Ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Irak; satu di antaranya
berasal dari kota Uruk (atau Erech) dari masa Kerajaan Sumer. Pendapat lainnya mengatakan bahwa Irak berasal dari bahasa Aram, yang berarti "tanah sepanjang tepian sungai." Pendapat lainnya
mengatakan bahwa Irak adalah sebuah rujukan kepada akar pohon palma,
karena jumlahnya banyak sekali di negara itu.
Negara republik Irak (al-Jumhuriyyah
al-Irakiyah) dengan ibu kota Baghdad ini berpenduduk pada sensus 1990
dengan populasi penduduk18.317.000 jiwa. Luas wilayahnya 325.052 km2
dengan kepadatan penduduk 42,1/km2, Bahasa resminya adalah bahasa
Arab. Terdapat Agama Islam 95,8% (sunni dan syi’ah), Keristen 3,5 %, dan
sedikit Yahudi. Mata uangnya adalah dinar. Negara yang berada di bagian barat
daya Asia ini, memiliki batas-batas wilayah; di selatan berbatasan dengan
Kuwait dan Arab Saudi, di barat dengan Yordania dan Syria, di utara dengan
Turki, dan di timur dengan Iran[1].
- Syi'ah: umumnya Arab dengan sebagian Turkmen dan Kurdi Faili hampir semuanya adalah pengikut aliran Dua Belas Imam
- Sunni: terdiri dari orang-orang Arab, Turkmen yang menganut Mazhab Hanafi dan orang-orang Kurdi yang memeluk Mazhab Syafi'i.
Potensi
Geografis
Irak berada tepat di bagian timur wilayah
Bulan Sabit Subur, yang dulu sering disebut daerah Mesopotamia- kosa kata
Yunani yang berarti “lahan di antara dua sungai”;sungai Tigris dan sungai
Efrat. Kedua aliran sungai ini sangat mempengarui pola kehidupan dan lingkungan
penduduk Irak dari masa ke masa.
Karena posisinya yang terletak antara
jazirah Arabia Utara dan jajaran gunung Turki serta Iran di sebelah Barat Daya,
daerah ini membentuk lintasan tanah rendah antara Syria dan teluk Persia.
Di bawah Dinasti
Sassanid Persia, ada wilayah yang dinamai "Erak
Arabi" yang merujuk ke bagian dari wilayah barat daya Kekaisaran
Persia, yang kini merupakan bagian dari Irak selatan.
Al-Iraq adalah nama yang digunakan oleh orang-orang Arab sendiri untuk daerah
ini sejak abad ke-6.
Sejarah
Pemerintahan
Dua kemajuan
besar dalam evolusi sejarah peradaban manusia tampaknya telah dipraktikkan
sejak dahulu oleh penduduk Irak. Pertanian dimulai sejak tahun 6.500 SM di kaki
bukit pegunungan Irak Utara, sedangkan pengembangan cara menulis telah dimulai
oleh bangsa Sumeria.
Banyak dari
sumbangan Irak kuno dalam sejarah dan kebudayaan selama zaman Sumeria
(4000-2500SM).Termasuk bangsa Sumeria telah mengembangkan penggunaan roda,
teknik pandai besi, dan arsitektur candi monumental seperti yang terlihat pada Zigurat (candi Mesopotamia) yang terkenal itu.
Irak adalah daerah pertama tempat didirikannya sebuah
kekaisaran, yaitu selama pemerintahan bangsa Akkaida di ikuti oleh kekaisaran
Babilonia, yang berjaya untuk kedua kalinya di bawah kaisar Nebuchadnezzar yang
perkasa. Selama kekuasaan Babilonia kedua ini, dibangunlah taman bergantung,
yang sekarang maduk sebagai salah satu dari tujuh keajaiban Dunia.
Bangsa Persia mengalahkan Irak pada tahun 539-538SM
dan menjadikannya sebagai sebuah provinsi kekaisaran Achaemenid sampai akhirnya
mereka ditaklukkan oleh Iskandar yang agung pada tahun 334-327 SM. Berbagai
kekaisaran, termasuk Romawi juga ikut memperebutkan wilayah itu, bahkan sampai
kekaisaran Sassania. Persia mampu menaklukkannya pada abad ke-3 M. Sejak
kebangkitan bangsa Arab oleh dorongan Agama Islam, maka Irak mampu
ditaklukkannya pada tahun 637 M masa pemerintahan Umar ibn Khattab sebagai
khalifah ar- Rasyiddin ra, pengganti Abu bakar ash-shiddiq ra.yang kemudian dijadikan
sebagai basis dari hari ke hari sebagai penyebaran Islam ke Iran dan Asia
Tengah. Selama pemerintahan Abbasiyah (750-1258 M) Irak dan ibukotanya,
Baghdad, menjadi pusat “Zaman Keemasan” Islam dan bagsa Arab. Kesusastraan,
sains, perdagangan, dan perekonomian berkembang pesat. Irak mengalami badai
yang dahsyat pada tahun 1258 ketika negri itu ditaklukkan dan dijarah oleh
Hulagu, seorang jendral atau khan Mongolia. Hulagu sebagai penakluk bangsa
lain, dan Timur Lenk yang sekali lagi menghancurkan Baghdad pada tahun 1401 M,
adlah dua nama yang paling terkutuk dalam sejarah Irak. Setelah masa terebut Irak
menjadi bagian dari sejarah gelap dan di perintah oleh khan-khan Mongolia
(Ilekkhan) sekalipun mereka pada akhirnya menjadi muslim[2].
Gerakan
Keagamaan
Menurut
kebanyakan sumber-sumber barat, mayoritas bangsa Irak adalah orang Arab Muslim Syi'ah
(sekitar 60%), dan Sunni yang
mewakili sekitar 40% dari seluruh populasi yang terdiri dari suku Arab, Kurdi dan Turkmen.
Orang-orang Sunni menyangkal keras angka-angka ini, termasuk seorang bekas duta
besar Irak, yang mengacu ke sumber-sumber Amerika [3]. Mereka
mengklaim bahwa banyak laporan atau sumber hanya mencantumkan Sunni Arab hanya
sebagai 'Sunni', dan tidak memperhitungkan orang-orang Sunni Kurdi dan Sunni
Turkmen. Sebagian berpendapat bahwa Sensus Irak 2003 memperlihatkan bahwa orang-orang Sunni sedikit
lebih banyak[4]. Etnis
Assyria (kebanyakan daripadanya adalah pemeluk Gereja Katolik Khaldea dan Gereja Assyria di
Timur) mewakili sebagian terbesar penduduk Kristen Irak
yang cukup besar, bersama-sama dengan orang Armenia. Pemeluk Bahá'í, Mandeanisme, Shabak, dan Yezidi juga ada. Kebanyakan orang Kurdi adalah
pemeluk Muslim Sunni, meskipun kaum Kurdi Faili (Feyli) umumnya adalah Syi'ah.
Kependudukan
Irak, terpecah dalam hal persoalan ideologi agama. Meskipun lebih dari 95%
rakyatnya beragama Islam, mereka terbagi menjadi dua kelompok besar yakni Sunni
dan Syiah. Perpecahan ini menjadi penting karena merupakan faktor utama
terjadinya perang antara Irak dan Iran yang berlarut-larut sejak tahun1980.
Perpecahan
antara kedua sekte itu dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun
632 M, karena adanya perbedaan pendapat tentang siapa yang dianggap ahli waris
yang sah untuk menggantikan Nabi SAW dalam menangani kepemimpinan umat Islam. Orang-orang
syiah mengklaim bahwa satu-satunya yang sah sebagai pengganti Nabi SAW adalah
sayyidina Ali bin Abi Thalib. Mereka tidak mengakui para khalifah al-Rasyidin
(Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan) sebelumnya. Akan teapi, selama
berabad-abad kaum sunni berhasil dalam memenangkan calon-calon mereka untuk
terpilih sebagai khalifah atau pemangku tugas kenabian Muhammad SAW.di dunia
politik khususnya. Karena kaum syiah jarang memegang kekuasaan politik, maka
sistem keimanan mereka pun telah menjadi bagian dari gerakan politik yang
secara tidak langsung memprotes sunni.
Kelompok
selanjutnya, yaitu kaum Kurdi, ideologi mereka termasuk Islam sunni. Karena
adanya konflik antara Arab sunni dan Arab syi’ah, maka pemerintah Irak (yang di
kuasai oleh kaum sunni) harus terus waspada terhadap kemungkinan terjadinya
persekutuan antara kaum Kurdi & Aab Syi’ah ini. Terbentuknya persekutuan
seperti itu menjadi semakin mungkin, terutama ketika perang pecah antara Irak
& Iran pada tahun 1980. Irak juga memiliki warga kristen, yang mencakup 3%
dari jumlah penduduk, dan juga kelompok etnik berbahasa turki, yang dikenal
sebagai suku turkoman dengan ideologi sunni.Mereka mecakup 2-3% dari jumlah
penduduk dan menempati wilayah-wilayah strategis terutama di ladang-ladang
minyak utara di sekitar Kirkuk dan Ardabil.
Di wilayah
selatan terdapat sejumlah penduduk sampai 2% yang bertutur kata dalam bahasa
persia.Sejumlah besar dari kelompok Syi’ah ini telah diusir dari Irak setelah
tahun 1980-an. Banyak terdapat tempat-tempat suci agama kaum Syi’ah berada di
kota-kota Irak, seperti Karbala, Al-Najar, dan Kazimiyah yang selalu menarik
sejumlah besar peziarah Iran.
Kemudian,
aliran Irak (Kufah dan Bashrah). Aliran ini adalah aliran yang lebih luas di
banding yang lainnya, karena memperhatikan arus sejarah sebelum Islam dan masa
Islam sekaligus, dan sangat memperhatikan sejarah para khalifah. Dalam karya-karya
sejarawan aliran ini, sejarah Irak biasanya diuraikan lebih terperinci dan panjang, sedangkan yang berkenaan dengan
kota-kota lain hanya sepintas saja.
Kelahiran aliran Irak ini tidak dapat dipisahkan dari
perkembagan budaya dan peradaban Arab. Perkembangan kebudayaan bangsa Arab itu
sendiri tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek politik, sosial, dan budaya
Islam yang tumbuh di kota-kota dan komunitas-komunitas baru.[3]
Setelah umat Islam melakukan ekspansi dengan berhasil
pada masa ‘Umar ibn Khatthab, orang-orang Arab muslim itu mendirikan beberapa
kota kota baru di berbagai daerah yang mereka taklukkan, di antaranya adalah
Kufah dan Bashrah di Irak. Mereka pindah ke Kufah dan Bashrah dengan membawa
adat istiadat dan tingkah laku Arab. Sebagaimana di Jazirah Arab, mereka di dua
kota ini kembali hidup mengelompok berdasarkan kabilah dan klan.
Kabilah-kabilah dan klan-klan yang berasal dari Arab Selatan (Yaman) mengambil
sisi kota tertentu, dan kabilah-kabilah dan klan-klan yang berasal dari Arab
Utara (Hijaz) mengambil sisi kota yang lainnya.
Sebagaimana di Jazirah Arab masa Jahiliyah, di dua
kota ini, mereka juga mendirikan pasar-pasar dan mengadakan gelar puisi
(Sya’ir), dimana mereka dapat bersuka ria, berdiskusi, dan membangga-banggakan
kabilah atau klan mereka.
Langkah
pertama yang sangat menentukan perkembangan penulisan sejarah di Irak yang di
lakukan oleh bangsa Arab adalah pembukuan tradisi lisan. Hal itu pertama kali
dilakukan oleh ‘Ubaidillah ibn Abi – rafi’. Sekretaris ‘Ali ibn Abi Thalib
ketika menjalankan ke khalifahannya di Kufah. Di samping itu Ubaidullah telah
menulis buku berjudul Qadhaya Amir al-Mu’minin ‘Alayh al-Salam (perkara-perkara
pengadilan Amirul mukminin [‘Ali ibn Abi Thalib]), dan Tasmiyah man Syahad
Ma’a Amir al-Mu’minin fi Hurub al-Jamal wa Shiffin wa al-Nahrawan min
al-Shahabah Radhia Allah ‘Anhum (Nama-nama para sahabat r.a. yang bersama
Amir al-Mu’minin [‘Ali ibn Abi Thalib] ikut dalam perang-perang Jamal, shiffin,
dan Nahrawan). Oleh karena itu, dia dipandang sebagai sejarawan pertama dalam
aliran Irak ini.[4] Dalam
penulisan sejarah ini, dia diikuti oleh ziyad ibn Abih yang menulis buku dengan
judul Matsalib al-‘Arab.
Tahap Masuknya
Islam ke Irak
Di awal abad
ke-7, Islam
menyebar ke daerah yang sekarang bernama Irak. Sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad memindahkan ibukota di Kufah "fi
al-Iraq" di mana ia menjadi Khulafaur Rasyidin yang
ke-4. Bani Umayyah yang berkuasa dari Damaskus di abad
ke-7 menguasai Provinsi Irak.
Irak (masuk)/ ditaklukkan oleh tentara Arab Islam pada tahun 633-637 dengan
membawa bahasa Arab dan ajaran Islam. Penaklukan itu berlangsung dalam tiga
tahap berikut ini.
- Tahap pertama
Tahap ini terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq di bawah pimpinan
Musanna bin Harisah yang menaklukkan bagian barat Sungai Eufrat. Selanjutnya,
Abu bakar as-Siddiq mengirim pasukan yang lebih besar di bawah pimpnan Khalid
bin Walid. Ia berhasil meguasai Kota Hirah dan al-Ubullah.
- Tahap kedua
Tahap ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Beliau mengirim
pasukannya ke utara Bagdad dengan melibatkan banyak panglima terbaik Islam,
antara lain Musanna bin Harisah, Abu Ubaidah bin Umar as-Saqafi, jarir bin
Abdullah, dan Sa’ad bin Waqas. Tahap kedua ini berlangsung beberapa tahun
berhasil menaklukkan seluruh daerah as-Sawad yang sekarang disebut basrah.
- Tahap ketiga
Tahap ketiga ini juga terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Pasukan
Islam dipimpin oleh Iyad bin Ganam. Serangan diarahkan ke daerah yang dikuasai
bangsa Romawi dan mampu merebut beberapa kota penting.
Penyebaran agama islam dipusatkan di kota kembar Basrah Kufah yang dibangun
pada masa Khalifah Umar bin Khottab. Khlaifah Umar bin Khattab mengirim Abu
Musa al-Asy’ari ke Basrah dan Abdullah bin mas’ud ke Kufah. Ulama-ulama dari
Madinah juga berdatangan ke kota ini.
Pada masa bani Abbasiyah, pusat pemerintahan Islam berada di Bagdad, yaitu
sejak tahun 750-1258. Kota ini dibangun oleh Abu Ja’far al-Mansur. Kerajaan
bani Abbasiyah berakhir setelah Bagdad dihancurkan Hulagu Khan. Pada tahun
1258. pada tahun 1401, Irak dikuasai Timur Lenk. Pada tahun 1508, Irak dikuasai
oleh Kerajaan Safawi Persia di bawah pimpinan Isma’il Safawi dan pada tahun
1683 dikuasai oleh Kerajaan Turki Usmani.
Pada perang Dunia I, Inggris merebut Irak dari Kerajaan Turki Usmani. Pada
tahun 1920, Liga bangsa-Bangsa memberi mandat kepada Inggris atas Irak dan pada
tahun 1921 Inggris membantu para pemimpin Irak untuk membentuk pemerintahan.
Pada tahun 1958, kelompok militer mengambil alih kekuasaan dan menyatakan
Irak sebagai negara Republik. Sejak 1979, Saddam Husain, seorang pimpinan
Partai Ba’at menjadi presiden Irak. Dalam perkembangan selanjtunya, Saddam
Hussein membawa Irak terlibat dalam tiga perang besar. Tiga perang tersebut
adalah melawan Iran pada tahun 1980-1990 karena masalah perbatasan, melawan
Tentara Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat pada tahun 1992, karena
invasinya ke Kuwait. Perang yang terakhir adalah melawan Amerika Serikat dan Iggris
yang terjadi pada tahun 2003 yang lalu. Perang ini terjadi karena kepemilikan senjata
pemusnah masal Irak dan mengakhiri kepemimpinan Saddam Hussein.
Penduduk irak terdiri dari
berbagai macam suku yang sulit bersatu. Oleh karena itu, sampai saat ini mereka
masih mengalami permasalahn dalam pembaharuan mereka. Wilayah pegunungan di
sebelah utara dihuni suku Kurdi dan minoritas Yazidi, Kristen, dan Terkmen.
Wilayah Diyala, di timur Bagdad, dihuni para petani. Wilayah Jazira, diutara
Bagdad, dihuni kaum Sunni Badui. Sedangkan wilayah gurun ditengah dan selatan
Irak dihuni penganut Syiah. Secara garis besar, diantara berbagai kelompok di
atas, ada 3 kelompok yang perananya sangatkuat. Tiga kelompok tersebut adalah
Syiah di selatan, Sunni di tangah (bagdad), dan Kurdi di utara.hal ini
mengakibatkan sulitnya pembentukan negara dan bangsa Irak. Berdasarkan data
pada tahun 2001, jumlah penduduk Irak mencapai 23. 750.00 jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar