala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka (jin) setelah kematiannya itu, melainkan rayap yang memakan tongkatnya. 

"Maka takala ia telah tersungkur, nyatalah bagi jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan, mendapatkan tempatnya," demikian firman Allah. 

Dalam penelitian itu, Basya tidak hanya menjungkirbalikkan kepercayaan masyarakat umum tentang sejarah Borobudur dan Nabi Sulaiman. Tetapi juga menawarkan wacana baru tentang silsilah Nabi Sulaiman. 

Dikatakannya, Ibu Nabi Sulaiman, Batsyeba binti Eliam (janda Uria orang Het yang dinikahi Raja Daud ayah Sulaiman) merupakan orang Jawa. Makanya Batsyeba memberi nama anaknya Sulaiman yang artinya hamba yang baik. 

Dalam bahasa Jawa, nama Sulaiman diambil dari kata Su dan Man yang berarti hamba yang baik. Tentang arti nama itu, Basya kembali menggunakan ayat Alquran yang menyebutkan, bahwa Sulaiman adalah sebaik-baiknya hamba (38.30).

Tidak hanya itu, dalam penelitiannya Basya juga mengungkapkan, bahwa catatan sejarah yang menyatakan Borobudur peninggalan kerajaan umat Budha, karena reliefnya banyak berkisah tentang ajaran umat Budha, tidak seluruhnya benar. 

Setelah dipelajarinya, relief yang ada dalam Borobudur sangat bernuansa kitab dan ajaran Budha yang ada dalam relief Borobudur sangat dimungkinkan ada dalam kitab Zabur, seperti yang ditemukannya saat melakukan penelitian. 

"Kalau ada orang mengatakan bahwa sebagian kisah Budha ada di Borobudur, berarti kisah Budha ada dalam kitab Zabur atau sebagian dari Zabur digambarkan di sini (Borobudur)," tegasnya. 

Dia juga menjelaskan, bahwa Istana Nabi Sulaiman yang digambarkan sangat indah dalam Alquran, sebagai peninggalan dari Raja Daud bisa berada di mana saja. Termasuk di Indonesia, jika merujuk kepada bukti-bukti yang ditemukannya. 

"Kerajaan Daud yang diwarisi Nabi Sulaiman bisa (berada) di mana saja," terangnya, sambil menunjuk Negeri Saba yang hilang di zaman Nabi Sulaiman berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Indonesia.

Namun begitu, Basya mengingatkan kepada para pembacanya, bahwa penelitiannya peninggalan Nabi Sulaiman di Indonesia memberi penekanan kepada nama tempat. Khususnya mengenai kisah Indonesia Negeri Saba yang hilang dan penyebutan Ratu Boko. 

"Pemakaian istilah Ratu Boko dalam penelitian ini sekedar (untuk) mengenali tempat, karena tempat itu sekarang bernama Istana Ratu Boko, bukan untuk mengatakan bahwa Ratu Saba (atau Ratu Balqis) sama dengan Ratu Boko," sambung Basya. 

Kendati demikian, tentang benar dan tidaknya penelitian Basya, dikembalikan lagi kepada pembaca yang budiman. Karena sebagai karya ilmiah, bukan hal yang mustahil penelitian itu akan ditinjau ulang. Wallahualam.

Sebagai catatan, pada Minggu 13 Juli 2014, cerita pagi mengulas sekilas tentang Indonesia Negeri Saba yang hilang. Tulisan ini merupakan rangkaian dari teori Basya yang menyebut Nabi Sulaiman meninggal di Indonesia.

Sejarah Dan Hikmah Qurban




Kurban wajib bagi orang yang mampu atau berkecukupan tapi bila tidak melaksanakan kurban, Nabi Muhammad SAW mengingatkan : "Barang siapa yang sudah mampu dan mempunyai kesanggupan tapi tidak berkurban, maka dia jangan dekat-dekat  kemushallahku " Hadis tersebut merupakan sindiran bagi orang-orang yang mampu dan  banyak harta tapi tidak mau berkurban.
Sejarah qurban itu dibagi menjadi tiga, yaitu : zaman Nabi Adam As; zaman Nabi Ibrahim As; dan pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Pertama pada zaman Nabi Adam As. Qurban dilaksanakan oleh putra-putranya yaitu bernama Qabil dan Habil. Kekayaan yang dimiliki oleh Qabil mewakili kelompok petani, sedang Habil mewakili kelompok peternak. Saat itu sudah mulai ada perintah, siapa yang memiliki harta banyak maka sebagian hartanya dikeluarkan untuk qurban.
Sebagai petani si Qabil mengeluarkan kurbannya dari hasil pertaniannya dan sebagai
peternak si Habil mengeluarkan hewan-hewan peliharaanya untuk kurban, untuk siapa
semua itu diqurbankan, padahal waktu itu manusia belum banyak. Diterangkan dalam
sejarah, harta yang diqurbankan itu disimpan di suatu tempat yaitu di Padang Arafah
yang sekarang menjadi napak tilas bagi para jemaah haji.

Baik buah-buahan yang diqurbankan si Qabil maupun hewan ternak yang diqurbankan si
Habil, dari kedua orang tersebut mempunyai sifat berbeda. Si Habil mengeluarkan hewan
diqurbankan dengan tulus ikhlas. Dipilih hewan yang gemuk dan sehat, dan dia taat
terhadap petunjuk ayahnya Nabi Adam.Berbeda dengan si Qabil, Dia memilih buahbuahan
yang jelek-jelek dan sudah afkiran.

Ketika keduanya melaksanakan qurban, ternyata yang habis adalah qurban yang
dikeluarkan oleh si Habil sementara buah-buahan yang dikeluarkan si Qabil tetap utuh,
tidak berkurang. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 27 :
"Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah
seorang dari meraka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), Ia berkata :
"Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil " Sesungguhnya Allah hanya menerima
(kurban) dari orang-orang yang bertakwa".

Kurban si Habil di terima Allah SWT karena dia mengeluarkan sebagian hartanya yang
bagus-bagus dan dikeluarkan dengan tulus dan ikhlas. Sementara si Qabil mengeluarkan
sebagian harta yang jelek-jelek dan terpaksa. Oleh karena kurban tidak diterima Allah.
Akhirnya si Qabil menaruh dendam kepada si Habil. Berawal dari perebutan calon
istrinya, dimana peraturan waktu itu dengan sistem silang.

Kedua, pada zaman Nabi Ibrahim As. Dikisahkan dalam Al-Qur'an surat Ash-Shafaat
ayat 100-111 yang menceritakan mengenai qurban dan pengorbanan. Ketika Nabi

Ibrahim berusia 100 tahun beliau belum juga dikaruniai putra oleh Allah dan beliau selalu
berdoa: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang saleh" (Q.S>37:100)

Kemudian dari istrinya yang kedua yakni Siti Hajar yang dinikahinya ketika Nabi
Ibrahim mengadakan silaturahmi ke Mesir (setiap kedatangan pembesar diberi hadiah
seorang istri yang cantik oleh pembesar Mesir).Dari Siti Hajar lahirlah seorang putra
yang kemudian diberi nama Islam, ia lahir di tengah-tengah padang pasir yang disebut.
Bahkan kemudian dikenal dengan Mekkah.

Pada saat Nabi Ibrahim diberi petunjuk oleh Allah, agar meninggalkan istrinya Siti Hajar
dengan seorang putranya yang dari lahir dan ia disuruh menemui istrinya yang
pertamanya yakni Siti Sarah yang berada di Yerussalem kota tempat Masjidil Agsho.
Beliau meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci besiris air untuk Siti Hajar
dan Ismail.

Pada waktu Siti Hajar kehabisan makanan dan air, ia melihat disebelah timur ada air yang
ternyata adalah fatamorgana yaitu di Bukit Sofa. Di situ Ismail ditinggalkan dan Siti
Hajar naik Kebukit Marwah serta kembali ke Sofa sampai berulang tujuh kali, tapi tidak
juga mendapatkan air sampai ai kembali ke Bukit Marwah yang terakhir. Ia merasa
khawatir terhadap anaknya barangkali Ismail kehausan dilihat kaki Ismail bergerak-gerak
diatas tanah dan tiba-tiba keluar air dari dalam tanah. Siti Hajar berlari kebawah sambil
berteriak kegirangan :"zami-zami?" itulah kemudian

menjadi sumur Zam-Zam itulah kemudian menjadi sumur Zam-zam. Di situlah Siti Hajar
dan Nabi Ismail di padang pasir yang kering kerontang yang ditinggalkan oleh Nabi
Ibrahim dan ditempat itulah Allah SWT. Menetapkan sebagai tempat ibadah haji.

Allah SWT, berfirman dalam surat Al-Hajj : 27 : "Dan berserulah kepada manusia untuk
mengerjakan Haji, niscaya akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai
onta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh".

Memang sudah disiapkan oleh Allah, disana tidak ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada
gunung berapi yang menyebabkan ada sumber kehidupan tapi atas kehendak Allah maka
jadilah sumur "Zam-zam"."Nabi Ismail ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim yang berada di
Yerusalem sampai Nabi Ismail menjelang remaja. Kemudian di Yerusalem ternyata Siti
Sarah hamil yang melahirkan seorang putra yang diberi nama Iskhak. Nabi Ibrahim
diperintahkan lagi oleh Allah untuk kembali ke Mekkah untuk menengok istri dan
anaknya yang pertama yaitu Nabi Ismail, yang rupanya sudah mulai besar. Dalam suatu
riwayat kira-kira berusia 6-7 tahun. Sejak dilahirkan sampai besar itu Nabi Ismail
menjadi kesayangan. Tiba-tiba Allah memberi ujian kepadanya, sebagaimana firman
Allah dalam surat Ash Shaffaat : 102 : "Maka tatkala sampai (pada usia sanggup atau
cukup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata : Hai anakku aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pemdapatmu " Ia menjawab:
"hai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".


Asbabun Nujul atau latar belakang sejarahnya ketika nabi Ibrahim bermimpi (ruyal Haq).
Dalam impiannya ia mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi
Ismail dan sampai di Mina beliau menginap, beliau mimpi yang sama. Demikian juga
ketika di Arafah malamnya di Mina, masih bermimpi yang sama juga. Betapa ujian Berat
kepada Nabi Ibrahim as. Supaya menyembelih putra kesayangannya. Itulah yang
dijelaskan dalam surat Ash-Shaffaat ayat 102.

Setelah terjadi dialog dengan putranya. Ibrahim mengajak putranya Nabi Ismail, kira-kira
antara ratusan meter dari tempat tinggalnya (Minah), baru lebih kurang 70-80 meter
berjalan, setan menggoda istrinya Siti Hajar: "Ya Hajar! Apakah benar suamimu yang
membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail yang sedang tumbuh dan
menggemaskan itu?". Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak-teriak: "Ya Ibrahim, ya
Ibrahim mau dikemanakan anakku?" Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah
Allah SWT, ditempat itulah dimana pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah bagi jemaah haji
disuruh melempar batu dengan membaca : Bismillahi Allahu Akbar. Hal tersebut
mengandung arti bahwa kita melempar setan atau sifat-sifat setan yang ada di dalam diri
kita. Akhirnya tibalah mereka di Jabal Qurban kira-kira 200 meter dari tempat tinggal
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sebagaimana di firmankan oleh Allah didalam surat ASH-
Shaffaat ayat 103-107: "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya kamu telah membenarkan
mimpi itu, sesungguhnya

demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik". Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan
yang besar ".

Dan yang ketiga, dalam Zaman Nabi Muhammad SAW. Masalah kurban diceritakan
kembali yaitu di dalam surat Al-Kautsar ayat 1-3 "Se-sungguhnya Kami telah
memberikan kepadanya nikmat yang banyak, Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu,
dan Berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus".

Berbicara tentang kenikmatan, Allah mengingatkan: "Dan jika kamu menghitung nikmat
Allah, tiadalah dapat kamu mengitungnya" (QS:Ibrahim: 34). Oleh karena itu berkaitan
dengan ibadah kurban yang sudah ada sejak Nabi Adam, Nabi Ibrahim dan Nabi
Muhammad Saw. Allah berfirman: "Dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan
berqurbanlah", Sholat merupakan hubungan vertikal dengan Allah untuk mensyukuri
nikmat Allah. Hubungan antara sesama manusia secara horisontal diwujudkan bahwa
setelah shalat Idul Adha yaitu dengan berkurban memotong hewan ternak berupa
kambing atau sapi untuk dibagikan kepada fakir miskin.

Kita biasanya serius ketika beribadah langsung dengan Allah tapi kadang-kadang ibadah
sesama manusia seringkali kurang serius. Allah SWT mengingatkan dalam surat Al-
MaaHuun ayat 1-7 : "Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim.Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka


celakalah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan ) barang berguna".

Qurban ini merupakan masalah ubudiyah yang bersifat sosial yang berhubungan dengan
sesama manusia dengan cara mengorbankan sebagian harta.

Maka qurban secara lughatan bahasa dengan berdasarkan pada surat Al-Maidah ayat 27
"Qurban" berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT, untuk mendapatkan ridho serta
mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT (surat Al-Kaustar) dengan memotong
hewan kurban, adalah untuk mendeka

tkan diri kepada Allah SWT. Memotong hewan kurban; unta, sapi, kerbau, dan kambing,
dengan tujuan taqwa kepada Allah. Ditegaskan dalam surat Al-Hajj : 37 : "daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridlaan) Allah tapi ketaqwaan
dari pada kamulah yang dapat mencapainya".

Waktu berkurban dimulai sejak tanggal 10 sampai dengan 13 Dzulhijjah. Masa
memotong qurban pada tanggal 10 disebut "Yaumul nahar"yaitu hari untuk menyembelih
kurban. Sedangkan tanggal 11, 12, 13 dinamakan "yaumul tsyriq" Di luar waktu tersebut
bila kita memotong hewan dinamakan sedekah. Maka kalu niatnya berkurban harus
dilakukan padan waktu-waktu tersebut, yakni pada tanggal 10,11,12, dan 13 Dzulhijjah.

Hukumnya berkurban ada dua pendapat: Petama, wajib bagi orang yag mampu (kalau
dibelikan kambing tidak akan mengurangi kewajiban memberi nafkah kepada keluarga).
Menurut Mazhab di luar Syarii hukumnya sunnah mu’akadah. Adapun diwajibkan secara
mutlak yaitu kurban yang disebut Nadzar yang seseorang yang sudah meniatkan untuk
memotong hewan apabila niatnya terkabul.
Dasar kewajiban ibadah kurban juga berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW: "Barang
siapa mempunyai kesanggupan dan kemampuan (untuk berqurban) tapi tidak mau
berqurban maka janganlah dia mendekati Musholla kami".

Hadis ini merupakan suatu kritikan yang seolah-olah Nabi Muhammad SAW berkata:
"Kenapa kamu beribadah kepada Allah begitu tekun, tapi kenapa kamu tidak mau
berqurban padahal kamu memiliki harta yang berlebihan". Oleh karena itulah bagi yang
mampu hukumnya wajib untuk berqurban yakinlah bahwa apabila kita berqurban tidak
akan mengurangi kekayaan kita dan tidak akan membuat kita menjadi miskin.

Adapun binatang yang boleh untuk berqurban adalah unta, sapi, kerbau, dan kambing.
Kalau tidak mampu, memang tidak wajib. Diriwayatkan ada seorang sahabat yang miskin
yang tidak sanggup membeli seekor kambing, oleh karena itu dibolehkan hanya membeli
dagingnya saja untuk berqurban, tapi yang riel berqurban wujudnya memang seekor
binatang sebagaimana tersebut diatas.

Daging kurban boleh dibagikan kepada tiga asnap menurut syariat. Boleh dimakan
sekeluarga sendiri paling banyak 1/3 bagian, 1/3 bagian lagi untuk fakir miskin dan 1/3
bagian lagi untuk handai tolan dan kenalan. Boleh juga secara keseluruhan diserahkan


kepada panitia dan terserah panitia yang membagikannya. Bila hanya minta pahanya saja
bagi berqurban masih diperbolehkan asal bukan qurban nadzar.

Apa hikma ibadah kurban? Hikmahnya antara lain menggembirakan fakir-miskin. Sebab
tidak semua orang mampu makan dengan daging walau adanya di kota besar, masih
banyak kawan kita, saudara kita, tetangga kita yang makan daging sebulan sekali. Sehariharinya
hanya makan alakadarnya. Maka dianjurkan sekali bagi orang yang mampu untuk
berqurban dengan niat ikhlas kelak dikemudian hari akan mengantarkan kita menuju
surga yaitu binatang yang telah kita kurbankan, yang merupakan wujud amal salehnya.

Dalam hadis yang lain nabi Muhammad SAW bersabda : "Tiap-tiap rambut yang
dikurbankan adalah merupakan "Khair". Ungkapan "Khair" ini mengandung arti
keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, kemurahan Allah dan kalau orang sudah
mendapatkan khairat maka berarti dia telah memperoleh segala-galanya dari Allah. Itulah
hikmah daripada ibadah qurban. Wallaahu 'alam bish-showab