Penulis kelahiran 1379 H (1960 M) ini memiliki
nama lengkap Dr. `Aidh Abdullah bin `Aidh al-Qarni. Nama al-Qarni diambil dari
dari daerah asalnya di wilayah selatan Arab Saudi.
Ia menamatkan
program sarjana (Lc), magister (M.A.) dan doktor di Universitas Islam Imam
Muhammad bin Su`ud, Riyadh ,
Arab Saudi. Ia hafal Al-Quran dan kitab Bulughul Maram, serta telah mengajarkan
5.000-an hadis dan 10.000-an bait syair. Sekitar 1.000-an judul kaset yang
berisi ceramah agama, kuliah, serta kumpulan puisi dan syair karyanya telah
dipublikasikan.
Keberaniannya
menyuarakan kebenaran juga sempat membuatnya merasakan jeruji besi pemerintah
Al-Saud. Kesalahannya saat itu, ia dan kawan-kawan ulama mudanya berani
berteriak lantang menentang kehadiran pasukan Amerika Serikat di Arab Saudi
atas undangan pemerintah Al-Saud.
Karya-karya
Al-Qarni antara lain `Islam Rahmatan Lil `Alamin` (Cakrawala), `Sumber
Inspirasi Orang Saleh`(Maghfirah Pustaka), `40 Hadis Qudsi dan Zikir`(Aqwam),
`Membangun Rumah dengan Taqwa` (Maghfirah Pustaka), `Cahaya
Pencerahan`(Qishti), `Cahaya Zaman`(Gema Insani), `Jangan Takut Hadapi
Hidup`(Cakrawala), `Demi Masa, Beginilah Waktu Mengajari Kita` (Cakrawala),
`Nikmatnya Hidangan Al-Quran`(Maghfirah Pustaka), dan `Manusia Langit Manusia
Bumi`(Aqwam).
Sementara buku yang
sangat laris yang diterbitkan sejumlah penerbit dan dicetak berulang kali
adalah `La Tahzan, Jangan Bersedih` (Qishti Press), `Tips Menjadi Wanita Paling
Bahagia di Dunia` (Maghfirah), `Menjadi Wanita Paling Bahagia` (Qishti Press),
`Ramadhankan Hidupmu`(Maghfirah Pustaka), `Tersenyumlah`(Gema Insani), `Jangan
Putus Asa`(Robbani Press), dan `Jangan Berputus Asa` (Darul Haq).
Karya lain yang
juga terbilang sukses di Indonesia adalah `Jagalah Allah, Allah Menjagamu`
(Darul Haq), `Majelis Orang-Orang Saleh`(Gema Insani), `Cambuk Hati`(Irsyad
Baitus Salam), `Bagaimana Mengakhiri Hari-harimu`(Sahara Publisher),
`Berbahagialah`(Pustaka Al-Kautsar) dan(Gema Insani), `Power of Love` (Zikrul
Hakim), `Al-Azahamah, Keagungan`(Pustaka Azzam), `Menakjubkan!`(Aqwam),
`Jadilah Pemuda Kahfi`(Aqwam), `Mutiara Warisan Nabi SAW`(Sahara Publisher),
dan `Gerbang Kematian` (Pustaka Al-Kautsar).
Al-Qarni juga
dikenal sebagai tokoh pembaruan di Arab Saudi yang mencoba melakukan pendekatan
dengan `aliran` lain. Tulisannya setiap pekan di harian Asharqul Awsath selalu
ditunggu pembaca dan menaikkan tiras koran yang semula diterbitkan di London itu. (Musthafa
Helmy)
Aidh Al Qarni, Berdakwah
Seumur Hidup
Ketika berada di
balik jeruji penjara, Aidh Al Qarni memilih untuk terus menulis. ''Saya masuk
penjara karena saya menulis 50 bait qasidah (puisi) yang di anggap punya
pengaruh politik,'' ujarnya. Berlembar-lembar tulisan pun menjadi bukti
ketekunan pria yang lahir di tahun 1379 H dan berasal dari perkampungan
al-Qarn, sebelah selatan Kerajaan Arab Saudi, ini menjalani hari-harinya di
penjara. ''Sekitar 100 halaman pertama saya tulis di penjara,'' katanya.
Setelah keluar dari penjara, Aidh Al Qarni melanjutkan tulisannya. Untuk
menyelesaikan lembar-lembar itu, dia membutuhkan referensi 300 judul buku.
Hingga akhirnya, lahirlah buku La Tahzan yang diterjemahkan dengan Jangan
Bersedih. Hasilnya sungguh fenomenal. Inilah buku yang telah diterbitkan oleh
puluhan penerbit dan mencapai angka penjualan fantastis.
Buku ini sudah
diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia. ''Di Arab Saudi, buku itu sudah dicetak
kurang lebih 1,5 juta eksemplar,'' kata Al Qarni Di Indonesia, buku ini juga
sempat menjadi buku terlaris. Kelebihan buku Al Qarni terlihat pada
bahasan-bahasannya yang fokus, penuh hikmah, dan selalu memberi jeda untuk
merenung sebelum berlanjut pada bahasan berikut. Pada bagian penutup, hadir
pula kata-kata bijak yang menjadi intisari tulisan-tulisan sebelumnya. Dalam
bukunya pula, Al Qarni mengajak pembaca agar tidak menyesali kehidupan, tidak
menentang takdir, atau menolak dalil-dalil dalam Alquran dan sunnah.
Dalam kunjungan
kali pertama di Indonesia, Al Qarni yang masih hafal Al qur'an, 5000 hadits,
dan 10 ribu bait syair Arab klasik hingga kontemporer ini sempat bertandang ke
sejumlah tempat dan menemui tokoh nasional. Saat itulah wartawan Daman huri Zuhri dan Burhanuddin Bella berhasil menemui
sosok yang terkenal dengan sikap lembutnya itu. Dengan diperkaya keterangan
dari sejumlah sumber, Al Qarni pun bertutur tentang buku, kegiatan dakwah, dan
kehidupan pribadinya.
Mengapa Anda
memberi judul La Tahzan (Jangan bersedih). Apa sesungguhnya yang mendorong Anda
memberi judul seperti itu?
Pertama, ini alasan
dari Alquran. Seperti yang difirman Allah SWT : La tahzan wa laa takhof
(Janganlah bersedih dan janganlah takut). Ayat ini disampaikan Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW ketika bersama-sama sahabatnya Abu Bakar Ash-Shid diq
memasuki Gua Tsur sebelum melakukan hijrah ke kota Yatsrib, Madinah al Munawwarah. Kedua,
sesungguhnya kesedihan itu adalah penyakit alam seluruhnya. Muslim atau bukan
Muslim, orang pasti mengalami kesedihan. Sedih karena sakit, sedih karena
meninggal, sedih karena kesulitan hidup dan berbagai masalah. Jadi, karena
alasan itulah makanya buku ini saya beri judul La Tahzan.
Anda dikenal
sebagai seseorang yang banyak menulis dan membaca buku. Sebenarnya, apa
pedoman-pedoman atau petunjuk-petunjuk praktis supaya lebih mudah dalam
mendapatkan ilmu?
Kaidah pertama
seseorang yang menuntut ilmu bagi kaum Muslimin untuk mendapatkan ilmu adalah
ikhlasun niat lillahi ta'ala. Karena dengan niat yang ikhlas, Allah akan
membuka hati seorang Muslim. Kedua, kita mempelajari ilmu secara bertahap,
berjenjang, tabarruj. Jangan kita langsung kepada masalah-masalah besar nanti
kita tidak bisa menguasai. Ketiga, hendaklah kita membaca. Tapi, membaca saja
tidak cukup kita ambil ilmunya dari para masyarih (yang menguasai masalah).
Orang-orang berilmu yang mengerti masalah, sehingga ilmu kita kalau dari buku
saja bisa saja pemahaman kita salah. Tapi, ketika kita membahasnya dengan
orang-orang yang mengerti, insya Allah, pemahaman kita akan lebih mantap dan
ilmu kita akan lebih lurus. Keempat, ketika kita sudah mengetahui satu masalah
tentang ilmu kita, amalkan. Jangan hanya dijadikan teori hingga akhirnya ilmu
kita tidak berkah. Sebagaimana orang Yahudi dalam Alquran waktu mereka
membatalkan janji-janji kepada nenek moyang mereka itu yang membuat hati mereka
sesat dan menjadi batu. Ini i'tibar bagi kita sekalian. Kelima, kalau kita
sudah punya ilmu dan paham benar maka ajarkan kepada orang lain. Jangan
disimpan untuk diri sendiri. Berikan ilmu kita kepada orang lain sehingga
banyak manfaatnya untuk masyarakat menjadi amal saleh bagi kita.
Aktivitas Al Qarni
boleh dibilang tidak jauh dari kegiatan membaca dan menulis. Bahkan, ketika
masih mendekam dalam penjara, dua aktivitas inilah yang membuatnya sibuk.
Menimba ilmu adalah hal utama bagi pria yang mendalami ilmu syariah dan dakwah.
Pria yang kini berusia 48 tahun ini menuntut ilmu di Madrasah Ibtidaiyah Ali
Salman, dia juga belajar di Ma'had Ilmi sejak bangku SMP, hingga meraih gelar
S1 dan S2 di tempat yang sama. Gelar doktor dalam bidang hadits diraihnya dari
Al-Imam Islamic University, Riyadh .
Selama 25 tahun,
dia mengarungi dunia dakwah. Kaset-kaset ceramahnya telah beredar dan
berkumandang di sejumlah masjid, yayasan, universitas, dan sekolah di berbagai
belahan dunia. Kitab-kitab karyanya yang berjumlah lebih dari 70 buah itu telah
pula diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Maka, ketika terbetik kabar dia
akan mengundurkan diri dari dunia dakwah, banyak orang yang terkaget-kaget dan
bertanya-tanya, ''Apakah ini keputusan terakhir sang tokoh?''
Saya memang pernah
menulis 70 bait dalam bahasa Arab. Dalam salah satu bait tersebut ada yang
sempat disalahpahami oleh media massa
bahwa saya akan berhenti dalam berdakwah. Media massa
di Arab Saudi menafsirkan sendiri yang kemudian dikutip oleh berbagai media massa di beberapa negara
bahwa saya akan berhenti dalam berdakwah. Padahal sebenarnya tidak begitu.
Dakwah itu kewajiban syar'i seorang Muslim sejak dia mampu sampai meninggal.
Ini seperti firman Allah SWT: Hatta ya' tiyakal yaqinu (Sampai maut
menjemputmu, red). Jadi, saya tidak akan meninggalkan dakwah. Dakwah akan saya
laksanakan seumur hidup saya sampai saya meninggal.
Berkembangnya
berita rencana pengunduran Anda dari dunia dakwah dipicu adanya tudingan bahwa
masjid yang selama ini digunakan sebagai sarana dakwah dianggap sebagai tempat
sarang teroris. Bagaimana menurut Anda?
Saya pribadi tidak
pernah mengungkapkan masalah ini. Saya pikir ini adalah semacam fitnah dari
orientalis, dari orang-orang yang tak suka dakwah berkembang pesat. Mereka
berusaha untuk memecah belah umat Islam. Selama ini, alhamdulillah,
masjid-masjid kita sebagai markas dakwah, markas orang-orang untuk menuntut
ilmu, tempat melaksanakan ibadah, tempat melaksanakan ajaran Islam dengan baik
kondisinya sangat bagus. Jadi, kita harus mewaspadai tipu daya dan fitnah yang
dilakukan orang-orang yang tidak suka terhadap Islam, yang ingin terus berupaya
memecah belah umat Islam.
Dunia dakwah sudah
menjadi bagian dari hidup Anda. Sebenarnya, apa saja bekal yg harus
dipersiapkan demi dakwah?
Seperti mobil yang
tidak bisa berjalan kalau tidak ada bahan bakarnya, maka da’i perlu bahan bakar
supaya dia bisa bergerak di dalam dakwah. Apa bahan bakar kita? Yaitu,
tegakkanlah shalat, banyak bersedekah, banyak berdoa, banyak membaca Al qur'an,
banyak zikrullah. Shalat, sedekah, doa, baca Al qur'an, zikrullah adalah bekal
seorang da’i. Bagaimana dia bisa berjalan kalau tidak menjalankan ini. Apakah kamu
mengajak orang kepada al birri wat taqwa tapi engkau melupakan dirimu sendiri?
Apa pandangan Anda
terhadap penghinaan Rasulullah SAW yang dilakukan media Barat , sehingga
menimbulkan reaksi demonstasi di berbagai belahan dunia Muslim?
Demonstrasi untuk
membela hak-hak kaum Muslimin dan penghormatan terhadap symbol -simbol Islam
--seperti yang kita lihat dilakukan Denmark kepada Rasulullah SAW--
ketika dilakukan dengan baik adalah sesuatu yang patut disyukuri. Saya
bersyukur kepada dunia Islam atas sikap mereka yang baik untuk membela Islam.
Tapi, saya menyayangkan kalau demonstrasi bersifat anarkis, merusak, membakar,
dan menghancurkan. Islam tidak mengajarkan begitu. Dan saya melihat Anda
sekalian saudara-saudaraku di Indonesia berdemonstrasi dengan baik dan sangat
tertib seperti yang saya lihat di televisi dan insya Allah itu menjadi
demonstrasi yang dapat dicontoh dengan baik oleh masyarakat dunia Islam. Saya
sebagai da’i dan seorang Muslim bersyukur atas aktivitas yang baik yang
dilaksanakan itu.
Selama berada di Indonesia , Al
Qarni sempat beristirahat selama dua hari di kawasan Puncak, Jawa Barat. ''Dia
sangat kagum dengan air terjun dan pepohonan. Biasanya, setelah menyaksikan air
terjun dan pohon-pohon, dia merenung. Kalau sudah begitu, dia tak mau
diganggu,'' tutur Anis Mas Tuhin, chief editor Qisthi Press, yang selalu
menemani Aidh Al Qarni. Qisthi Press adalah pemilik hak cipta untuk menerbitkan
buku La Tahzan versi bahasa Indonesia .
Saat berada di Puncak, kata Anis, Al Qarni tampak mengagumi pemandangan yang
dipenuhi banyak gunung. Dia biasanya menatap pemandangan sambil menulis
catatan. Kerap makan nasi kebuli, tidak jarang Anis melihat Al Qarni hanya
memesan roti. ''Dia paling senang buah-buah Indonesia , seperti pisang,''
tuturnya. Anis menangkap kesan, Aidh Al Qarni adalah seorang moderat dan
terbuka. Al Qarni, disebutnya, sangat responsif terhadap orang-orang yang
menemuinya. ''Orangnya ramah,'' Anis menuturkan. Terhadap bencana beruntun yang
menimpa bangsa Indonesia , Al
Qarni, kata Anis, berpesan kepada umat Islam Indonesia , ''Jangan bersedih. Insya
Allah ada jalan keluar.''
Bagaimana latar
belakang keluarga Anda?
Orang tua saya
seorang tokoh masyarakat di daerah saya. Saya berasal dari keluarga ulama.
Sejak kecil ayah sudah membawa saya ke masjid untuk shalat berjamaah. Saya juga
sudah terbiasa dengan bacaan sejak kecil. Tampaknya saya dididik menja di
pejuang dakwah. Ayah selalu membelikan buku bacaan untuk saya.
penulis?
Anak saya enam,
dari dua istri. Saat bersama keluarga, biasanya saya isi dengan bermain bola
bersama anak-anak. Saya selalu menyediakan waktu untuk keluarga. Saya tidak
mengarahkan anak-anak saya seperti diri saya. Saya serahkan anak-anak
menentukan masa depan mereka sendiri. Terserah mau jadi apa nantinya. Itu
tergantung mereka sendiri. Yang saya selalu tekankan adalah pendidikan agama,
terutama menyangkut akhlak dan moral.
Biasanya, nama Aidh
itu dipakai oleh orang-orang Yaman atau khadhari. Apakah Anda termasuk
keturunan Yaman?
Kakek-kakek saya
dari Al-Anshari di Yaman. Jadi, saya keturunan Yaman. Ini untuk perkenalan
saja. Kalau khadhari, mereka mempunyai jasa yang besar, mereka kebanyakan
pedagang-pedagang yang sukses dalam usaha mereka baik di bidang dakwah. Mereka
menjadi da’i, ahli ilmu yang sangat banyak jasanya bagi Islam khususnya di Indonesia .
Bagaimana Anda
mengisi waktu luang?
Tiap sore saya
selalu menyiapkan waktu untuk keluarga selama 2-3 jam. Tiap Jumat saya libur
total, kecuali kegiatan dakwah. Di luar itu, pagi saya membaca di perpustakaan.
Usai shalat Dzuhur saya menulis, 4-5 halaman. Habis Maghrib biasanya saya
berdakwah. Saya mengisi acara dakwah di televisi (Saudi Arabia ). Kegiatan dakwah ini
biasa juga dimulai selesai Ashar hingga Isya. Saya mengisi acara dialog
interaktif di televisi.
(dari : Republika
Online)
http://mualaf.com/modules.php?name=News&file=article&sid=286
Tidak Sama Antara
Yang Berilmu dan Yang Tidak Berilmu
"Katakanlah
(wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang
tidak mengetahui". (QS. Az Zumar: 9). Dalam ayat ini Allah memerintahkan
kepada Rasu-Nya SAW atau kepada orang-orang yang mengikuti petunjuknya untuk
bertanya kepada umat manusia seluruhnya, apakah sama orang-orang yg memiliki
ilmu dengan orang-orang yg tidak memiliki ilmu; baik dalam keyakinan, perbuatan
& perkataannya, maupun amal ibadahnya, tindak-tanduk & perilakunya
serta tutur katanya, jelas jawabannya tentu tidak sama, fakta membuktikan orang
yg berilmu sangat berbeda kehidupan & perilakunya dengan orang-orang yg
tidak berilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar