Dr. lqbal, penyair dari Timur, inenggambarkan Kaisar Aurangzeb
yang terkenal itu bagaikan anak panah terakhir dalam getaran kekuasaan Islam di
India. Kekuatan-kekuatan anti-Islam yang menonjol selama pemerintahan Kaisar
Akbar, Jahangir dan Dara Shikah, telah dihentikan oleh Au-rangzeb, seorang raja
Muslim yang jujur, teliti, bicaranya hati-hati dan bijaksan.
Dengan wafatnya Aurangzeb 1709 Masehi, timbul kekacauan politik
yang kemudian memuncak dengan runtuhnya kekuasaan Muslim di Subkondnen itu.
Keadaan politik yang berantakan itu adalah akibat kekacauan rohani
masyarakatnya. Para pengganti Aurangzeb ternyata terlalu lemah dan tidak mampu
menghadapi berbagai kekuatan yang memberontak.
Dalam periode krisis sejarah Islam seperti itulah, lahir Shah Waliullah, seorang aili pikir terbesar yang dihasilkan India Islam, dan sangat besar pula jasanya. dalam penyatuan kembali susunan Islam.
Dalam periode krisis sejarah Islam seperti itulah, lahir Shah Waliullah, seorang aili pikir terbesar yang dihasilkan India Islam, dan sangat besar pula jasanya. dalam penyatuan kembali susunan Islam.
Shall Waliullah dilahirkan pada tahun 1703 Masehi, empat tahun
sebelum kecnadan Aurangzeb. Kakeknya bernama Syeikh Wajihuddin, perwira tinggi
dalam ketentaraan KaisarJahangir, dan pembantu Aurangzeb dalam perang perebutan
takhta. Ayah Waliullah, Shah Abdur Rahim, sufi dan sarjana terkenal yang telah
membantu menyusun Fatwa-i-Alamgiri, buku tebal mengenai Hukum Islam, la
menolak undangan istana, dan tetap mengabdikan tenaganya untuk organisasi dan
pengajaran pada "Madrasah Rahimia", sebuah sekolah teologi. Sekolah ini yang
kemudian memainkan peranan penting dalam emansipasi agama Islam di India.
Madrasah ini yang mcaijadi tempat pendidikan pembaharu dan "almujahid" seperti
Shah Waliullah, Shah Abdul Aziz, Sayid Ahmad dari Bareli, Maulvi Abdul Haiy, dan
Shah Ismail Syahid.
Tentang ajaran Shah Abdul Rahim beserta kakaknya, Maulana
Ubaidullah Sindhi menulis: "Inti ajaran kedua bersaudara itu ialah usaha untuk
menemukan jalan bersama bagi para filsuf Muslim (para sufi dan para mutakallim)
dan para fuqaha (ahli hukum Islam)."
Shah Waliullah mendapatkan pendidikan yang pertama dari
ayahnya, yang juga adalah gurunya dan pengarah perkembangan rohaninya yang
menjadi dewasa sebelum waktunya. Daya ingatannya kuat, ia hafal Quran pada usia
yang sangat muda, tujuh tahun. Selang beberapa waktu setelah ayahnya meninggal
dunia, 1131 Hijrah, ketika itu usia Waliullah belum 17 tahun, tapi sudah mulai
mengajar di Madrasah Rahmulya milik ayahnya, dan meneruskan tugas ini selama 12
tahun sampai saat kepergiannya ke Arabia untuk studi yang lebih tinggi. Selama
berada di Mekkah dan Madinah ? ernpat belas bulan ? ia berhubungan dengan para
guru terkenal di Hejaz. Guru kesayangannya ialah Syeikh Abu Tahir bin lbrahim
dari Madinah, dan dari guru ini Shah Waliullah mendapatkan Sanad (titel
kesarjanaan) dalam bidang Hadis. Gurunya itu berpengetahuan seperti ensikiopedi.
Shah Waliullah banyak sekali menimba manfaat dari padanya, dan mengakui bahwa
gurunya teramat saleh, berpandangan luas, dan bakat kesarjanaannya luar
biasa.
Sewaktu berada di Mekkah, Shah Waliullah bermimpi bertemu
Rasulullah SAW yang memerintahkan agar dirinya bekerja bagi organisasi
pengembangan masyarakat Islam di India, la pun segera kembali ke Delhi pada 9
Juli, 1732, dan memulai tugasnya dengan sungguh-sungguh. la menghadapi tugas
yang teramat berat pada masa di mana Muslimin India sedang dalam keadaan yang
paling kritis dalam sejarahnya, begitu juga kondisi struktur sosial, politik,
ekonomi, dan spiritual dalam keadaan yang terkoyak-koyak. la mulai mengajar
pengetahuan agama dan mempercayakan kepada para muridnya untuk bekerja sebagai
muallim yang memberikan penerangan kepada masyarakat tentang sifat Islam yang
sesungguhnya. la menulis buku standar pelajaran agama Islam, dan sebelum
meninggal dunia dalam tahun 1762, ia telah menyelesaikan sejumlah besar
buku-buku yang menyangkut tentang Islam.
Dedikasinya terhadap pekerjaannya demikian besarnya, sehingga
menurut anak lelakinya, yang juga berbakat. Shah Abdul Aziz: "Beliau itu jarang
sakit. Sekali beliau duduk untuk bekerja setelah dhuha (shalat setengah matahari
terbit), beliau tidak bergeser dari tempatnya sampai tengah hari." la seorang
genius, intelektual yang mengabdikan diri bagi tugas pendidikan umat yang
terjerumus mendapatkan tuntunan agama Islam yang salah. Adalah tugasnya untuk
menghidupkan kembali Islam di subkontinen itu, di mana keadaannya saat itu
diliputi kabut filsafat dan tasawuf. la bertekad membawa Islam kepada ajarannya
yang mumi.
Kegiatannya tidak hanya terbatas pada bidang kerohanian dan
intelektual saja. la hidup dalam zaman yang bergejolak, dan selama hidupnya ia
menyaksikan beberapa penguasa yang menduduki singgasana Delhi. Diberkahi dengan
pandangan politik yang tajam, ia melihat dengan kesedihan yang mendalam akan
kehancuran Islam di subkontinen itu, sehingga ia menulis surat kepada para
penguasa politik seperti Ahmad Shah Abdali, Nizam ul Mulk, dan Najibuddaula,
agar mereka menghentikan pembusukan yang telah melekat pada kehidupan polidk
orang-orang Islam di India.
Berkat seruannya, Ahmad Shah Abdali muncul di medan pertempuran
di Panipat, 1761, dan menghentikan impian Marhatta untuk menguasai benua kecil
India.
Shah Waliullah itu seorang penulis yang produktif. la menulis
dalam dua bahasa, Arab dan Persia. Sampai saat ini, beberapa di antara
buku-bukunya itu tersimpan di seluruh wilayah literatur Islam, dan belum
terungguli oleh buku lain.
Buku-bukunya dikiasifikasikan ke dalam enam kategori. Yang
pertama, mengenai Quran, termasuk di dalamnya terjemahan Quran dalam
bahasa Persia, bahasa sastra di Benua India pada waktu itu. Menurut Shah
Waliullah, sasaran mempelajari Quran ialah, "Untak mengubah sifat manusia dan
meluruskan kepercayaan yang salah, dan mencegah tindakan yang membuat orang
teraniaya." Kategori yang kedua, mengenai Hadis. la mewariskan beberapa
buku, termasuk tafsir Muwatta dalam bahasa Arab dan bahasa Rusia, kumpulan hadis
Imam Malik. la menganggap penting Hadis Imam Malik ini melebihi Hadis Bukhari
dan Muslim, la itu seorang Muhaddis (ahli hadis), dan semua muhaddis di anak
benua ini dapat ditelusuri keturunannya sampai ke Imam Malik.
Kategori yang ketiga mengenai Fiqh, termasuk
Insaf-fi-bayan-isabab-al-ikhtilaf, yang meskipun pendek tetapi merupakan
tulisan yang menarik dan informatif tentang riwayat hukum Islam selama kurun
waktu lima abad terakhir.
Kategori yang keempat, berkenaan dengan tasawuf. Yang
kelima adalah buku-bukunya tentang filsafat Islam dan llm-al-Kalam.
Kategori yang keenam, buku-bukunya tentang masalah
Dhia-Sunni yang pada masa itu terasa agak tajam. Teori-teorinya tentang ilmu
ekonomi dan sosialisme bersifat revolusioner, sehingga ia bisa dianggap sebagai
pendahulu Karl Marks. Syeikh Muhammad lkram mengatakan: "Shah Waliullah menulis
buku-buku bermutu tinggi tentang berbagai gerakan yang kukuh dan bermanfaat.
Tetapi barangkali tidak kalah pentingnya adalah pandangannya dan cara
pendekatannya yang tidak tampak, yang diwariskannya kepada para intelektual
Islam di anak benua India - Pakistan itu. Buku-bukunya memiliki wawasan, sikap
moderat dan toleransi, tetapi sifat yang mendapat tekanan paling dalam ialah
adl dan adalat (keadilan, kewajaran, keseimbangan). Buku-bukunya
tercatat sebagai saksi tentang bagaimana cara ia melihat prinsip-prinsip
tersebut di dalam praktek. Selalu ia tekan-
kan betapa pentingnya peranan prinsip itu dalam teorinya untuk memelihara struktur sosial."
kan betapa pentingnya peranan prinsip itu dalam teorinya untuk memelihara struktur sosial."
Shah Waliullah dilahirkan di lingkungan masyarakat Islam yang
pada saat itu dikuasai oleh semangat tasawuf. Ayahnya sendiri seorang sufi
terkenal. Tapi ketika ia berusia muda, ia terpengaruh oleh lbn Taimiyah, seorang
pembaharu. Dan selama ia berada di Hejaz ia berhubungan dengan para guru yang
dipengaruhi ajaran Wahabi. Hal-hal inilah yang menghentikan dia untuk terus
mengikuti ajaran tasawuf secara buta. la menyadari betapa indahnya penyajian
para sufi dalam syiar agania Islam di anak benua itu, dan ia juga tahu betapa
perkembangan rohani Islam yang benar bisa dimulai dengan tasawuf. Tetapi toh ia
harus kritis terhadap ajaran tasawuf yang berada di tebing ascetisme, dan oleh
karena itu menyesatkan Islam yang benar. Dalam Wasiyat Nama (Kehendak) ia
mengatakan, "Nasihat (wasiyat) selanjutnya ialah agar orang tidak mempercayakan
urusannya kepada siapa pun dan tidak menjadi murid orang-orang suci zaman
sekarang yang tidak beres."
Dengan memberikan interpretasi Islam pada ajaran tasawuf. Shah
Waliullah menghapus ketidakpedulian yang ditinggalkan para ulama kepada tasawuf
dan sufinya. "Maka dengan demikian. Shah Waliullah tidak hanya menjembatani
jurang pemisah antara para sufi dan ulama, tapi juga menciptakan suasana
harmonis dengan menghapuskan berbagai perbedaan yang ada di antara aliran-aliran
tasawuf.
Shah Waliullah terpanggil hatinya untuk mengubah tatanan sosial
dan polidk zaman itu. Sebagai seorang realistis, ia memberikan diagnose terhadap
pelbagai penyakit yang merasuki politik masyarakat Islam, dan menganjurkan cara
pengobatan untuk kesembuhannya. la mengkritik adat istiadat yang non-Islam yang
telah merasuk ke dalam tubuh masyarakat Islam karena hubungannya dengan
Hinduisme.
Shah Waliullah berpendapat bahwa perubahan politik harus
didahului dengan revolusi pemikiran. Tidak pemah terlintas dalam benaknya bahwa
perubahan struktur politik atau struktur sosial harus melalui revolusi berdarah.
la menghendaki perubahan sosial yang revolusioner melalui sarana damai. Dalam
bukunya yang terkenal Izaalat-al-Khifa ia membahas idiologi revolusi
politik yang ia bayangkan.
la menganggap kesadaran diri sebagai syarat mutlak untuk
"kesadaran politik". Dibahas juga secara terinci faktor-faktor yang membantu
pertumbuhan keadaan masyarakat di dalam bukunya yang abadi
Hujjat-Ul-lah-i-Baligah.
Sekolah agamanya. Madrasah Rahimiya, menjadi pusat kebangkitan
kembali Islam di anak benua itu. Siswa-siswa datang berkumpul dari segenap
penjuru negara, mereka dididik menjadi pembawa obor gerakan kemerdekaan di anak
benua itu. Sesungguhnya madrasah itulah yang menjadi inti gerakan revolusioner
untuk rekonstruksi pemikiran-pemikiran di dalam agama Islam. Madrasah itu telah
menghasilkan pekerja-pekerja ulet yang membawa misi dakwah dengan semangat
muallim yang tinggi. Di antara mereka ada Maulana Muhammad Ashiq dari Phulat,
Maulana Noorullah dari Budhana, Maulana Amin Kashmiri, Shah Abu Saud Radi Rai
Bardi, dan anaknya sendiri. Shah Abdul Aziz, yang dibai'at dalam falsafah agama
dan politik oleh ayahnya sendiri.
Shah Waliullah memainkan peranan penting dalam politik pada
masanya. Besar bantuannya dalam menempa garis depan persatuan Islam melawan
kekuatan Marhatta yang menanjak serta mengancam sisa kekuatan Islam di India
bagian Utara. Dialah yang menulis kepada Nijibdauli dan Nizam iil Mulk, yang
akhirnya mengundang Ahmad Shah Abdali guna menghancurkan kaum Marhatta di dalam
pertempuran Punipat yang ketiga di tahun 1761. Suratnya kepada Ahmad Shah Abdali
yang meminta ia supaya mengangkat senjata melawan kekuatan Marhatta yang
mengancam di India itu, merupakan dokumen paling penting di abad ke-18. Dokumen
itu, secara teliti menganalisa situasi politik di anak benua itu, dan bahaya
yang mengancam Islam di India dari segala perijuru. la memilih pemimpin-pemimpm
Islam yang paling bersemangat, paling mampu, dan memiliki disiplin paling tinggi
pada masa itu untuk melawan kaum Marhatta. Di antara para pemimpin itu adalah
Najibuddaula, pemimpin kaum Rohila yang mengagurnkan dan Ahmad Shah Abdali
pemimpin orang-orang Pathan yang berani. Usaha-usahanya merencanakan perang
pertama melawan kaum Marhatta membawa sukses, dan kehancuran kaum Marhatta di
dalam pertempuran Panipat yang ketiga di tahun 1761 menjadi titik balik dalam
sejarah anak benua India itu.
Shah Waliullah mendambakan negara ideal seperd zaman khalifah
ar-Rasyidun. la selalu berusaha keras menehidupkan negara semacam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar