Setelah mengetahui kemuliaan taqwa dan kiat meraihnya yakni dengan ilmu
dan amal, maka kami kutipkan penjelasan Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qahthani
dalam kitab Al Hikmah Fid Dakwah Ilallah dalam
pembahasankiat meraih ilmu.
Dalam tulisan ini kami banyak mengambil manfaat dari penjelasan Syaikhuna Abu
Haidar As Sundawi hafizhahullah wa jazahullah khairan pada acara daurah
Islamiyyah di Masjid Umar Bin Khaththab Selacau Bandung Jawa Barat. Beliau
membuka acara daurah tersebut di malam hari bulan Juni atau Juli 1997 dan
memberikan kiat-kiat memperoleh ilmu dengan mengambil rujukan kitab tersebut di
atas. Selain itu beliau membawakan penjelasan Dr. Yusuf Bin Abdillah bin
Yusuf al Wabil dalam kitab Asyratush Sa’ah untuk menjelaskan ilmu apa yang
wajib dicari oleh seorang muslim.
Mudah- mudahan bermanfaat bagi penyusun risalah ini dan kaum muslimin.
Kami akan lanjutkan dengan artikel pembahasan tentang ilmu yang wajib dicari
oleh setiap muslim dengan harapan memotivasi kita semua untuk senantiasa
perhatian terhadap ilmu. Kiat-kiat yang disebutkan adalah penopang dari
kegiatan mencari ilmu karena ilmu didapat dengan dicari yakni dengan menghadiri
majelis ilmu dan juga membaca kitab atau mendengarkan kaset para ulama atau
para ustadz yang menukil penjelasan ulama. Dan yang paling utama tentu saja
menghadiri majelis ilmu.
Berikut ini kiat-kiat meraih ilmu yang disebutkan oleh Syaikh Dr.Said
bin Wahf Al Qahthani:
1. Seorang hamba hendaknya berdoa meminta ilmu yang
bermanfaat kepada Rabbnya.
Allah telah perintahkan kepada NabiNya shallallahu walaihi wa sallam
untuk berdoa meminta tambahan ilmu. Allah Ta’ala berfirman:
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“…dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
(Thaha: 114).
Dan salah satu do’a yang dilantunkan Rasulullah shallallahu alihi wa
sallam adalah:
اَللَّهمَّ انفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي
وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا
“Ya Allah berilah manfaat
ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, dan berilah aku sesuatu yang bermanfaat
bagiku dan tambahkanlah aku ilmu” ( H.R.Tirmidzi dan Ibn Majah)
Selayaknya bagi setiap
muslim tidak melupakan ikhtiar/upaya bathin berupa doa kepada Allah agar
mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk
berdoa meminta ditambahkan ilmu padahal wahyu diturunkan kepada beliau! Oleh
karena itu hendaknya kita memperbanyak doa memohon tambahan ilmu disamping
upaya kita mendatangi majelis ilmu. Dan hendaknya gunakan waktu-waktu yang mustajab
ketika berdoa meminta tambahan ilmu.
2. Bersungguh
sungguh dan berkeinginan keras dalam mencari ilmu, serta dengan mengharap ridha
Allah.
Dalam hal ini Imam Syafi’i bersyair:
أَخِي لَنْ تَنَالَ اَلْعِلْم إِلاَّ
بِسِتَةٍ سَأُنْبِئْكَ عَنْ تَفْصِيلِهَا بِبَيَانٍذَكَاءٌ، وَحِرْصٌ،
وَاجْتِهَادٌ، وَبُلْغَةٌ، وصحبة أُسْتَاذٍ ، وَطُوْلُ زَمَانٍ
“Saudaraku, engkau tidak
akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara. Akan aku kabarkan rinciannya
dengan jelas: kecerdasan, berkeinginan keras, bersungguh-sungguh, memiliki
bekal, bergaul dengan ustadz (Ada
juga yang mengartikan harus dengan bimbingan ustadz. Wallahu a’lam
–red), dan perlu waktu yang lama”
3. Menjauhi segala maksiat dengan bertaqwa kepada Allah.
Hal ini faktor terpenting untuk memperoleh ilmu sebagaimana ilmu pun
sebagai hal yang terpenting untuk memperoleh ketaqwaan. Subhanallah! Betapa
menakjubkan penjelasan ulama yang menjelaskan keterkaitan satu masalah
dengan masalah lain dalam hal ini ilmu dan taqwa! Allah berfirman dalam surat al Baqarah 282:
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ
اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.”
Allah Ta’ala berfirman dalam surat al Anfal 29:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ
تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
“Hai orang-orang yang
beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu
furqaan”
Ayat-ayat tersebut
menegaskan bahwa orang bertaqwa kepada Allah akan diberi ilmu sehingga ia akan
mampu membedakan yang hak dan bathil.
Alkisah, suatu hari Al Imam
asy Syafi’i rahimahullah bermaksud menyusun kitab, namun tiba-tiba beliau lupa
materi yang akan dituliskannya. Maka al Imam rahimahullah mengadukan hal ini
kepada seorang gurunya yang bernama Al Imam Waki’ dan sang gurunya mengatakan,
“Anda sudah bermaksiat, oleh karena itu tinggalkanlah maksiat.” Imam Syafi’i
kemudian mengabadikan nasehat gurunya
tersebut dalam bentuk sya’ir:
شَكَوْتُ إِلَى وَكِيع سُوءََ حِفْظِي
فأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِيوأخبرني بِأنَّ عِلْمَ اللهِ نُورٌ وَنُورُ
اللهِ لاَ يُهدَى لِعَاصِي
Aku mengadu kepada Waki’
mengenai buruknya hafalanku
Maka beliau memberi nasehat
agar meninggalkan maksiat
Dan memberitahu bahwa Ilmu
Allah adalah nuur (cahaya)
Dan cahaya Allah tidak
dianugerahkan kepada pelaku maksiat
4. Tidak
sombong dan tidak malu dalam menuntut ilmu.
Aisyah radhiyallahu anha
pernah mengatakan, “Wanita terbaik adalah wanita kaum anshar, karena perasaan
malunya tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama.” Mujahid
berkata: “Tidaklah dapat mencari ilmu bagi orang yang malu dan sombong”
5. Ikhlas
dalam mencari ilmu.
Dalam mencari ilmu hendaknya
mencari wajah Allah dan bukan dengan niat berbangga-bangga di hadapan manusia
dengan ilmunya.
6. Mengamalkan
ilmu.
Ilmu yang bermanfaat adalah
ilmu yang diamalkan. Imam Sufyan bin Uyainah berkomentar tentang amal, “Manusia
paling bodoh adalah yang meninggalkan ilmu yang diketahuinya, dan manusia yang
paling berilmu adalah yang mengamalkan ilmunya, dan manusia yang paling utama
adalah yang paling takut kepada Allah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar