Aliran Ahmadiyah Qodiyan itu berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam
Ahmad dari India adalah nabi dan rasul, kemudian bagi yang tidak mempercayainya
adalah kafir murtad.
Ahmadiyah Qodiyan memang mempunyai nabi dan rasul sendiri,
yaitu Mirza Ghulam Ahmad dari India. Ahmadiyah Qodiyan mempunyai kitab suci
sendiri, yaitu kitab suci Tadzkirah. Mereka menganggap kitab suci
Tadzkirah adalah kumpulan wahyu yang diturunkan Tuhan kepada Mirza Ghulam
Ahmad yang kesuciannya sama dengan kitab suci Alquran, karena sama-sama wahyu
dari tuhan, tebalnya lebih tebal dari Alquran.
Kalangan Ahmadiyah mempunyai tempat suci tersendiri untuk
melakukan ibadah haji, yaitu Rabwah dan Qodiyan di India. Mereka mengatakan,
"Alangkah celakanya orang yang telah melarang dirinya bersenang-senang dalam
haji akbar ke Qodiyan. Haji ke Mekah tanpa haji ke Qodiyan adalah haji yang
kering lagi kasar." Selama hidupnya, "nabi" Mirza tidak pernah pergi haji ke
Mekah.
Kalau dalam keyakinan umat Islam para nabi dan rasul yang wajib
dipercayai hanya 25 orang, dalam ajaran Ahmadiyah ada 26 orang. Yang ke-26
tersebut adalah "nabi" Mirza Ghulam Ahmad.
Dalam ajaran Islam, kitab samawi yang dipercayai ada empat
buah, yaitu Zabur, Taurar, Injil, dan Alquran. Tetapi, bagi ajaran
Ahmadiyah Qodiyan, kitab suci yang wajib dipercayai harus lima buah, dan kitab
suci yang kelima adalah kitab suci Tadszkirah yang diturunkan kepada
"nabi" Mirza Ghulam Ahmad, ciptaan konspirasi politik internasional.
Orang Ahmadiyah mempunyai perhitungan tanggal, bulan, dan tahun
sendiri, nama bulan Ahmadiyah adalah (1) Suluh, (2) Tablig, (3) Aman, (4)
Syahadah, (5)Hijrah, (6) Ihsan, (7) Wafa, (8) Zuhur, (9) Tabuk, (10) Ikha', (11)
Nubuwah, (12) Fatah. Adapun tahunnya adalah Hijri Syamsi yang biasa mereka
singkat dengan HS. Tahun Ahmadiyah saat ini adalah 1373 HS (1994 atau 1414 H).
Kewajiban menggunakan tanggal, bulan, dan tahun Ahmadiyah tersendiri tersebut
atas perintah khalifah Ahmadiyah yang kedua, yaitu Basyiruddin Mahmud Ahmad.
Berdasarkan firman "tuhan" yang diterima oleh "nabi" dan
"rasul" Ahmadiyah yang terdapat dalam kitab suci "Tadzkirah" yang artinya,
"Dialah tuhan yang mengutus rasulnya 'Mirza Ghulam Ahmad' dengan membawa
petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya atas segala agama-agama
semuanya." (kitab suci Tadzkirah h. 621). Isinya meniru-niru kitab suci
Alquran.
Ahmadiyah mempunyai nabi dan rasul sendiri, kitab suci sendiri,
tanggal, bulan, dan tahun sendiri, tempat untuk haji sendiri, serta khalifah
sendiri yang sekarang khalifah yang keempat yang bermarkas di Inggris, Thahir
Ahmad. Khalifah Ahmadiyah adalah khalifah fiktif yang dibentuk dengan tujuan
politik. Semua anggota Ahmadiyah diseluruh dunia wajib tunduk dan taat kepada
Thahir Ahmad. Orang di luar Ahmadiyah adalah kafir dan wanita Ahmadiyah haram
menikah dengan laki-laki di luar Ahmadiyah. Jika tidak mau menerima Ahmadiyah,
tentu mengalami kehancuran.
Berdasarkan ayat kitab suci Ahmadiyah, Tadzkirah,bahwa tugas
dan fungsi Nabi Muhammad saw. sebagai nabi dan rasul yang dijelaskan oleh kitab
suci umat Islam Alquran, dibatalkan dan digantikan oleh "nabi" Ahmadiyah Mirza
Ghulam Ahmad.
Firman "tuhan" dalam kitab suci Tadzikrah,
"Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab suci 'Tadzkirah' ini dekat dengan Qodian-India. Dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun." (h. 637).
"Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab suci 'Tadzkirah' ini dekat dengan Qodian-India. Dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun." (h. 637).
Firman "tuhan" dalam kitab suci Tadzikrah,
"Katakanlah wahai Mirza Ghulam Ahmad: 'Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku'." (h. 630).
"Katakanlah wahai Mirza Ghulam Ahmad: 'Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku'." (h. 630).
Firman "tuhan" dalam kitab suci Tadzikrah,
"Dan kami tidak mengutus engkau wahai Mirza Ghulam Ahmad, kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam." (h. 634).
"Dan kami tidak mengutus engkau wahai Mirza Ghulam Ahmad, kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam." (h. 634).
Firman "tuhan" dalam kitab suci Tadzikrah,
"Katakan wahai Mirza Ghulam Ahmad: 'Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, hanya diberi wahyu kepadaku'." (h. 633).
"Katakan wahai Mirza Ghulam Ahmad: 'Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, hanya diberi wahyu kepadaku'." (h. 633).
Firman "tuhan" dalam kitab suci Tadzikrah, "Sesungguhnya kami
telah memberikan kepadamu--wahai Mirza Ghulam Ahmad--kebaikan yang banyak." (h.
652).
Firman "tuhan" dalam kitab suci Tadzikrah, "Sesungguhnya kami
telah menjadikan engkau --wahai Mirza Ghulam Ahmad--imam bagi seluruh umat
manusia." (h.630).
Firman "tuhan" dalam kitab suci Tadzikrah, "Oh, pemimpin
sempurna, engkau wahai Mirza Ghulam Ahmad, seorang dari rasul-rasul yang
menempuh jalan betul, diutus oleh yang maha kuasa, yang rahim."(h. 658--659).
Firman "tuhan" dalam kitab suci Tadzikrah, "Sesungguhnya kami
telah menurunkannya pada malam lailatur qadar."(h.519).
Firman "tuhan" dalam kitab suci Tadzikrah, "Dan bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar tetapi Allahlah yang melempar. (Tuhan yang maha
pemurah, yang telah mengajarkan Alquran."(h.620).
Masih banyak lagi ayat-ayat kitab suci Alquran yang dibajaknya.
Ayat-ayat yang dikutip di atas adalah penodaan dan bajakan-bajakan dari kitab
suci umat Islam, Alquran. Mirza Ghulam Ahmad mengaku kepada umatnya bahwa
ayat-ayat tersebut adalah wahyu yang diterima dari "tuhannya" di India.
Penodaan Agama dan Hukumnya
Pada kitab Undang-Undang Hukum Pidana, diadakan pasal baru yang
berbunyi sebagai berikut. PASAL 56 a: Surat edaran Dirjen Bimas Islam dan Urusan
Haji Nomor D/BA.01/3099/84 tanggal 20 September 1984, a.l.:
- Malaysia telah melarang ajaran Ahmadiyah di seluruh Malaysia sejak 18 Juni 1975.
- Brunai Darus Salam juga telah melarang ajaran Ahmadiyah di seluruh Brunai Darus Salam.
- Rabithah Alam Islamy yang berkedudukan di Mekah (organisasi keagamaan Islam internasional) telah mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah adalah kafir dan keluar dari Islam.
- Pemerintah kerajaan Arab Saudi telah mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah adalah kafir dan tidak boleh pergi haji ke Mekah.
- Pemerintah Pakistan telah mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah golongan minoritas nonmuslim.
- Malaysia telah melarang ajaran Ahmadiyah di seluruh Malaysia sejak 18 Juni 1975.
- Brunai Darus Salam juga telah melarang ajaran Ahmadiyah di seluruh Brunai Darus Salam.
- Rabithah Alam Islamy yang berkedudukan di Mekah (organisasi keagamaan Islam internasional) telah mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah adalah kafir dan keluar dari Islam.
- Pemerintah kerajaan Arab Saudi telah mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah adalah kafir dan tidak boleh pergi haji ke Mekah.
- Pemerintah Pakistan telah mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah golongan minoritas nonmuslim.
Simpulan
Ahmadiyah sebagai perkumpulan atau jemaat didirikan oleh Mirza
Ghulam Ahmad di Qodiyan, India (sekarang Pakistan) tahun 1889, yang karena
perbedaan pandangan tentang penerus kepemimpinan dalam Ahmadiyah dan ketokohan
pendirinya berkembang dua aliran, yaitu Anjuman Ahmadiyah (Ahmadiyah
Qodiyan) dan Anjuman Ishaat Islam Lahore (Ahmadiyah Lahore). Kedua
aliran tersebut mengakui kepemimpinan dan mengakui ajaran yang bersumber pada
ajaran Mirza Ghulam Ahmad.
Jemaat Ahmadiyah masuk dan berkembang di Indonesia sejak tahun
1920-an dengan menamakan diri Anjuman Ahmadiyah Qodiyan Departemen Indonesia dan
kemudian dinamakan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang dikenal dengan
Ahmadiyah Qodiyan, dan gerakan Ahmadiyah Lahore (GIA) yang dikenal dengan
Ahmadiyah Lahore.
Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah menerima wahyu, dan dengan
wahyu itu dia diangkat sebagai nabi, rasul, al-masih mau'ud dan imam mahdi.
Ajaran dan paham yang dikembangkan oleh pengikut jemaat Ahmadiyah Indonesia
khususnya terdapat penyimpangan dari ajaran Islam berdasarkan Alquran dan hadis
yang menjadi keyakinan umat Islam umumnya, antara lain tentang kenabian dan
kerasulan Mirza Ghulam Ahmad sesudah Rasulullah saw. (BALITBANG DEPAG RI,
Jakarta, 1995 h. 19 -- 21).
Penutup
Sebagai penutup kajian ini, kami kutip sebuah ayat Alquran yang
mengancam orang yang mengaku menerima wahyu serta menulis kitab dengan tangannya
sendiri, kemudian dikatakannya dari Allah SWT dengan dusta yang amat keji
seperti yang dilakukan oleh "nabi" Mirza di atas.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Maka kecelakaan besarlah
bagi orang-orang yang menulis al-kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakannya: 'Ini dari Allah,'(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang
sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaanlah bagi mereka, akibat dari apa
yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka
akibat dari apa yang mereka kerjakan." (Al-Baqarah: 79).
Sumber: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar