Tasawuf merupakan ilmu halus yang sangat tinggi
dan tidak bisa dengan mudah dipelajari. Tasawuf bukan ilmu hapalan yang
dipelajari dengan otak akan tetapi merupakan ilmu praktek dan merupakan
teknologi
Al-Qur’an yang Maha Dahsyat. Hasil pengamalan tasawuf akan melahirkan
manusia-manusia berkualitas tinggi, tidak pernah lepas sedetikpun
hubungan dengan Allah sebagai sumber kebaikan. Salah satu tujuan Allah
mengutus para nabi adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Para nabi
bukan sekedar menyampaikan firman Allah, akan tetapi juga berfungsi
sebagai pembawa wasilah (wasilah carrier) sebagai media penyambung
antara manusia dengan Tuhan. Nabi adalah teknolog Al Qur’an yang
mengerti bagaimana menyalurkan power maha dahsyat menjadi sesuatu yang
bisa bermanfaat untuk manusia. Kemampuan nabi Musa membelah laut,
kehebatan Nabi Isa menghidupkan orang mati dan menyembuhkan segala jenis
penyakit dan kehebatan Nabi Muhammad SAW membelah bulan bukan terjadi
dengan serta merta. Mereka diajarkan oleh Allah teknologi Maha Dahsyat,
teknologi metafisika dan siapapun menggunakan teknologi yang sama maka
hasilnya pasti akan sama.
Kalau kita perhatikan bagaimana hebatnya teknologi fisika. Air
yang tenang bisa diubah menjadi listrik lewat teknologi turbin. Air
dipanaskan menjadi uap mampu menggerakkan gerbong kereta api yang
beratnya ratusan ton. Air juga bisa mendongkrak mobil
yang dengan memakai ujung jari tentu saja lewat teknologi hidrolika.
Air juga apabila di pisahkan inti atomnya akan terjadi ledakan sangat
hebat, menjadi sebuah bom yang daya rusaknya luar biasa. Air sifat
dasarnya memadamkan api bisa berubah menjadi bahan bakar yang hebat.
Masih banyak teknologi lain yang hebat hasil penemuan manusia.
Berbicara
tentang teknologi al-Qur’an, alam metafisika tentu hasilnya berpuluh,
beratus bahkan berjuta kali lebih hebat dari teknologi fisika. Sampai
saat ini
belum ada teknologi yang mampu membelah laut seperti yang dilakukan
oleh nabi Musa atau menghidupkan orang mati. Teknologi fisika akan
selalu tertinggal jauh oleh teknologi metafisika.
Menyadari potensi yang sangat hebat terkandung dalam al-Qur’an maka para kaum orientalis berusaha memisahkan ummat Islam dengan teknologi Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya untuk di baca
dan dilombakan, dialun-alunkan dengan suara merdu. Ilmu untuk
mengeluarkan power Al-qur’an itu tidak lain adalah Tarekatullah dibawah
bimbingan Mursyid Kamil Mukamil, yang ahli di bidangnya, ahli tentang teknologi Al Qur’an.
Kalau
Mursyidnya tidak ahli dan tidak mendapat izin dari guru-guru
sebelumnya, tidak mempunyai silsilah bersambung kepada Rasulullah SAW
maka Tarekat hanyalah sebuah praktek zikir kosong tanpa power. Sudah
sekian lama
tarekat dikucilkan, tasawuf didebatkan terus menerus bahkan dengan
tanpa rasa bersalah memasukkan tasawuf sebagai ajaran di luar Islam,
sungguh sangat menyedihkan.
Sangat
berbahaya mendalami tarekat kalau Gurunya tidak mendapat izin dari
Allah. Ibarat pilot pesawat tanpa izin terbang dan tidak mempunyai sama
sekali pengalaman terbang tentu sangat berbahaya, bukan rahmat kita
dapat tapi malah celaka.
Orientalis
dengan sekuat tenaga berusaha agar ummat Islam berpandangan buruk
terhadap tasawuf dengan menciptakan tarekat-tarekat palsu. Tarekat palsu
tersebut kemudian disebarkan keseluruh dunia dengan tujuan untuk
menjelekkan tarekat. Ajaran-ajaran yang menyimpang dari nilai-nilai
Al-Qur’an dan hadist sehingga dengan mudah kalangan yang selama ini
miring melihat tarekat mendapat angin segar.
Pilihlah
Gurumu yang kamil mukamil khalis mukhlisin, yang dicerdikkan Tuhan,
tidak setengah kasih akan dunia, kuat berpegang teguh kepada Tali Allah
dan tentu saja mempunyai silsilah sebagai tanda sah ilmu yang diajarkannya.
Tasawuf
bukan ilmu hapalan, bukan pula ilmu yang dipelajari lewat membaca.
Tasawuf adalah ilmu rasa dan rasa itu datang dari Allah SWT atas ikhtiar
sungguh2 dari sang murid. Sebagai contoh, kalau hanya sekedar dibaca,
letak maqam yang 7 tempat bisa dibaca dalam satu malam bahkan seluruh
kaji dalam suluk selesai dipelajari dalam 1 malam. Pertanyaannya apakah
bisa “duduk” amalan tersebut dalam satu malam? Jawabannya tidak,
membutuhkan waktu bertahun-tahun baru bisa amalan tersebut melekat dalam
diri kita. Mungkin kita telah berulang kali suluk, kalau masih ada
unsur sombong dalam diri, berarti belum sempurna maqam ke-5, begitu juga
kalau masih suka memperturutkan hawa nafsu berarti suluk kita masih
belum benar. Mungkin banyak tarekat yang menulis tentang amalan dari
awal suluk sampai selesai. Tapi Guru saya sangat melarang karena amalan
itu datang dulu baru dijelaskan. Sebagai kiasan, seorang anak lahir dulu
kedunia baru diberi nama.
Beliau
mengatakan biarlah amalan berupa karunia dari Allah datang dengan
sendirinya. Lebih baik karunia itu datang tanpa mengetahui namanya dari
pada menghapal nama tapi tidak pernah merasakan karunia.
Kita
wajib berterima kasih kepada Almarhum Prof. Dr. Kadirun Yahya MA M.Sc
Mursyid Tarekat Naqsyabandi atas jasa Beliau yang mampu menjelaskan ilmu
tasawuf lewat ilmu eksakta (fisika klasik) sehingga tidak bisa dibantah
sama sekali oleh siapapun. Ilmu tarekat selama ini dianggap kolot dan
ketinggalan zaman ternyata merupakan ilmu yang sangat hebat tiada
tanding menjadi senjata ampuh ummat Islam diseluruh dunia. Beliau juga
yang pertama kali mempopulerkan istilah Teknologi Al-Qur’an. Kalau Imam
Al-Ghazali berjasa mendamaikan tasawuf dengan syariat dan menyatukan
keduanya lewat ilmu sosial maka Prof. Dr. Kadirun Yahya MA M.Sc berhasil mendamaikan lewat ilmu metafisika eksakta.
Akhirnya,
kita semua berharap bisa berjumpa dengan Guru Mursyid Kamil Mukamil
Khalis Mukhlisin yang bisa mengajarkan kita tentang Teknologi Al-qur’an
sehingga bisa kita salurkan kepada keluarga, kampung, Negara bahkan seluruh jagad raya ini sebagai bukti bahwa Islam Mulia Raya adalah Agama yang membawa Rahmatan Lil Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar