ASALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH BLOG By MUH FAJAR HUDI APRIANTO @ MARI KITA GUNAKAN WAKTU KITA YANG TERSISA DENGAN SEBAIK MUNGKIN KARENA WAKTU KITA HANYA SEDIKIT AGAR KITA TIDAK TERMASUK ORANG ORANG YANG MERUGI mafa GUNAKAN WAKTU MUDAMU SEBELUM DATANG WAKTU TUAMU WAKTU SEHATMU SEBELUM DATANG WAKTU SAKITMU KAYAMU SEBELUM TIBA MISKIN WAKTU LAPANGMU SEBELUM TIBA WAKTU SEMPITMU DAN GUNAKAN WAKTU HIDUPMU SEBELUM TIBA MATIMU pesan nabi

Senin, 17 November 2025

Pentingnya Agama Islam dalam Kehidupan

 


Pentingnya Agama Islam dalam Kehidupan  

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Di era digital ini peranan agama semakin tergerus dan menghadapi tantangan yang berat apalagi bagi generasi milenial dan Gen Z yang sadar maupun tak sadar terpapar dengan virus pemikiran yang menyeret mereka pada satu pemahaman yang salah terhadap agama khususnya Islam ada yang terseret pada nativisasi, sekulerisme bahkan sampai pada agnostic dan ateisme.

Menurut penelitian lembaga surve prosentasi penganut agnostic dan ateisme itu meningkat di Eropa dan Asia, termasuk juga di Indonesia.  Meningkatnya ateisme di Indonesia tidak dapat dipastikan dengan data yang pasti karena stigma sosial dan kewajiban mencantumkan agama di dokumen resmi. Namun, ada indikasi peningkatan melalui survey yang menunjukkan sebagian pemuda mungkin tidak lagi memiliki keyakinan agama ‘warisan’, dipicu oleh kekecewaan terhadap praktik keagamaan yang dogmatis, ketidaksesuaian antara ajaran dan perilaku pemuka agama, serta pengaruh internet yang memudahkan orang menemukan komunitas sehaluan.

Pengertian. Ateis adalah orang yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan, sedangkan agnostik adalah orang yang tidak tahu dan berpendapat bahwa keberadaan Tuhan tidak dapat diketahui. Perbedaannya terletak pada klaim pengetahuan: ateis mengklaim bahwa Tuhan tidak ada, sementara agnostik menyatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk mengetahui secara pasti apakah Tuhan ada atau tidak

Penyebab yang mungkin memicu peningkatan ateisme

-Kekecewaan terhadap pemuka agama: Beberapa pemuda merasa kecewa dengan perilaku pemuka agama yang dianggap tidak mencerminkan ajaran welas asih atau malah menampilkan sikap kaku dan dogmatis.

-Pola pendidikan agama yang dogmatis: Pola pendidikan agama yang terlalu keras dan dogmatis dari orang tua dapat mendorong anak menjadi tidak simpatik dengan agama, bahkan menentangnya.

-Dampak internet: Perkembangan internet memungkinkan orang untuk terhubung dengan komunitas daring yang memiliki pandangan serupa, baik itu agnostik maupun ateis. Internet dan media sosial memberikan akses ke berbagai gagasan, ide-ide kritis, dan informasi tentang pandangan agama yang berbeda, yang bisa mengarah pada penurunan keyakinan agama.

-Pengaruh kasus kekerasan atas nama agama: Pemberitaan tentang kasus-kasus kekerasan yang mengatasnamakan agama dapat memicu pandangan negatif terhadap agama secara umum.

-Kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan: Kesenjangan ekonomi dan perasaan tidak adil dapat mendorong sebagian orang untuk percaya bahwa masalah sosial dan keadilan adalah ciptaan manusia, bukan actor ilahi.

-Pendidikan dan sains: Pendidikan yang lebih tinggi dan pengenalan terhadap teori ilmiah seperti evolusi dan Big Bang cenderung membentuk pandangan dunia yang lebih sekuler.

-Nilai-nilai liberal: Munculnya nilai-nilai yang lebih liberal seperti kebebasan pribadi dan empirisme di berbagai negara juga berkontribusi pada pergeseran keyakinan.

Tantangan yang dihadapi

-Stigma sosial yang kuat: Di Indonesia, menjadi ateis sangat tidak umum dan mendapat stigma negatif yang besar dari masyarakat.

-Kewajiban mencantumkan agama: KTP dan dokumen administratif lainnya mewajibkan warga negara untuk mencantumkan salah satu dari enam agama yang diakui negara, yang mempersulit pengakuan resmi bagi penganut ateisme.

-Persekusi hukum: Ada undang-undang yang dapat menjerat seseorang yang dianggap menghasut orang lain untuk tidak beragama, sebagaimana dialami oleh Alexander Aan di masa lalu.

Meskipun sulit mengukur peningkatan jumlah ateis di Indonesia karena faktor-faktor di atas, tren global menunjukkan peningkatan jumlah generasi muda yang meninggalkan agama warisan, meskipun Indonesia memiliki tingkat keyakinan agama yang relatif tinggi berdasarkan survei tertentu. berikut beberapa hal yang menunjukkan pentingnya kedudukan agama (dienul Islam)

1. Agama sebagai Pedoman Hidup

Agama bukan sekadar ritual, tetapi merupakan sistem nilai yang membimbing kita dalam menjalani kehidupan. Dalam setiap aspek—baik pribadi, sosial, maupun spiritual—agama hadir sebagai kompas moral yang menunjukkan arah kebaikan.

Tanpa agama, manusia mudah terombang-ambing oleh hawa nafsu dan godaan dunia. Agama mengajarkan kita untuk jujur, amanah, sabar, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini menjadi fondasi dalam membentuk karakter yang mulia.

Artinya: Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Quran kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman".

2. Agama Memberi Ketenangan Batin

Di tengah hiruk-pikuk dunia, banyak orang mencari ketenangan. Namun, ketenangan sejati tidak datang dari harta atau jabatan, melainkan dari kedekatan dengan Tuhan. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28)

Ketika kita berserah diri kepada Tuhan, kita merasa lebih ringan menghadapi ujian hidup. Doa dan ibadah menjadi sumber kekuatan batin yang luar biasa.

Jepang mencatat jumlah kasus bunuh diri tertinggi di kalangan pelajar pada tahun 2024, menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan yang dirilis pada Rabu (29/1/2025).

Angka kasus bunuh diri di kalangan siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah meningkat menjadi 527 kasus, naik dari 513 kasus pada tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, jumlah keseluruhan kasus bunuh diri di Jepang mengalami penurunan 7,2 persen menjadi 20.268 kasus, jauh lebih rendah dibandingkan puncaknya pada 2003 yang mencapai 34.427 kasus.

3. Agama Menumbuhkan Solidaritas Sosial

Agama mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama. Dalam Islam, misalnya, zakat dan sedekah bukan hanya ibadah, tapi juga bentuk kepedulian sosial. Kita diajarkan untuk membantu yang lemah, menyantuni yatim, dan menjaga silaturahmi.

Agama juga mendorong toleransi antar umat. Meski berbeda keyakinan, kita diajarkan untuk saling menghormati dan hidup berdampingan dengan damai.

4. Agama Inspirasi  Ilmu Pengetahuan

Agama tidak bertentangan dengan ilmu. Justru, banyak ayat dalam kitab suci yang mendorong kita untuk berpikir, belajar, dan meneliti. Dalam sejarah, banyak ilmuwan besar yang lahir dari lingkungan religius dan menjadikan ilmu sebagai bentuk ibadah.

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut :43)

Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah, Agama adalah cahaya dalam kegelapan, penuntun dalam kebingungan, dan pelipur dalam kesedihan. Islam  menekankan kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu, baik agama maupun dunia, dengan landasan utama dari Al-Qur'an (seperti QS. Al-'Alaq 1-5 dan QS. At-Taubah 122) dan hadis (seperti hadis Muslim dan Tirmidzi). Islam memandang ilmu sebagai kunci kebaikan, mengangkat derajat orang berilmu, memudahkan jalan menuju surga, dan memberikan kebaikan dunia akhirat. Kita tengok iptek bersinar di era Andalusia dan Abbasiyah banyak ilmuwan islam menguasai dalam semua disiplin ilmu

5. Mengetahui Makna Hidup dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, hidup bukanlah sekadar menjalani rutinitas harian atau mengejar kesenangan dunia semata. Allah SWT berfirman: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

Ayat ini menunjukkan bahwa inti dari makna hidup seorang muslim adalah untuk beribadah kepada Allah. Namun, ibadah dalam Islam tidak terbatas hanya pada ritual seperti salat dan puasa. Setiap aspek kehidupan seperti bekerja, belajar, berkeluarga, bahkan bersosialisasi bisa menjadi bentuk ibadah jika diniatkan karena Allah.

6. Agama adalah Nasihat. Bahwa dalam dinul islam kita diajari bagaimana kita merespon sebuah keadaan yang menimpa kita ketika sedih agama perintahkan sabar, kitika senagng bersukur ketika marah, tertimpa ujian bagaimana agama menyediakan cara /meresponnya dengan cara terbaik.

“Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat. Mereka (para Sahabat) bertanya: ‘Untuk siapa, wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum Muslimin atau Mukminin, dan bagi kaum Muslimin pada umumnya.