Tokoh Ulama ahli tata negera dari
Turki yang terkenal dengan Syaikh Maghribi, salah seorang wali dari Walisongo.
Menurut beberapa sumber, Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang terkenal
dengan sebutan Syaikh Maghribi, juga banyak orang mengatakan kakek bantal,
adalah seorang tokoh ulama yang ahli tata negara bersal dari negeri Turki.
Dalam riwayat lain, beliau berasal dari Gujarat dan ada yang mengatakan dari
Iran ada juga yang mengatakan dari Arab. Beliau masih keturunan Zainul Abidin
bin Hasan bin Alibin Abi Thalib r.a.
Pada tahun 1404 M. beliau menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa, menetap di
Gresik dan wafat pada hari Senin tanggal 12 Robi'ul Awwal tahun 822 H, atau
bertepatan dengan tahun 1419 M, kemudian dimakamkan di Gresik pula.
Dalam syiar dan dakwahnya, beliau sangat berhati-hati dan sangat bijaksana,
pada waktu itu juga mayoritas masyarakat jawa masih beragama Hindu dan Budha.
Namun Agama dan adat-istiadat mereka tidak ditentang begitu saja. Beliau
memperkenalkan keluhuran budi pekerti yang diajarkan Islam. Secara langsung
beliau memberi contoh dalam masyarakat akan tutur kata yang sopan, lemah lembut,
santun pada fakir miskin, menghormati kepada yang lebih tua, dan menyayangi yang
muda.
Dalam syiar dan dakwahnya, beliau berawal dari masyarakat biasa kemudian ke
masyarakat yang mempunyai tahta. Tidak halnya dengan ajaran Hindu dan Budha yang
kebanyakan dari kalangan Istana. Oleh karena itu ajaran Islam cepat berkembang,
karena merasakan bahwa semua kalangan masyarakat diakui hak asasinya sebagai
manusia.
Dikisahkan bahwa Syaikh Maulana Malik Ibrahim, tidak hanya seorang tokoh
ulama saja, namun beliau adalah seorang tokoh yang sangat memikirkan keadaan
perekonomian rakyatnya, karena Gresik adalah masyarakat petani, maka beliau
memikirkan bagaimana pertanian Gresik menjadi subur makmur. Beliau membuat
irigasi pertanian dan sebagainya sehingga, Gresik pun menjadi daerah yang
makmur.
Syaikh Maulana Malik Ibrahim juga memikirkan tentang masa depan umat muslim
di Gresik, mengingat Gresik masih dalam kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh
Prabu Brawijaya, yang beragama Hindu, beliau khawatir akan terjadi konflik di
kemudian hari, sehingga beliaupun ke Istana bersama Raja Cermain dan putrinya
Dewi Sari, untuk mengajak Prbu Brawijaya masuk Islam. Prabu Brawijaya mau
memeluk Islam asalkan boleh menikahi Dewi Sari yang cantik jelita itu. Keinginan
sang Prabu ditolak karena seorang yang masuk suatu agam dengan dilatarbelakangi
kepentingan duniawi, jelas akan mengakibatkan hal yang tidak baik. Rombongan
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan Raja Cermain pun meninggalkan Majapahit. Namun
di Gresik ada wabah penyakit, sehingga mengakibatkan banyak orang meninggal
dunia termasuk Dewi Sari. Mendengar hal ini Prabu Brawijaya yang menaruh hati
pada Dewi Sari berta'ziyah dan menyuruh kepada semua punggawa untuk diadakan
upacara pemakaman besar-besaran.
Syaikh Maulana Malik Ibrahim adalah seorang yang sangat bijaksana dan selalu
memberi wejangan kepada pengikutnya untuk patuh dan taat kepada rajanya, selagi
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sampai pada akhir kisah Prabu Brawijaya
menyerahkan Gresik sepenuhnya kepada Syaikh Maulana Malik Ibrahim agar
diperintahnya sendiri dibawah kedaulatan Majapahit. Syaikh Maulana Malik Ibrahim
dengan tulus dan ikhlas menerima amanat raja, karena itu sesuai dengan ajaran
Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar