Bagaimana Rosululloh dan sahabat menyambut bulan ramadhan ikuti kisah para sahabat
Rasulullah saw. Mereka selalu bergembira menyambut kedatangan bulan
puasa itu. Kegembiraan terpancar di wajah dan ucapan-ucapan mereka.
Dengan wajah berseri-seri mereka mengucapkan “Marhaban ya Ramadhan. . . “
Kenapakah mereka demikian bergembira menyambut datangnya Ramadhan?
Apakah yang bakal mereka temui dan mereka dapatkan selama berada dalam
bulan tersebut?
Agaknya, kegembiraan itu disebabkan oleh pengetahuan mereka bahwa
Ramadhan adalah bulan yang banyak membawa berkah dan manfaat buat
kehidupan manusia. Manfaat dan berkah yang tidak pemah mereka dapatkan
sepanjang tahun di luar Ramadhan. Karena itu, di akhir Ramadhan,
biasanya para sahabat juga merasa sedih dan kehilangan karena bulan yang
penuh manfaat dan berkah itu bakal segera. berlalu.
Setidak tidaknya ada 4 manfaat yang bisa diperoleh umat Islam lewat
bulan Ramadhan. Yaitu, manfaat yang bersifat lahiriyah berupa kesehatan,
dan ketajaman serta kejernihan berpikir. Manfaat batiniah yang bersifat
meneguhkan keyakinan dan pengendalian diri dalam mengarungi kehidupan.
Manfaat sosial yang berfungsi membangun kembali sendi-sendi kehidupan
sosial agar diperoleh format kehidupan kolektif yang adil dan
sejahtera. Serta manfaat spiritual berkaitan dengan kedekatan kita
kepada Allah Sang Pencipta, sebagai puncak dari tujuan hidup dan ibadah
kita.
Semua manfaat itu bisa dirasakan langsung oleh orang-orang yang
beribadah pada bulan Ramadhan, yang menjalaninya dengan faham dan
sungguh-sungguh. Kuncinya adalah ‘kefahaman dan kesungguhan’ dalam
menjalani puasa. Bukan sekadar ikut ikutan, sehingga cuma mendapat lapar
dan dahaga saja …
1. Mesin Proses yang Hebat
Bulan Ramadhan adalan bulan yang luar biasa. Saya menyebutnya sebagai
‘mesin proses yang hebat’. Kenapa demikian? Coba bayangkan, hanya dalam
waktu satu bulan, seseorang bisa berubah dari tingkatan beriman menjadi
tingkatan bertakwa. Begitulah jaminan Allah di dalam firmanNya : QS. Al
Baqarah (2) :183.
“Wahai orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang yang terdahulu mudah nudahan kamu bertakwa.”
Ayat ini menggambarkan secara jelas, bahwa puasa bisa menjadikan
seseorang dari tingkat iman berubah menjadi tingkatan takwa hanya dalam
sebulan. Memang di situ ada kata-kata. “mudah mudahan” bertakwa. Artinya
tidak semua orang yang berpuasa Ramadhan bakal menjadi orang yang
bertakwa. Ada peluang untuk tidak berhasil. Namun, semangat ayat itu
adalah mendorong agar kita menjadi orang yang bertakwa lewat proses
berpuasa.
Mana ada suatu program pelatihan sehebat apa pun yang memberikan
jaminan bahwa hanya dalam waktu 1 bulan bisa merubah kualitas
kepribadian dari sekadar ‘faham dan yakin’ (iman) menjadi ‘terkendali’
(takwa)? Hanya puasa Ramadhan saja yang bisa diharapkan merubah
seseorang sebagaimana ayat tersebut di atas. Kalau diibaratkan sebagai
sebuah mesin, maka bulan Ramadhan benar-benar sebuah mesin proses yang
hebat.
Kenapa Ramadhan bisa memberikan perubahan sehebat itu? Karena puasa
menggarap hal-hal yang sangat mendasar dari keimanan seseorang. Keimanan
bertumpu pada keyakinan. Keyakinan bertumpu pada kefahaman. Dan
kefahaman bertumpu pada proses-proses keilmuan alias pembelajaran
(iqra).
Orang yang sudah memiliki keyakinan semacam itulah yang menjadi
‘bahan baku’ mesin puasa. Dengan bertumpu pada keyakinan yang kuat, maka
proses peningkatan kualitas itu akan bisa berjalan dengan akselerasi
yang luar biasa.
Maka, tingkatan proses yang berlangsung adalah sebagai berikut:
-
Pada tingkatan yang paling dasar Allah memancing kita
untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam ibadah puasa. Hal itu
dikemukakan Allah berikut ini.
“Dan berpuasa adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 184)
-
Kefahaman atas makna puasa itu diproses untuk menjadi keyakinan alias keimanan.
“Allah manyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal, (yaitu) orang orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu” (QS. At Thalaq (65): 10)
-
Keyakinan alias keimanan itu lantas dipoles menjadi keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa.
“Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Itulah yang lebih baik baginya.” (QS. Al Baqarah (2) : 184)
-
Dalam proses amalannya (saat menjalankan puasa), keikhlasan tersebut mesti digabungkan dengan sabar dan tawakal.
“(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka” (QS. Al Hajj (22) : 35)
-
Campuran antara keikhlasan, kesabaran dan tawakal akan menghasilkan kualitas berserah diri kepada Allah.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mangambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An Nisaa’(4):125)
-
Penyerahan diri kepada Allah itu bakal menghasilkan
mekanisme kontrol yang sangat hebat dalam diri seseorang. Itulah yang
disebut sebagai Takwa. Dimana kita telah membahas efek takwa bagi
kehidupan seseorang di bagian sebelum ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar