Sabtu, 02 Juli 2016
Makna Idul Fitri Yang Sebenarnya ( Kultum )
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Kita akan membahas anggapan yang tersebar hampir di seluruh lapisan masyarakat, Idul fitri = kembali suci.
Masyarakat, bahkan para tokoh agama, sering mengartikan idul fitri dengan kembali suci. Mereka mengartikan ‘id dengan makna kembali dan fitri diartikan suci.
Para khatib seringkali memberi kabar gembira kepada masyarakat yang telah menyelesaikan ibadah selama ramadhan, bahwa pada saat idul fitri mereka telah kembali suci, bersih dari semua dosa antara dia dengan Allah.
Kemudian diikuti dengan meminta maaf kepada sesama, tetangga kanan-kiri. Sehingga usai hari raya, mereka layaknya bayi yang baru dilahirkan, suci dari semua dosa. Tak lupa sang khatib akan mengkaitkan kejadian ini dengan nama hari raya ini, idul fitri. Dia artikan ‘Kembali Suci’. Turunan dari pemaknaan ini, sebagian masyarakat sering menyebut tanggal 1 syawal dengan ungkapan ‘hari yang fitri’.
Setidaknya ada 2 kesalahan fatal terkait ceramah khatib di atas,
Pertama, memaknai idul fitri dengan kembali suci. Dan ini kesalahan bahasa
Kedua, keyakinan bahwa ketika idul fitri, semua muslim dosanya diampuni.
video yufidtv di harddisk eksternalvideo yufidtv di harddisk eksternal
Mengapa salah? Berikut rincian keterangan masing-masing;
Arti Idul Fitri secara Bahasa
Idul fitri berasal dari dua kata; id [arab: عيد] dan al-fitri [arab: الفطر].
Id secara bahasa berasal dari kata aada – ya’uudu [arab: عاد – يعود], yang artinya kembali. Hari raya disebut ‘id karena hari raya terjadi secara berulang-ulang, dimeriahkan setiap tahun, pada waktu yang sama. Ibnul A’rabi mengatakan,
سمي العِيدُ عيداً لأَنه يعود كل سنة بِفَرَحٍ مُجَدَّد
Hari raya dinamakan id karena berulang setiap tahun dengan kegembiraan yang baru. (Lisan Al-Arab, 3/315).
Ada juga yang mengatakan, kata id merupakan turunan kata Al-Adah [arab: العادة], yang artinya kebiasaan. Karena masyarakat telah menjadikan kegiatan ini menyatu dengan kebiasaan dan adat mereka. (Tanwir Al-Ainain, hlm. 5).
Selanjutnya kita akan membahas arti kata fitri.
Perlu diberi garis sangat tebal dengan warna mencolok, bahwa fitri TIDAK sama dengan fitrah. Fitri dan fitrah adalah dua kata yang berbeda. Beda arti dan penggunaannya. Namun, mengingat cara pengucapannya yang hampir sama, banyak masyarakat indonesia menyangka bahwa itu dua kata yang sama. Untuk lebih menunjukkan perbedaannnya, berikut keterangan masing-masing,
Pertama, Kata Fitrah
Kata fitrah Allah sebutkan dalam Al-Quran,
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ
Hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (QS. Ar-Rum: 30).
Ibnul Jauzi menjelaskan makna fitrah,
الخلقة التي خلق عليها البشر
“Kondisi awal penciptaan, dimana manusia diciptakan pada kondisi tersebut.” (Zadul Masir, 3/422).
Dengan demikian, setiap manusia yang dilahirkan, dia dalam keadaan fitrah. Telah mengenal Allah sebagai sesembahan yang Esa, namun kemudian mengalami gesekan dengan lingkungannya, sehingga ada yang menganut ajaran nasrani atau agama lain. Ringkasnya, bahwa makna fitrah adalah keadaan suci tanpa dosa dan kesalahan.
Kedua, kata Fitri
Kata fitri berasal dari kata afthara – yufthiru [arab: أفطر – يفطر], yang artinya berbuka atau tidak lagi berpuasa. Disebut idul fitri, karena hari raya ini dimeriahkan bersamaan dengan keadaan kaum muslimin yang tidak lagi berpuasa ramadhan.
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan hal ini, diantaranya
1. Hadis tentang anjuran untuk menyegerahkan berbuka,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدين ظاهراً، ما عجّل النّاس الفطر؛ لأنّ اليهود والنّصارى يؤخّرون
“Agama Islam akan senantiasa menang, selama masyarakat (Islam) menyegerakan berbuka. Karena orang yahudi dan nasrani mengakhirkan waktu berbuka.” (HR. Ahmad 9810, Abu Daud 2353, Ibn Hibban 3509 dan statusnya hadia hasan).
Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تزال أمَّتي على سُنَّتي ما لم تنتظر بفطرها النّجوم
“Umatku akan senantiasa berada di atas sunahku, selama mereka tidak menunggu waktu berbuka dengan terbitnya bintang.” (HR. Ibn Khuzaimah dalam Shahihnya 3/275, dan sanadnya shahih).
Kata Al-Fithr pada hadis di atas maknanya adalah berbuka, bukan suci. Makna hadis ini menjadi aneh, jika kata Al-Fithr kita artikan suci.
“Umatku akan senantiasa berada di atas sunahku, selama mereka tidak menunggu waktu berSUCI dengan terbitnya bintang”
Dan tentu saja, ini keluar dari konteks hadis.
2. Hadis tentang cara penentuan tanggal 1 ramadhan dan 1 syawal
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ، وَالفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ
“Hari mulai berpuasa (tanggal 1 ramadhan) adalah hari di mana kalian semua berpuasa. Hari berbuka (hari raya 1 syawal) adalah hari di mana kalian semua berbuka.” (HR. Turmudzi 697, Abu Daud 2324, dan dishahihkan Al-Albani).
Makna hadis di atas akan menjadi aneh, ketika kita artikan Al-Fithr dengan suci.
“Hari suci adalah hari dimana kalian semua bersuci”.dan semacam ini tidak ada dalam islam.
Karena itu sungguh aneh ketika fitri diartikan suci, yang sama sekali tidak dikenal dalam bahasa arab.
Suci Seperti Bayi?
Selanjutnya kita bahas konsekuensi dari kesalahan mengartikan idul fitri. Karena anggapan bahwa idul fitri = kembali suci, banyak orang keyakinan bahwa ketika idul fitri, semua orang yang menjalankan puasa ramadhan, semua dosanya diampuni dan menjadi suci.
Keyakinan semacam ini termasuk kekeliruan yang sangat fatal. Setidaknya ada 2 alasan untuk menunjukkan salahnya keyakinan ini,
Pertama, keyakinan bahwa semua orang yang menjalankan puasa ramadhan, dosanya diampuni dan menjadi suci, sama dengan memastikan bahwa seluruh amal puasa kaum muslimin telah diterima oleh Allah, dan menjadi kaffarah (penghapus) terhadap semua dosa yang meraka lakukan, baik dosa besar maupun dosa kecil. Padahal tidak ada orang yang bisa memastikan hal ini, karena tidak ada satupun makhluk yang tahu apakah amalnya diterima oleh Allah ataukah tidak.
Terkait dengan penilaian amal, ada 2 hal yang perlu kita bedakan, antara keabsahan amal dan diterimanya amal.
1. Keabsahan amal.
Amal yang sah artinya tidak perlu diulangi dan telah menggugurkan kewajibannya. Manusia bisa memberikan penilaian apakah amalnya sah ataukah tidak, berdasarkan ciri lahiriah. Selama amal itu telah memenuhi syarat, wajib, dan rukunnya maka amal itu dianggap sah.
2. Diterimanya amal
Untuk yang kedua ini, manusia tidak bisa memastikannya dan tidak bisa mengetahuinya. Karena murni menjadi hak Allah. Tidak semua amal yang sah diterima oleh Allah, namun semua amal yang diterima oleh Allah, pastilah amal yang sah.
Karena itulah, terkait diterimanya amal, kita hanya bisa berharap dan berdoa. Memohon kepada Allah, agar amal yang kita lakukan diterima oleh-Nya. Seperti inilah yang dilakukan orang shaleh masa silam. Mereka tidak memastikan amalnya diterima oleh Allah, namun yang mereka lakukan adalah memohon dan berdoa kepada Allah agar amalnya diterima.
Siapakah kita diandingkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Seusai memperbaiki bangunan Ka’bah, beliau tidak ujub dan memastikan amalnya diterima. Namun yang berliau lakukan adalah berdoa,
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Ya Allah, terimalah amal dari kami. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 127).
Demikian pula yang dilakukan oleh para sahabat dan generasi pengikut mereka. Yang mereka lakukan adalah berdoa dan bukan memastikan.
Mu’alla bin Fadl mengatakan:
كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم
“Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang bulan Ramadhan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah Ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka ketika di bulan Ramadhan.” (Lathaiful Ma›arif, Ibnu Rajab, hal.264)
Karena itu, ketika bertemu sesama kaum muslimin seusai ramadhan, mereka saling mendoakan,
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم
“Semoga Allah menerima amal kami dan kalian”
Inilah yang selayaknya kita tiru. Berdoa memohon kepada Allah agar amalnya diterima dan bukan memastikan amal kita diterima.
Kedua, sesungguhnya ramadhan hanya bisa menghapuskan dosa kecil, dan bukan dosa besar. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِر
“Antara shalat 5 waktu, jumatan ke jumatan berikutnya, ramadhan hingga ramadhan berikutnya, akan menjadi kaffarah dosa yang dilakukan diantara amal ibadah itu, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Ahmad 9197 dan Muslim 233).
Kita perhatikan, ibadah besar seperti shalat lima waktu, jumatan, dan puasa ramadhan, memang bisa menjadi kaffarah dan penebus dosa yang kita lakukan sebelumnya. Hanya saja, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan syarat: ‘selama dosa-dosa besar dijauhi.’ Adanya syarat ini menunjukkan bahwa amal ibadah yang disebutkan dalam hadis, tidak menggugurkan dosa besar dengan sendirinya. Yang bisa digugurkan hanyalah dosa kecil.
Lantas bagaimana dosa besar bisa digugurkan?
Caranya adalah dengan bertaubat secara khusus, memohon ampun kepada Allah atas dosa tersebut. Sebagaimana Allah telah tunjukkan hal ini dalam Al-Quran,
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. An-Nisa: 31).
Allahu a’lam bI Showab
Contoh Sambutan Adik Kelas Pada Acara Wisuda/Akhirussannah
KESAN DAN PESAN DARI ADIK
Asalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
ALHAMDULILLAHI ROBIL “ALAMIN , ALLADZI
ARSALA ROSULA BILHUDA WADINIL HAQ LIYUDZHIROHU ’ALA DINNI KULLIH WAKAFA BILLAHI
SYAHIDA ASHADU ALA ILAHA ILLALLOH WAHDAHU LAASYARIKALAH WA ASHADU ANNA
MUHAMMADAN NGABDUHU WA ROSULUH, ALLOHUMA SHOLI ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA ALI MUHAMMAD. Amma ba’du
Yang terhormat , Bapak Pengawas Pendidikan Agama Islam , Bapak Ibu Pengurus
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kayutrejo , bapak Ketua komite, Bapak/ Ibu
tokoh Masyarakat , Bapak /Ibu Wali Murid
, Bapak Kepala Madrasah dan Bapak /Ibu
guru serta teman-temanku semadrasah yang
berbahagia.
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Alloh Swt, yang telah
menciptakan manusia Dengan Desain Yang Sempurna, Sehingga
Diharapkan Dapat Menjadi Manusia Yang Terdidik Dan Mempunyai akhlak yang
mulia. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi akhirruzaman Muhammad
Saw, yang telah mendidik umatnya sehingga mengerti makna hidup yang
sebenarnya.
Selanjutnya saya disini mewakili
teman-teman kelas satu sampai dengan
kelas lima yang ingin menyampaikan kesan dan pesan kami kepada kakak-kakakku
kelas enam yang telah lulus,selama kami bersua,bercengkrama dengan kakak,
kami sebagai seorang adik tentu banyak merasakan kesan yang mendalam yang
tergores disanubari adik. sedih, pilu, senang, bahagia mewarnai kebersamaan
kita, Terkadang lidah ini tajam hingga melukai hati kakak, terkadang tingkah
dan canda yang tanpa adik sadari telah menorehkan luka dan menyinggung perasaan
kakak , maka dari itu maafkanlah adik-adikmu ini ya kak...!, yang mungkin
selama ini adikmu tak sengaja untuk membuat hati kakak gundah.
Sebenarnya adik-adikmu ini masih
pingin sekali mengharapkan kehadiran
kakak-kakak semuanya untuk belajar
bersama, bercanda, bersenda gurau mengisi waktu di Madrasah yang kita cintai ini,
memang perjalanan waktu begitu cepat tahun demi tahun telah kita lalui, banyak
sudah kesan dan pesan yang kita torehkan serta
nasihat yang kudapati dari kakak, suka dan duka telah kita lalui
bersama, adikmu ini masih terlalu kecil untuk kau tinggalkan kak, masih butuh
bimbinganmu ,tapi............mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas kami semua
harus merelakan kakak pergi meninggalkan madrasah yang kita cintai ini.
Madrasah yang telah membesarkan
kita,madrasah yang telah mendidik kita hingga bisa apa-apa yang semula
kita tak bisa apa-apa. Sekali lagi
maafkanlah adikmu yang nakal ini ya kak............!
Selanjutnya izinkanlah adikmu yang
masih imut ini menyampaikan pesan pada kakak. Dalam sebuah hadist , nabi
Muhammad saw telah bersabda yang
artinya:
”
Kerugian yang paling besar dihari qiyamat ialah orang yang diberi
kemampuan ketika hidupnya didunia untuk mencari ilmu, akan tetapi ia tidak
mencarinya ( alhadits ) ”
dengan
berdasar hadits diatas, kakak-kakakku , marilah kita selalu mempergunakan umur
kita untuk selalu menuntut ilmu seluas-luasnya karena ilmu sebuah cahaya yang
akan menerangi hati nurani dan menerangi jalan hidup kita baik kehidupan dunia
maupun kehidupan ukhrowi.dan InsaAlloh
Do’a bapak/ibu guru dan adik-adikmu selalu menyertai kakak agar berhasil
dan sukses dalam meraih cita-cita.
Walaupun nanti kakak telah pergi kami semua berharap kaka tidak melupakan kami
semua, masih banyak kesempatan untuk selalu bersua dilain waktu dan kesempatan.
........disaat terakhir saya disini rasanya mata ini ingin menumpahkan
airmata sebagai tanda berat hati ntuk
melepas kepergian kakak-kakak semuanya, maka dari itu saya cukupkan sekian
apabila ada kata-kata yang tidak berkenan dihati para mustami, saya mohon maaf
yang sebasar-besarnya.dan selamat jalan buat kakak-kakakku semoga sukses dalam
segala hal . amiin.
Billahi Fii Sabillil
Haq
Wa'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sambutan Kelas VI Pada Acara Akhirussanah/Wisuda
SEPATAH KATA
DARI KAKAK
Asalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
ALHAMDULILLAHI ROBIL
“ALAMIN WASHOLATU WASALAMU ‘ALA ROSULILLAH WAHABIBINA WAQUROTA A’YUNINA
MUHAMMADIN ABDILLAH , ASHADU ALA ILAHA ILLALLOH WA ASHADU ANNA MUHAMMADAR
ROSULULLOH, ALLOHUMA SHOLI ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA ALI SAYIDINA MUHAMMAD. ....AMMA
BA’DU
Yang terhormat , Bapak Pengawas Pendidikan Agama Islam , Bapak Ibu Pengurus
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kayutrejo
, bapak Ketua komite, Bapak/ Ibu tokoh Masyarakat ,Bapak Kepala Madrasah , Bapak /Ibu Wali Murid ,
dan para undangan serta teman-temanku
semadrasah yang berbahagia.
Puja dan Puji syukur kehadirot Alloh
swt yang selalu memberikan anugrah yang tiada terkira , sehingga jiwa .dan raga
kita tetap berfungsi dengan optimal. Sholawat dan salam tetap tercurahkan pada
nabi akhiruzzaman Muhammad saw yang telah merubah peradaban dunia dengan penuh
takjub dan mempesonakan.
Detik demi detik ,menit demi menit
hari demi hari bulan demi bulan tahun demi tahun tak terasa kita lewati bersama
entah suka maupun duka tiada dirasa . kita saling bercanda saling cubit, walau
terkadang ada sedikit marah namun
suasana teman semadrasah menyebabkan
kejadian demi kejadian cepat termaafkan dan terlupakan. Bapak ibu guru
yang dengan penuh sabar, telaten dengan penuh kasih sayang selalu membimbing pelajaran demi pelajaran
hingga terselasaikan .
Kami semua merasa berhutang budi
kepada bapak/ibu guru semua . ucapan terimakasih rasanya tak mungkin berbanding
lurus dengan apa yang kudapatkan dari beliau, entah dengan apa kami
membalasnya. Mulai dari kelas 1 yang masih terbata – bata untuk berucap bahkan
kadang belum bisa baca hingga menghantarkan kami semua diujung kelas 6,.dimana
telah banyak kami dapatkan, mulai dari bisa membaca, menulis, bisa sholat dengan baik dan masih segudang pengetahuan
lainnya. Maka kami ucapkan terima kasih
yang sebanyak banyaknya kepada bapak komite Bp. Pengurus, Bapak kepala Madrasah
maupun Bapak Ibu Guru atas keikhlasan dan kesabaranya, kami bersama rekan –
rekan Khususnya kelas VI berharap semoga semua itu menjadi amal jariyah bagi
bapak/ibu sekalian . dan kami bersama rekan – rekan kelas VI mohon do’a restu
setelah keluar dari Madrasah ini dapat memilih madrasah yang tepat sesuai keinginan para orangtua,
dan tidak terpengaruh pada hal-hal yang negatif , menjadi anak yang sukses, menjadi Qurrota
a’yun, menjadi anak yang sholeh dan sholihah, yang selalu mendo’akan kedua
orangtua.
Untuk adik-adikku yang kucintai kakak
sebentar lagi, tak bisa lagi bercanda tuk menemani dalam suasana madrasah yang
tercinta ini. Karena kakak musti meneruskan perjuangan dalam meraih jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, maka dari itu kami juga minta do’a agar kakak
dalam meraih cita –cita akan dikabulkan Alloh swt. Kakak juga ingin berpesan
pada adik-adik agar selalu rajin belajar, menurutlah kepada bapak/ibu guru yang
telah merelakan waktu ,tenaga dan ilmunya hanya untuk memulyakan adik, agar adik jadi anak yang pandai yang berguna
bagi agama, nusa dan bangsa. Saya yakin
madrasah ini akan lebih baik, semakin maju, dan terdepan apabila adik-adik
belajar sungguh-sungguh dan mentaati perintah bapak/ibu guru serta mengikuti
perintah agama.
Dan akhirnya kami mohon Maaf apabila selama dalam asuhan, tentu
banyak salah, baik kepada bapak komite, Bp. Pengurus ,Bapak kepala Madrasah, Maupun Bapak Ibu guru serta tak lupa juga
pada adik-adikku kelas I s/d kelas V . dan Izinkan kami mohon diri dari
madrasah ini dengan diiringi untaian do’a dari bapak/ibu dan rekan –rekan semua
yang hadir disini.
Nasru minnalloh wa fatkhun qorib
Asalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Langganan:
Postingan (Atom)