ASALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH BLOG By MUH FAJAR HUDI APRIANTO @ MARI KITA GUNAKAN WAKTU KITA YANG TERSISA DENGAN SEBAIK MUNGKIN KARENA WAKTU KITA HANYA SEDIKIT AGAR KITA TIDAK TERMASUK ORANG ORANG YANG MERUGI mafa GUNAKAN WAKTU MUDAMU SEBELUM DATANG WAKTU TUAMU WAKTU SEHATMU SEBELUM DATANG WAKTU SAKITMU KAYAMU SEBELUM TIBA MISKIN WAKTU LAPANGMU SEBELUM TIBA WAKTU SEMPITMU DAN GUNAKAN WAKTU HIDUPMU SEBELUM TIBA MATIMU pesan nabi

Rabu, 23 Januari 2013

Sejarah dan Perkembangan Tafsir Tematik

Akhir akhir ini mulai berkembang kajian tafsir alquran tematik dan merebak diberbagai tempat gimana sejarah dan perkembangannya.Menurut catatan Quraish, tafsir tematik berdasarkan surah digagas pertama kali oleh seorang
guru besar jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Syaikh Mahmud Syaltut, pada
Januari 1960. Karya ini termuat dalam kitabnya, Tafsir al-Qur’an al-Karim. Sedangkan tafsir
maudu‘i berdasarkan subjek digagas pertama kali oleh Prof. Dr. Ahmad Sayyid al-Kumiy, seorang
guru besar di institusi yang sama dengan Syaikh Mahmud Syaltut, jurusan Tafsir, fakultas
Ushuluddin Universitas al-Azhar, dan menjadi ketua jurusan Tafsir sampai tahun 1981. Model tafsir
ini digagas pada tahun seribu sembilan ratus enam puluhan.11 Buah dari tafsir model ini menurut
Quraish Shihab di antaranya adalah karya-karya Abbas Mahmud al-Aqqad, al-Insân fî al-Qur’ân,
al-Mar’ah fî al-Qur’ân, dan karya Abul A’la al-Maududi, al-Ribâ fî al-Qur’ân.12 Kemudian tafsir
model ini dikembangkan dan disempurnakan lebih sistematis oleh Prof. Dr. Abdul Hay al-Farmawi,
pada tahun 1977, dalam kitabnya al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu‘i: Dirasah Manhajiyah
Maudu‘iyah.13
Namun kalau merujuk pada catatan lain, kelahiran tafsir tematik jauh lebih awal dari apa yang
dicatat Quraish Shihab, baik tematik berdasar surah maupun berdasarkan subjek. Kaitannya dengan
tafsir tematik berdasar surah al-Qur’an, Zarkashi (745-794/1344-1392), dengan karyanya al-
Burhân,14 misalnya adalah salah satu contoh yang paling awal yang menekankan pentingnya tafsir
yang menekankan bahasan surah demi surah. Demikian juga Suyût}î (w. 911/1505) dalam karyanya
al-Itqân.15

Sementa tematik berdasar subyek, diantaranya adalah karya Ibn Qayyim al-Jauzîyah (1292-
1350H.), ulama besar dari mazhab H{anbalî, yang berjudul al-Bayân fî Aqsâm al-Qur`ân; Majâz al-
Qur`ân oleh Abû ‘Ubaid; Mufradât al-Qur`ân oleh al-Râghib al-Isfahânî; Asbâb al-Nuzûl oleh Abû
al-H{asan al-Wah}îdî al-Naisâbûrî (w. 468/1076), dan sejumlah karya dalam Nâsikh wa al-
Mansûkh, yakni; (1) Naskh al-Qur`ân oleh Abû Bakr Muh}ammad al-Zuhrî (w. 124/742), (2) Kitâb
al-Nâsikh wa al-Mansûkh fî al-Qur`ân al-Karîm oleh al-Nah}h}âs (w. 338/949), (3) al-Nâsikh wa
al-Mansûkh oleh Ibn Sal>amâ (w. 410/1020), (4) al-Nâsikh wa al-Mansûkh oleh Ibn al-‘Atâ`iqi
(w.s. 790/1308), (5) Kitâb al-Mujâz fî al-Nâsikh wa al-Mansûkh oleh Ibn Khuzayma al-Fârisî.16
Sebagai tambahan, tafsir Ah}kâm al-Qur`ân karya al-Jas}s}âs} (w. 370 H.), adalah contoh lain dari
tafsir semi tematik yang diaplikasikan ketika menafsirkan seluruh al-Qur’an.
Karena itu, meskipun tidak fenomena umum, tafsir tematik sudah diperkenalkan sejak sejarah
awal tafsir. Lebih jauh, perumusan konsep ini secara metodologis dan sistematis berkembang di
masa kontemporer. Demikian juga jumlahnya semakin bertambah di awal abad ke 20, baik tematik
berdasarkan surah al-Qur’an maupun tematik berdasar subyek/topik.
C.Langkah-Langkah Menerapkan Metode Tafsir Tematik
Menurut Abdul Hay Al-Farmawiy dalam bukunya Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-mawdhu’i
secara rinci menyeabutkan ada tujuh langkah yang ditempauh dalam menerapkan metode tematik
ini, yaitu ;
(1) Menetapkan masalah yang akan dibahas ( topik )
(2) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah terseabut ;
Menyusun runtutan ayat sesuai masa turunnya.disertai pengetahuan tentang azbabun
nuzulnya;
(4) Memahami kolerasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing;
(5) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna;
(6) Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok pembahasan;
(7) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayatayatnya
yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengkompromikan antara yang ‘am
( umum) dan yang khash (khusus), muthlak dan muqayyad, atau yang pada lahirnya
bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan17
Sementara menurut M.Quraish Shihab ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan didalam
menerapkan metode tematik ini.Antara lain;
(1) Penetapan masalah yang dibahas.
Walaupun metode ini dapat menampaung semua masalah yang diajukan namun akan lebih baik
apabila permasalahan yang dibahas itu diproritaskan pada persoalan yang langsung menyentuh dan
dirasakan oleh masyarakat, misalnya petunjuk Al-Qur’an tentang kemiskinan, keterbelakangan,
penyakit dan lain-lainnya. Dengan demikian, metode penafsiran semacam ini langsung memberi
jawaban terhadap problem masyarakat tertentu di tempat tertentu pula.
(2) Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya.
Bagi mereka yang bermaksud menguraikan suatu kisah atau kejadian maka runtutan yang
dibutuhkan adalah runtutan kronologis peristiwa.
(3) Kesempurnaan metode tematik dapat dicapai apabila sejak dini sang mufassir berusaha
memahami arti kosakata ayat dengan merujuk kepada penggunaan Al-Qur’an sendiri.Hal ini dapat
dinilai sebagai pengembangan dari tafsir bi al-ma’tsur yang pada hakikatnya merupakan benih
awal dari metode tematik 18

Dari uraian di atas, baik yang dikemukakan Abdul Hay Al-farmawiy maupun M.Quraish
 Shihab sama-sama sependapat bahwa langkah awal yang ditempuh dalam mempergunakan metode tafsir tematik adalah menetapkan topik atau masalah yang akan dibahas kemudian menghimpun
ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama dengan topik dan dilengkapi dengan hadis-hadis
yang relevan dengan pokok bahasan dan yang perlu dicatat topik yang dibahas diusahakan pada
persoalan yang langsung menyentuh kepentingan msyarakat. agar Al-Qur’an sebagai petunjuk
hidup dapat memberi jawaban terhadap problem masyarakat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar