Alhamdulilah washolatu wasalamu ala Rosulilah ........
Shalat merupakan tiang agama dan menjadi ‘amal yang pertama kali akan dihisab di yaumil qiyamah kelak. Nabi melanjutkan ”Jika shalat baik maka baik pula seluruh amalan lainnya, begitu pula sebaliknya “. Namun ada keprihatinan saat membaca satu keterangan bahwa di yaumil qiyamah nanti ada seorang hamba yang selalu mengerjakan shalat, tapi ketika ia ingin meminta pahala dari ibadah shalatnya itu, apa yang terjadi?
Ternyata
kata Rasul : Allah lipat ibadah shalatnya itu seperti sepotong kain yang buruk,
lalu Allah lempar ke muka orang tersebut, pertanda shalatnya tidak diterima.
….Tak ada satu manusia pun di bumi ini yang bisa menjamin akan sholat kita
diterima Allah SWT, karena itu semua adalah rahasia allah.
Banyak
sekali orang yang shalat dan shalatnya akan dibantingkan ke wajahnya, ditolak
oleh Allah. Bahkan ada yang yang celaka dengan shalatnya. Seperti yang terdapat
dalam firman Allah swt dalam surat Al Ma’un 4-5: ” Maka celakalah bagi
orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang melalaikan shalatnya “.
Sabda
Rasulullah saw yang bermaksud : “Barang siapa yang solatnya tidak dapat menahan
daripada melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya solatnya itu
hanya menambahkan kemungkaran Allah SWT dan jauh dari Allah SWT”. Lalu seoerti
apa orang yang sholatnya diterima Alloh. Dalam hadis Qudsi Allah berfirman :
“Sesungguhnya Aku hanya akan menerima shalat
orang-orang yang merendahkan dirinya-karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari
hawa napsu karena Aku, yang mengisi sebagian waktu siangnya untuk berdzikir
kepada-Ku, yang melazimkan hatinya untuk takut kepada-Ku, yang tidak sombong
terhadap makhluk-Ku, yang memberi makan pada orang yang lapar, yang memberi
pakaian pada orang yang telanjang, yang menyayangi orang yang terkena musibah,
yang memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Kelak cahaya orang itu
akan bersinar seperti cahaya matahari. Aku akan berikan cahaya ketika dia
kegelapan. Aku akan berikan ilmu ketika dia tidak tahu. Aku akan lindungi dia
dengan kebesaran-Ku. Aku akan suruh Malaikat menjaganya. Kalau dia berdoa
kepada-Ku, Aku akan segera menjawabnya. Kalau dia meminta kepada-Ku, Aku akan
segera memenuhi permintaannya. Perumpaannya dihadapan-Ku seperti perumpamaan
syurga Firdaus”.
Nah
orang-orang yang shalat saja masih bisa celaka, apa lagi yang tidak sholat,
bahkan ketika Isra Mi’Raj Nabi bertemu dengan kaum yang dipecahkan kepalanya
sampai hancur, siapakah mereka? Lalu apa tanda-tanda shalat yang diterima Allah
SWT? Jawabanya diberikan oleh Allah dalam hadist Qudsi .
Dalam
kitab At Targhib wat Tarhiib buah karya Al Hafidz. Zakiyuddin al Mundziri ada
keterangan sebuah Hadits qudsy, di dalamnya Allah menjelaskan tentang siapa
sajakah diantara hamba hamba-Nya yang shalatnya akan diterima, diantaranya
adalah :
Dari
hadist qudsi yang cukup panjang di atas,
bahwa tanda orang yang shalatnya diterima adalah:
Pertama, Merendahkan
diri dihadapan Alloh… Kata Allah : “Aku terima shalatnya seseorang yang ketika
ia shalat ia tawadhu’ ( merasa kecil ) di hadapan kebesaran-Ku “. Dari
ketawadhu’annya inilah akan memunculkan kekhusyu’an. Para ulama mengatakan :
“Kalau kita sudah berdiri di atas sajadah, sudah mengangkat tangan untuk
takbir, ketahuilah bahwa kita sudah meninggalkan dunia ini, sudah meninggalkan
Moskow atau Jakarta, sudah meninggalkan planet bumi ini, sudah Mi’raj menghadap
Allah SWT. Seperti Rosulullah saw, kita sudah berada di Sidratul Muntaha”
Pada
suatu hari orang melihat Imam Ali Zainal Abidin sedang berwudhu dan wajahnya
berubah menjadi wajah yang pucat pasi. Tubuhnya gemetar. Ketika ditanya ” Wahai
Imam. apa yang terjadi?” Imam Ali Zainal Abidin menjawab: ” Engkau tidak
mengetahui di hadapan siapa sebentar lagi aku berdiri”.
Ketika
berwudhu Imam Ali Zainal Abidin menyadari sebentar lagi beliau akan berdiri
dihadapan Robbul Alamin, Penguasa alam semesta ini. Karena itu, pada waktu
wudhunya saja beliau sudah gemeteran, sudah ketakutan., karena sebentar lagi
mengahadap Allah. Karena merasa rendah di hadapan Allah, hilang jugalah
kesombongannya terhadap sesama manusia. Semua makhluk tidak berarti di depan
Rabbul ‘Izzati.
Kedua: Dia tidak menyombongkan diri kepada makhluk-Ku.
Tawadhu’-nya dalam shalat melahirkan rendah hati dalam pergaulannya dengan
sesama manusia. Kekuasaan tidak menyebabkan ia sombong karena ia tahu bahwa
kekuasaan adalah amanat Allah. Kekayaan tidak menyebabkannya memperbudak orang
lain karena ia tahu bahwa harta hanyalah titipan Allah. Pengetahuan tidak
membuatnya tinggi diri sebab ia tahu bahwa pengetahuannya tidak seberapa
dibandingkan dengan luasnya ilmu Ilahi. Orang yang shalatnya diterima tidak
akan merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain. Rasulullah bersabda: “Tidak
akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada perasaan sombong walaupun hanya
sebesar debu saja.”
Tidak masuk ke dalam golongan yang diterima shalatnya kalau ia bertingkah laku
sombong dan takabur terhadap sesamanya……iblis dilaknat Alloh hanya gara gara
sombong .. merasa lebih baik dari manusia(adam)
Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan, Allah itu indah menyukai sikap
berhias. Sombong itu menolak kebenaran dengan takabbur dan merendahkan orang
lain. (HR. Muslim 275)
Ketiga: Mereka yang tidak terus menerus didalam kema’shiyatan . Dia tidak mengulangi maksiat kepada-Ku. Dalam hidup, sekali waktu kita pernah jatuh ke
dalam maksiat, kecil atau besar. Mungkin pernah kita palsukan angka dalam
kwitansi. Mungkin pernah kita berdusta kepada orang lain. Mungkin kita pernah
menyakiti hati tetangga. Mungkin pernah kita memanfaatkan jabatan untuk
memperkaya diri. Bahkan mungkin pernah kita menyebabkan orang lain menderita
dalam hidupnya. Sebelum shalat, kenanglah kembali segala kesalahan yang sempat
kita ingat. Merintihlah di hadapan Allah , dan ucapkan “Rabbighfirli. Ya
Tuhanku ampunilah dosaku.” Setelah shalat jangan ulangi lagi maksiat yang
pernah kita lakukan. Shalat yang diterima ialah shalat yang mengubah perilaku
orang, yang menyebabkan menjauhi fahsya’ dan munkar,
kejelekan dan dosa.
“Barangsiapa shalatnya
tidak menyebabkan dia menjauhi kekejian dan kemungkaran, shalatnya hanya akan
menambah dia jauh dari Allah saja.”
Shalatnya bukan menjadi alat taqarrub, melainkan malah
menjadi taba’uud(menjauhkan diri dari Rabbul-alamin). Karena itu,
bila selesai shalat orang berdusta lagi, bila setelah sajalah disimpan ia
memutar balik angka lagi, bila pulang Jumatan digunakannya jabatan untuk
memeras orang lain, maka “shalatnya akan dilipat seperti kain buruk yang
dibantingkan ke wajahnya.”
Karena itu, bila selesai
shalat tidak lagi terharu melihat penderitaan orang lain, tidak mau memberi
pertolongan kepada mereka yang memerlukan, tenggelam dalam kesenangan dirinya,
maka ia termasuk dalam golongan yang disebut oleh Allah….. “Celakalah
orang yang shalat, yang lalai dalam shalatnya. Yang ingin dipandang, yang
tidak mau memberikan pertolongan.”
Keempat, Banyak
berdzikir. Dalam Al Qur’an kita selain
diperintahkan untuk banyak melakukan amal sholeh, disuruh juga untuk beramal
dengan sebaik-baiknya, hal ini difirmankan Allah yang artinya : “Allah akan
menguji kamu siapa yang paling baik amalannya “.
Ï%©!$#
t,n=y{
|NöqyJø9$#
no4quptø:$#ur
öNä.uqè=ö7uÏ9
ö/ä3r&
ß`|¡ômr&
WxuKtã
4
uqèdur
âÍyèø9$#
âqàÿtóø9$#
ÇËÈ
Artinya
, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, ( QS Almulk
:2 )
Jadi
Allah akan menguji manusia, siapa yang paling baik amalannya (hasanu amalan)
dan bukan yang paling banyak amalannya (aksaru amalan). Lebih bagus lagi,
manusia itu banyak amalnya dan baik amalannya.
Mereka
yang menggunakan waktu siang untuk terus mengingat Allah. Berdzikir disini
berarti merasakan Allah selalu berada dekat dalam hidupnya, dan meyakini bahwa
Allah selalu memonitor setiap geraknya
Ada seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah saw.,”Ya Rasulallah, syariat Islam sudah banyak pada diriku.
Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang bisa aku pegang teguh untuk selanjutnya.” Nabi
Muhammad saw, menjawab:
“Usahakanlah
lidahmu selalu basah menyebut nama Allah. Jangan biarkan lidahmu kering tanpa
menyebut nama Allah. Berzikir bukan saja disyariatkan setelah sembahyang,
melainkan juga pada setiap saat, ketika berdiri, duduk, dan berbaring
Kelima, Solideritas sosial pada sesama. Tanda yang
lain dari orang yang shalatnya diterima adalah suka berderma dengan memberikan
makanan kepada orang yang lapar atau memberikan pakaian pada orang yang tak
punya, dia menyayangi orang yang terkena musibah dan memberikan perlindungan
kepada orang yang terasing. Disinilah realisasi orang yang shalatnya diterima
dan bila dikaitkan dengan negara kita yang sedang krisis, solideritas sosial
dari yang mampu kepada yang tak punya sangat diperlukan.
Bila
hal tersebut di atas sudah dilakukan, maka dari wajah orang yang shalatnya
diterima akan memancarkan cahaya yang bersinar, cahaya yang menerangi kegelapan
dan Allah akan memberikan ilmu pada saat dia tidak tahu. ……kita dpt rizki krn
mereka dan doanya
Orang
Dermawan insya Allah akan menemukan kenikmatan di dalam shalatnya, dia akan
memperoleh kenikmatan didalam shalatnya, karena dia dijaga oleh para Malaikat,
diberi cahaya dalam kegelapan dan diberi ilmu secara langsung oleh Allah SWT
masuk kedalam hati sanubarinya.
Pada
saat peperangan di Jaman Rosulullah banyak morang yang Yahudi yang dihukum
mati. Ketika seorang tawanan mau dihukum mati, tiba-tiba malaikat Jibril datang
memberi tahu Rosulullah, supaya orang Yahudi itu dibebaskan. Diberitahukan
bahwa orang Yahudi yang satu ini suka memberikan makanan, manjamu tamu dan suka
menolong fakir miskin. Katika Rosulullah datang memberitahukan kepada orang
Yahudi itu bahwa dia dibebaskan…….….Dia( Orang Yahudi) bertanya : “Mengapa?”
Nabi
menjawab ” Allah baru saja memberitahukan padaku bahwa kamu suka membantu orang
miskin, suka menjamu tamu dan suka memikul beban orang lain” Orang yahudi itu
bertanya kembali ” Apakah Tuhanmu menyukai perilaku itu ?”…………….Nabi manjawab:”
Betul, Tuhanku menyukai hal itu”
Waktu
itu juga orang Yahudi itu memeluk Islam. Dia memeluk Islam karena sifat
kedermawanannya dicintai Allah SWT.