Diriwayatkan dari Tsauban ra berkata, "Rasulullah saw masuk ke
rumah Fathimah, sedangkan aku ketika itu bersama beliau. Lalu Fathimah mengambil
kalung emas dari lehernya seraya berkata, 'Ini adalah kalung yang dihadiahkan
Abu Hasan kepadaku', maka beliau bersabda, "Wahai Fathimah, apakah engkau senang
jika orang-orang berkata, 'Inilah Fathimah binti Muhammad, sedangkan di
tangannya terdapat kalung dari Neraka?', kemudian beliau memarahi Fathimah
dengan keras dan menghardiknya, lalu beliau keluar tanpa duduk terlebih dahulu.
Maka Fathimah mengambil sikap untuk menjual kalungnya, kemudian hasilnya beliau
belikan seorang budak wanita, setelah itu beliau merdekakan. Tatkala hal ini
sampai kepada Rasulullash saw, beliau bersabda, 'Segala puji bagi Allah yang
telah menyelamatkan Fathimah dari api Neraka' ."
Oleh karena itu, kedudukan yang diraih oleh Fathimah ra di sisi
ayahnya Rasulullah saw tersebut tidaklah menghalangi Rasulullah saw memarahinya,
mencelanya, bahkan mengancamnya, dan bahwa sekali-kali Rasulullah saw tidak
dapat menolong Fathimah dari kehendak Allah. Bahkan, beliau juga memberikan
ancaman, seandainya dia mencuri, maka akan ditegakkanlah hukum atasnya, yakni
hukum potong tangan. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis tentang
seorang wanita Bani al-Makhzumiyah yang mencuri kemudian kaumnya memintakan
ampunan agar wanita itu bebas hukuman melalui Usamah bin Zaid bin Haritsah
kekasih Rasulullah saw, maka Rasul pun bersabda,
"Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad itu mencuri,
niscaya aku mesti potong tangannya."
Meskipun kasih sayangnya terhadap Fathimah begitu mendalam,
Nabi saw lebih mendahulukan pemberiannya kepada orang-orang fakir-miskin
daripada kepada Fathimah, sekalipun dalam keadaan susah. Ali ra berkata kepada
Fathimah ra, "Alangkah lelahnya engkau wahai Fathimah, sehingga engkau
menyedihkan hatiku. Sungguh Allah telah memberikan tawanan kepada Rasulullah,
maka mintalah kepada beliau satu tawanan saja yang akan membantumu dalam
bekerja!" Fathimah menjawab, "Akan aku lakukan insya Allah."
Kemudian, Fathimah mendatangi Nabi saw. Tatkala melihat
kedatangannya, beliau menyambutnya dan bertanya, "Ada keperluan apa engkau
datang ke sini wahai anakku?" Fathimah menjawab, "Kedatanganku ke sini untuk
mengucapkan salam buat ayah." Tiba-tiba beliau malu untuk mengutarakan
permintaannya, maka beliau pulang dan kembali lagi bersama Ali, lalu Ali
menceritakan keadaan Fathimah kepada Nabi saw. Namun, Rasulullah saw
bersabda,
"Demi Allah, aku tidak akan memberikan kepada kalian berdua,
sedangkan aku membiarkan ahlu sufah dalam keadaan lapar, aku tidak mendapatkan
apa-apa untuk aku infakkan kepada mereka, tapi aku akan menjual para tawanan
tersebut dan hasilnya aku akan infakkan kepada mereka."
Maka, kembalilah mereka berdua ke rumahnya, kemudian Rasulullah
saw mendatangi keduanya. Beliau masuk rumah mereka dan mendapatkan keduanya
sedang berselimut yang apabila ditutupkan kepalanya, maka terbukalah kakinya dan
apabila ditutupkan kakinya, maka terbukalah kepalanya. Keduanya hendak bangkit
untuk menyambut Nabi saw, namun beliau bersabda, "Tetaplah di tempat kalian
berdua! Maukah aku beri tahukan kepada kalian tentang sesuatu yang lebih baik
daripada apa yang kalian minta kepadaku itu?" Mereka berdua menjawab, "Mau, ya
Rasulullah!" Kemudian beliau bersabda,
"Kuajarkan kepada kalian kata-kata yang diajarkan Jibril
kepadaku, ucapkanlah setiap selesai salat fardhu Subhanallah 10 kali,
Alhamdulillah 10 kali dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur,
maka bacalah Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 33
kali. Hal itu adalah lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang
pembantu."
Maka Ali ra berkata, "Demi Allah, aku tidak meninggalkan
kata-kata ini sejak beliau mengajarkannya kepadaku." Salah seorang sahabat
bertanya, "Tidak kau tinggalkan juga tatkala malam di Perang Shiffin?" Beliau
menjawab, "Walaupun di malam perang shiffin."
Sungguh Fathimah ra telah melalui kejadian-kejadian besar yang
ruwet dan sangat keras, hal itu beliau alami sejak usia muda tatkala wafatnya
ibu beliau, disusul kemudian saudara perempuannya yang bernama Ruqayyah,
kemudian pada tahun 8 Hijriyah wafatlah kakaknya yakni Zainab dan pada tahun 9
Hijriyah menyusul kemudian wafatnya Ummi Kultsum.
Beliau juga menanggung hidup dalam kekurangan dan banyak
mengalami kesulitan dan kesusahan. Akan tetapi, seorang wanita yang dibina oleh
Rasullah saw tidak akan bersedih hati terlebih lagi berputus asa. Bahkan beliau
adalah profil dari wanita yang sabar, konsisten dan muhajirah.
Tatkala Rasulullah saw melakukan haji yang terkhir(Hajjatul
Wada') dan telah meletakkan dasar-dasar Islam dan Allah telah menyempurnakan
Dienul Islam, Rasulullah saw menderita sakit. Manakala Fathimah mendengar berita
tersebut, beliau dengan segera menemui ayahnya untuk menghibur dan menenangkan
hatinya, sementara Rasulullah saw ketika itu bersama dengan Ummul Mukminin
Aisyah ra. Pada saat nabi saw melihat kedatangan putrinya, dengan riang gembira
beliau bersabda, "Selamat datang wahai putriku", kemudian beliau menciumnya dan
mendudukkannya di sebelah kanannya atau di kirinya, kemudian Nabi saw
membisikkan sesuatu kepadanya sehingga membuat Fathimah menangis dengan tangisan
yang memilukan. Namun, ketika Nabi saw melihat kesedihannya, beliau membisikkan
kepadanya untuk yang kedua kali, sehingga menyebabkan Fathimah tertawa. Aisyah
berkata, Rasulullah saw mengistimewakan engkau dari seluruh wanita anggota
keluarganya dalam hal yang rahasia, tapi kamu malah menangis?" Tatkala
Rasulullah saw sedang berdiri, Aisyah bertanya, "Apa yang Rasulullah katakan
kepadamu" Fathimah menjawab, "Aku tidak akan menyebarkan rahasia Rasulullah
saw."
Aisyah berkata: "Ketika Rasulullah saw wafat, aku berkata
kepada Fathimah, aku bertekad agar engkau menceritakan kepadaku tentang apa yang
telah dibisikkan Rasulullah kepadamu." Fathimah berkata, "Adapun sekarang,
baiklah aku ceritakan. Pada saat beliau membisikiku yang pertama, belia
mengatakan bahwa biasanya Jibril memeriksa bacaan Alqurannya sekali dalam
setahun, akan tetapi sekarang Jibril memeriksa bacaannya dua kali dalam setahun
dan beliau merasa ajalnya sudah dekat Maka takutlah kepada Allah dan
bersabarlah, sesungguhnya aku adalah sebaik-baik penghulu bagimu. Maka aku
menangis dengan tangisan yang engkau lihat. Tatkala beliau melihat aku sedih,
beliau membisiki aku untuk yang kedua kalinya, beliau bersabda:
"Wahai Fathimah relakah engkau menjadi ratu bagi para wanita di
Sorga? Dan engkau adalah anggota keluargaku yang paling cepat menyusulku."
Mendengar kabar tersebut, maka aku pun tertawa.
Semakin bertambahlah rasa sakit yang diderita Rasul saw dan
bertambah sedihlah Fathimah. Beliau berdiri di samping ayahnya untuk menjaga dan
membantu beliau serta berusaha untuk bersabar. Akan tetapi, manakala Fathimah
melihat ayahnya nampak berat dan mulai kesakitan, Fathimah menangis tersedu-sedu
dan berkata dengan suara lirih menandakan kesedihan, "Sakit wahai ayah...?" Maka
beliau bersabda: "Tidak ada sakit lagi bagi ayahmu setelah hari ini."
Tatkala beliau wafat, Fathimah berkata: "Wahai ayah, engkau telah memenuhi panggilan Rabbmu...Wahai ayah, Jannah Firdaus adalah tempat tinggalmu... Wahai ayah, kepada Jibril kami beritahukan wafatmu."
Tatkala beliau wafat, Fathimah berkata: "Wahai ayah, engkau telah memenuhi panggilan Rabbmu...Wahai ayah, Jannah Firdaus adalah tempat tinggalmu... Wahai ayah, kepada Jibril kami beritahukan wafatmu."
Ketika Nabi saw dikubur, Fathimah berkata: "Wahai Anas,
bagaimana anda tega menimbun ayah dengan tanah?" Maka, menangislah az-Zahraa'
ibu dari ayahnya dan menangislah kaum muslimin seluruhnya atas kematian Nabi dan
Rasul Muhammad saw dan mereka ingat firman Allah: "Muhammad itu tidak lain
hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
Rasul."(Ali Imran: 144). Dan firman Allah: "Kami tidak menjadikan hidup abadi
bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu wafat,
apakah mereka akan kekal?" (Al-Anbiyaa': 34)
Tidak berapa lama kemudian setelah wafatnya Rasulullah saw,
kira-kira enam bulan, az-Zahraa' sakit. Namun, dirinya bergembira dengan kabar
gembira yang telah dikabarkan ayahnya bahwa dirinya adalah anggota keluarga yang
pertama yang akan bertemu dengan Nabi saw, dan berpindahlah Fathimah keharibaan
Allah SWT pada malam selasa, tanggal 3 Ramadhan 11 Hijriyah tatkala beliau
berumur 27 tahun.
Semoga Allah merahmati az-Zahraa' Raihanah (bunga yang
harum) putri dari penghulu anak Adam, istri dari penghulu para prajurit
penunggang kuda dan ibu dari Hasan dan Husein, bapaknya para syuhada' dan ibu
dari Zainab pahlawan Karbala'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar